Apa lagi?

88 37 1
                                    

"Tunggu!!" teriak ku ke kak Arga.

Kak Arga berhenti dan langsung balik badan, dengan sebelah alis terangkat dia menatap ku, tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celananya, berdiri dengan pose santainya di depanku.

"Apa lagi?" tanyanya malas-malasan.

"Aku tarik permintaan maafku tadi!" jawabku marah.

Alis kak Arga naik lebih tinggi lagi, meminta penjelasanku dalam diam.

"Itu kan reaksiku setelah ... Setelah ... "

Aku tidak bisa melanjutkan perkataanku, dengan sendirinya mukaku kembali memerah, perasaanku campur aduk, ku tundukkan lagi kepalaku.

Kudengar langkah kaki kak Arga mendekatiku dan berhenti tepat didepanku, merasa terancam aku mundur selangkah kebelakang dan dia maju lagi selangkah, sial!!

Kak Arga memegang daguku, mendongakkan kepalaku hingga membuatku kembali melihatnya, senyum tipis terlihat disudut bibirnya.

"Setelah gue mencium lo?" tanyanya tanpa tau malu.

"I ... Iya," jawabku tergagap sambil menepis tangannya dari daguku.

Siapa yang tidak akan tergagap jika berhadapan dengan auranya.

"Kalau lo gak terima, lo bisa balikin lagi ciuman itu ke gue, dengan senang hati gue akan menerimanya."

Reflek aku langsung mendorong badannya, tapi seperti mendorong batu besar, bergeser sedikitpun tidak. Malah aku yang terdorong kebelakang, sekali lagi tangannya menahan badanku, malu dan kesal aku pelototin dia sambil berusaha menepis tangannya dari pinggangku tapi sia-sia.

"Lepasin!!"

"Jangan marah gitu, gue kan cuma ciumlo sekali doang semalam ... Lebay banget sih!"

"Siapa yang gak akan marah kalau ciuman pertamanya dicuri secara paksa!! Dan disaat pacar kak Arga ada disana!!" gerutuku kesal kemudian menendang tulang kering kaki kanannya sekencang mungkin.

Kak Arga mengerang kesakitan sambil memegang kakinya tempat sepatuku mendarat tadi, melihatnya berdiri hanya dengan satu kaki, membuatku mendapatkan ide lain, dengan sekuat tenaga aku langsung mendorongnya, dan berhasil membuatnya terjengkang jatuh kebelakang.

Aku tersenyum puas melihatnya mendarat ditanah dengan mata nya yang melotot tajam ke aku, tapi itu cuma sepersekian detik, bagus sekali gerak reflek dia dan sekarang dia sudah berdiri tegak lagi, sial!!

Tanpa banyak pikir lagi aku langsung ambil langkah seribu, berlari sekencang mungkin menjauh darinya, yang sudah bisa kutebak pasti akan menggila karena kemarahannya, mungkin lebih parah dari waktu aku ganggu tidurnya dulu.

Dengan napas tersengal-sengal aku duduk di bangkuku, mengatur kembali napasku, aku tidak jadi ke kantin, berasa lebih aman di dalam kelasku, hanya ada 4 teman kelasku disini yang bawa bekal sendiri, sehingga mereka makan dikelas alih-alih di kantin.

Setelah napasku kembali normal, kukeluarkan hpku dan chat Icha, aku tidak mau menelponnya karena suaraku pasti terdengar gemetar, sama dengan badanku yang masih gemetar sekarang.

Aku : "Cha aku gak jadi ke kantin!"

Icha : "Bukunya belum ketemu?"

Yaa ... Tadi aku beralasan ingin ke perpustakaan, ada buku yang sedang ku cari, makanya aku suruh Icha dan sikembar ke kantin duluan, nanti aku menyusul.

Tapi dengan kejadian ditaman tadi, mendatangi kantin bukan ide yang bagus saat ini, aku takut kak Arga mendatangiku dan memarahiku didepan siswa lain.

Hiii, membayangkannya saja sudah membuatku bergidik ngeri, harusnya semalam kubiarkan saja ide kak Bima kesini, dan menghajar kak Arga, Huft!

Aku : "Belum, aku tiba-tiba gak enak badan jadi langsung ke kelas aja."

Icha : "Lah terus nasi goreng dan es teh manis lo gimana ini?"

Aku : " Bungkus aja, aku makan dikelas."

Icha : "Ok say."

Sambil menghela nafas panjang, kukantongi kembali hpku, kedua tangan kulipat diatas meja kurebahkan kepalaku diatasnya dengan dahiku menempel ditangan.

Perutku sudah keroncongan, demo minta aku mengisi sesuatu, tadi sarapan aku hanya minum segelas susu, terlalu bersemangat karena ingin bertemu kak Arga jadi tidak nafsu makan, hanya ingin sampai sekolah secepatnya.

Suara pekikan dan cekikikan dari cewek-cewek diluar kelas tidak mampu membuat jiwa kepoku penasaran, biasanya aku Icha dan sikembar akan melihat sumber dari kegaduhan itu, tapi sekarang, ngangkat kepalaku saja aku malas.

Kudengar langkah kaki yang mendekat, dan seseorang duduk dimejaku, tepat diatas kepalaku.

Jantungku kembali berdetak kencang ...
Dia bukan kak Arga kan? bisikku dalam hati.

Aku pejamkan kedua mataku berharap bisa membuatnya menghilang, kak Arga atau siapapun yang sedang duduk dimejaku itu.

Dia berdeham sekali aku cuekin, berdeham dua kali juga masih ku cuekin, dehaman yang ketiga terdengar lebih keras dan tidak sabar membuatku sedikit takut, kalau aku tidak melihatnya besar kemungkinan dia yang akan mendongakkan kepalaku, hiii.

Dengan enggan ku angkat pelan-pelan kepalaku, bersandar malas dibangkuku dengan kepala yang tertunduk.

Sambil menghela napas panjang kuberanikan diri melihatnya, dan bersiap mendengar amarahnya.

Diluar dugaan, aku malah melihat senyum manis yang tersungging di bibirnya, membuat perutku mencelos dan irama jantungku yang tidak beraturan.
Entah disebabkan kelegaan yang luar biasa karena dia tidak memarahiku, atau karena aku begitu terpesona dengan senyumannya itu.

Tidak bisakah dia memberikanku waktu untuk istirahat sejenak? Kalau terus begini, bukankah tidak baik untuk kesehatan jantungku?

"Apa lagi?" tanyaku malas-malasan, mengulang pertanyaannya yang ditaman tadi.

Bukannya marah kak Arga malah tersenyum lebar menampakkan gigi putihnya yang berbaris rapi.

Ahh, sebentar lagi aku pasti pingsan karena pesonanya yang mematikan itu.

Dia terus tersenyum padaku, membuatku semakin salah tingkah, ku arahkan pandanganku ke sekelilingku menghindari menatapnya, aku malah mendapati tatapan penasaran teman kelasku dan cewek kelas lain yang mengintip dari jendela sambil berbisik-bisik, gosip apa lagi nih yang akan beredar setelah ini.

Aku meremas kedua tanganku dibawah meja, antara cemas, marah, dan terpesona bercampur jadi satu.
Kualihkan pandanganku ke arah pintu kelas, berharap teman-temanku datang menyelamatkanku dari kecanggungan ini.

Dan kali ini ... Tuhan mengabulkan doaku.

Icah dan sikembar masuk dengan tentengan ditangannya.

"Tianaa!" teriak mereka berbarengan dan terhenti ditengah pintu begitu melihat ada kak Arga yang sedang bersamaku.

Aduuhh ngapain kalian diam disana? Sini bantu aku!

Pintaku dalam hati, sudah pasti mereka gak akan dengar, tapi harusnya mereka bisa baca dong dari caraku menatap mereka. Tapi yang ada mereka malah berpose identik, terbengong dan ternganga melihatku bersama kak Arga.

Kak Arga mengalihkan matanya dariku ke arah mereka, kemudian berbalik lagi ke arahku dengan senyumannya yang meluluhkan hati itu. Dia dekatkan kepalanya ke aku.

"Nanti pulang sekolah bareng ya," bisiknya sambil turun dari mejaku dan berjalan santai dengan tangan kiri disaku celananya keluar dari kelasku, mengabaikan beberapa pasang mata yang menatapnya.

Untuk sesaat aku seperti berhenti bernapas, masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, tadi cuma halusinasiku saja kan?

Kulihat Icha dan sikembar berlarian kearahku, kemudian memberondongku dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin juga mewakili pertanyaan siswa lain yang dari tadi pada kepo melihatku dan kak Arga.

Aahh ternyata bukan cuma halusinasiku saja.

ArganaOnde histórias criam vida. Descubra agora