Prolog

2.4K 208 9
                                    

"Kau akan pergi lagi?" Johnny membalikkan tubuhnya, mendapati sang Istri -Yuta yang tengah menatapnya sendu.

Johnny tersenyum simpul, melangkahkan kakinya menghampiri Yuta yang berdiri tak jauh darinya. Kedua tangannya menangkup wajah Yuta dengan lembut, membuat pandangan mereka saling beradu. "Sayang, Kau tahu 'kan aku harus bekerja lebih keras untuk masalah satu ini."

Yuta menghela nafas, melepaskan kedua tangan Johnny di wajahnya dan berjalan menjauh dari suaminya. Kacau sudah rencananya untuk menghabiskan malam istimewa dengan pasangan. Padahal Ia sengaja menitipkan putera mereka ke mertuanya agar tak ada yang mengganggu. Ia juga rela menghabiskan banyak waktu untuk berdandan demi satu malam ini.

Tapi apa daya, satu panggilan pada ponsel Johnny mengubah segalanya. Yuta dan Johnny bahkan belum benar-benar memulai 'kegiatan' mereka saat benda pipih itu berdering, membuat Johnny sementara menjauh untuk menjawab panggilan. Dan saat Yuta berniat menyusul suaminya, yang Ia dengar adalah kalimat 'aku akan segera kesana' yang terucap dari bibir sang suami. Ia tahu apa artinya. Menghabiskan malam sendirian. Lagi.

Yuta kembali memasuki kamar mereka. Pria itu merebahkan dirinya di ranjang. Berbaring menyamping memunggungi Johnny yang baru saja menyusulnya masuk.

"Yuta?" panggil Johnny pelan, namun Yuta nampaknya tak ingin menyahutinya.

Si kepala keluarga Seo itu menghela nafasnya lelah sebelum bergabung di ranjang bersama istrinya. Johnny membalikkan tubuh Yuta, membuat mereka berhadapan. Tangannya menarik pinggang Sang Istri, membawanya pada sebuah pelukan."Tidurlah, aku akan menemanimu sampai kau tidur."

"Tak perlu. Pergi saja, aku tak apa." Yuta mendorong pelan dada bidang Johnny, namun pria Seo membawanya lebih dekat. Salah satu lengannya Ia jadikan bantalan untuk Yuta.

"Maafkan aku. Aku akan pulang besok sekalian menjemput Jaemin dari rumah ibu. Setelah itu ayo habiskan akhir pekan keluarga dengan baik. Sekarang tidurlah, aku akan pergi setelah kau tidur." Johnny mendaratkan kecupan di dahi Yuta setelah kalimatnya.

Yuta memeluk Johnny erat, menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Johnny. Ia bisa merasakan kehangatan dari tubuh Johnny. Yuta menghirup dalam-dalam aroma tubuh Johnny yang  selalu menjadi candu baginya. Matanya terpejam merasakan jemari suaminya yang bergerak dengan pelan di punggungnya. Usapan tangan Johnny di punggungnya seakan membuainya. Membawa Yuta memasuki alam bawah sadar secara perlahan.

Johnny menghentikan gerakan tangannya setelah beberapa menit berlalu. Pria di dekapannya telah memejamkan mata dengan wajah damainya. Nafasnya pun teratur. Istrinya sangat mudah tertidur saat dipelukannya.

"maafkan aku." ucap Johnny nyaris tanpa suara.

Pria bertubuh jangkung itu dengan sangat perlahan melepaskan pelukan Yuta pada tubuhnya. Ia memasang bantal di bawah kepala istrinya untuk menggantikan lengannya yang tadinya dijadikan bantalan. Dengan gerakan yang begitu hati-hati, Johnny turun dari ranjang mereka. Ia mengambil sebuah kemeja satin dan celana panjang dari dalam lemari sambil sesekali melirik Yuta, takut jika mungkin istrinya terusik saat ia tak sengaja membuat suara.

Johnny kembali membawa kakinya mendekat kearah Yuta setelah mengenakan pakaiannya, lalu berlutut di sebelah ranjang. Pria itu menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah Yuta.

Istrinya terlihat sangat cantik. Wajahnya yang begitu tenang dan damai saat tidur, sungguh berbeda jika Yuta sudah bangun. Wajahnya terkesan tegas, namun juga memiliki sisi kelembutan. Tiap kali melihat Yuta, Johnny seakan jatuh cinta lagi dan lagi. Istrinya ini memiliki sesuatu yang tak bisa Johnny dapatkan pada orang lain. Ia tersenyum mengingat betapa beruntungnya Ia memiliki Yuta.

Namun senyum itu tak berlangsung lama. Johnny beruntung memiliki Yuta, tapi apa Yuta juga merasa beruntung memilikinya? Kembali ia teringat wajah sendu istrinya saat ia mengatakan harus pergi.

Johnny menatap lamat istrinya yang tertidur. Bibirnya bergerak pelan menggumamkan kata 'maaf' sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkan istrinya.

Sungguh, Johnny merasa sangat berdosa. Ia tak hanya menggagalkan rencana manis istrinya. Ia bahkan melakukan hal yang lebih bodoh dari itu. Dan sayangnya, Johnny menyukai kebodohannya.

Bersamaan dengan terdengarnya deru mobil Johnny yang meninggalkan rumah mereka, sepasang mata itu terbuka, meloloskan air yang sejak tadi tertahan kelopaknya.

*****

Halo semua!!

Selamat datang di ceritaku. Aku Yui, salam kenal :)

Di sini Yui masih belajar nulis cerita ini yang semoga aja bisa sampai tamat. Untuk itu Yui mohon dukungannya ya!

Kalau suka cerita Yui, kalian bisa vote dan komen. Yui juga menampung jika ada kritik dan saran yang membangun untuk cerita Yui melalui dm.

Ditunggu feedbacknya semua :)

Petrichor [JohnYu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang