#31 Opname

2.6K 228 47
                                    

Brukkk

Zefano berjengit kaget saat mendengar suara sesuatu jatuh menimpa lantai. Ia lantas membuka mata dan hendak menghampiri keasal suara tadi.

Namun mendadak matanya melotot saat melihat Aya tengah terbaring diatas lantai dengan mata terpenjam.

Dengan gerakan cepat, Zefano langsung meloncat dari tempat tidurnya dan menghampiri sang istri yang tengah tergeletak tak berdaya itu.

Zefano membawa kepala sang istri ke pangkuannya. Ia menepuk pelan pipi sang istri seraya menyerukan namanya.

"Sayang! Bangun! Ay bangun! "

Zefano memeriksa denyut nadi, masih terasa berdenyut, ia yakin istrinya ini hanya pingsan.

Ia lantas langsung menggendong Aya dan membawanya ketempat tidurnya. Setelah itu ia berlari untuk mengambil sesuatu untuk memeriksa Aya.

Zefano keluar dari ruang kerjanya dengan membawa stetoskop, termometer, dan tensi meter. Sebelum dirinya memasuki kamar kembali, ia tak lupa berteriak untuk memberikan perintah pada sang asisten rumah tangga.

"Bi Lala! Cepat buatkan teh panas! Istri Fano pingsan! "

Pertama Zefano mendekatkan stetoskop nya pada Aya, ia dapat mendengar bahwa detak jantung Aya berpacu sangat cepat, tak hanya itu keringat dingin membasahi setiap pelipisnya. Dan Aya sempat mengaduh kedinginan, namun suhu badannya tetap terasa panas.

Zefano kini mulai memainkan tensi meternya untuk mengecek tensi darah sang istri. Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat tensimeter itu menunjukkan angka 70. Dan yang Aya katakan benar, darah rendahnya kambuh.

Setelah itu, Zefano dengan cepat mendekatkan termometer dan ia sungguh kaget saat panas Aya mencapai 38.

"Den, non Aya kenapa? " Tanya Bi Lala seraya meletakkan tehnya dinakas samping tempat tidur.

Zefano tidak menjawab, ia sibuk memberikan minyak kayu putih pada bagian tubuh Aya tertentu. Tak lupa ia juga menempatkan tangannya yang terbalur minyak kayu putih didepan hidung Aya.

"Bi, tekan ibu jari kaki Aya cepat! " Titah Zefano.

Bi Lala menuruti tanpa bertanya agar apa ia melakukan seperti itu. Dan sepersekian detik, sayup sayup Aya perlahan membuka matanya.

"Mas, " lirih Aya.

"Iya Sayang, minum dulu ya. "

Zefano mendudukkan tubuh Aya dan membantunya meminum teh hangat yang dibuatkan bibi tadi.

Setelah itu, Aya menjatuhkan kepalanya didada bidang Zefano. Ia merasakan badannya lemas sekali dan kepalanya terasa pusing.

"Kita ke rumah sakit ya sayang, tekanan darah kamu rendah sekali." ujar Zefano seraya membelai pelan rambut Aya.

Aya hanya mengangguk pasrah. Zefano tersenyum ia lalu meraih hijab Aya yang ada dicantelan kamarnya itu, lalu memasangkan pada tubuh Aya yang sangat terlihat cemas.

"Bi Lala, tolong siapkan baju saya dan Aya, buat saya bawa kerumah sakit! "

Setelah mengatakan itu, Zefano membawa Aya dalam gendongannya. Ia langsung mempercepat langkahnya, bahkan bisa dibilang bukan langkah namun lari.

Melihat sang majikan datang wajah paniknya seraya menggendong sang istri, membuat Pak Kardi sang keamanan yang merangkap menjadi supir berjalan menghampiri sang majikan.

"Buka pintunya cepat pak!"

Pak Kardi menurut dengan apa yang Zefano perintahkan. Ia lantas membuka pintu mobil dan mempersilahkan Zefano dengan Aya didalam gendongannya untuk masuk.

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang