Part 18

146K 10.2K 2.8K
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Rafa berdecih pelan, bola mata berwarna gelap itu memandang malas pemandangan di sepenjuru Club-nya yang menurutnya menjijikan. Kadang Rafa merasa kesal dengan orang tuanya, kenapa memberikanya sebuah Club alih-alih Hotel, Resort, atau sebuah Perusahaan seperti yang di dapatkan saudaranya yang lain. Dengan begitu, ia tidak perlu repot-repot datang ke sini dan melihat semua kejadian yang membuatnya ingin muntah.

Orang-orang itu berciuman, meliukan tubuhnya tanpa malu di lantai dansa, bahkan tidak sedikit yang berusaha menggodanya dengan menggunakan pakaian ketat dan super seksi. Tapi semua yang mereka lakukan sia-sia, Rafa tidak tergoda sama sekali.

Malah Rafa merasa muak dengan tubuh perempuan-perempuan yang pasti sudah pernah di pakai itu. Ya, meskipun tidak seluruh yang datang ke sini memiliki sifat jalang seperti itu, ada juga orang yang datang ke sini hanya untuk mendapatkan hiburan dan melepas penat dengan minum, tidak lebih. Intinya Club Malam miliknya tidak seburuk itu, meskipun banyak yang melakukan hal binal di sini, tapi mau bagaimana? Tujuan orang datang ke Club kan untuk bersenang-senang.

Rafa melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah 3 jam berlalu, pria itu segera berdiri dan melangkah menuju lantai dua. Suara musik yang berdentum keras menjadi samar-samar ketika ia sudah sampai di lantai dua yang tidak terlalu padat seperti di bawah.

Langkah kakinya terhenti saat melihat seorang pria keluar dari salah satu pintu sembari membenahi pakaiannya yang berantakan, pria itu terlihat berkeringat. Rafa berdecih, pasti karna kegiatan panas yang baru saja pria itu lakukan.

"Davin," panggil Rafa membuat pria itu menoleh, lalu menyunggingkan senyum ramah padanya.

"Tumben lo nyamperin gue?" ujar Davin seraya menghampiri Rafa.

Rafa menghela nafas. "Apa lo harus gue blacklist dari Club ini? Supaya lo berhenti tidur sama cewek yang beda-beda setiap harinya?"

Davin menaikan satu alisnya kemudian terkekeh. "Silahkan, masih banyak Club lainnya."

Rafa mengepalkan tangannya. "Kapan lo berhenti? Apa dunia lo bakal terus-terusan di kelilingin alkohol sama selangkangan? Buka mata lo Vin, ada cewek tulus yang setia nunggu lo berubah."

Davin berdecak pelan. "Jeyra maksud lo? Dia gak pernah minta gue berubah tuh, dia itu cinta mati sama gue dan nerima gue apa adanya, termasuk sifat brengsek gue ini," jawab Davin seraya memasukan tangannya ke dalam saku celana. Pria itu menatap Rafa lurus.

Rafa berusaha mengontrol emosinya. "Vin, gue tau lo benci sama Jey, tapi bisa kan perlakuin dia lebih baik sedikit aja? Dia tulus sama lo, Vin, gue rasa dia bahkan rela nyerahin nyawanya kalau buat lo."

"Tau apa lo? Selama ini gue perlakuin dia baik kok, gue selalu lembut sama dia, ya-- meskipun gak terlalu sering sih," sahut Davin santai.

"Jeyra gak salah, lupain dendam itu," ujar Rafa penuh penekanan. "Atau ... lepasin Jeyra, dan kasih ke gue, gue bakal jaga dia sebaik mungkin."

Dunia Davin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang