[2] culture shock

8.2K 485 13
                                    

"Vanilla, lo kenapa?"

Pertanyaan Della berhasil membuat lamunan Vanilla buyar seketika. Dia mendongak dan mendapati Della kini menatapnya penuh tanda tanya, begitu pula Rain yang baru saja muncul dari arah ruang tengah. Mereka bertiga kini berada di meja makan setelah Della berhasil memesan makanan melalui aplikasi online di tengah derasnya hujan.

Vanilla menggeleng sebagai jawaban atas keingintahuan Della. Dia meneguk segelas air mineral hingga tandas, kemudian mulai makan satu porsi mie di piringnya, berusaha menghindari pertanyaan lain yang mungkin akan Della ajukan.

Makan malam telah berlalu. Kini Vanilla beristirahat di salah satu kamar yang telah disediakan oleh Rain, rencananya kamar itu akan ditempatinya selama dua hari ke depan bersama Della. Namun, saat ini Della sedang keluar malam-malam begini.

Della tidak perlu mencemaskan apapun, karena pemilik apartemen ini adalah pacarnya, yang tidak lain adalah kakak Rain.

Della hanya berpamitan 'sebentar' yang nyatanya tidak pernah sebentar. Sejak Vanilla mengenal cewek itu, dia tidak pernah ingat Della pulang cepat jika tidak papanya yang menghubungi. Apalagi sekarang mereka 'hampir' bebas.

Hari semakin malam, namun Vanilla belum juga mengantuk meski kakinya terasa pegal. Tadi dia sudah sempat mandi dan mengeramasi rambutnya yang lepek, jadi sekarang Vanilla bingung harus melakukan apa lagi di dalam kamar. Dia beranjak, kemudian membawa tubuhnya berhenti di pinggir kaca yang menampilkan pemandangan kota di malam hari.

Vanilla tiba-tiba merindukan papa dan mamanya, padahal jika dipikir-pikir, Vanilla tidak terlalu dekat dengan mereka. Tidak ada pembicaraan yang terlalu banyak ataupun momen indah yang teringat, semua karena alibi kesibukan orang tuanya. Maklum, tapi Vanilla juga sudah pernah memaklumi kesibukan orang tuanya sampai akhirnya merasa lelah hidup dikekang tanpa dikasihi.

"Vanilla, gabung nonton yuk." Tiba-tiba terdengar suara panggilan dari belakang Vanilla yang membuat lamunannya buyar. Dia menoleh dan mendapati seorang cewek berdiri di ambang pintu sambil tersenyum lebar. Tanpa banyak bicara, cewek itu melambai ke arah Vanilla, memberi isyarat untuk bergabung.

"Boleh, tapi gue mau cari jaket dulu." Vanilla menjawab sambil melangkah menuju lemari. Dia melihat cewek yang memanggilnya tadi mengacungkan jempol kemudian melenggang pergi.

Sayangnya, Vanilla lupa kalau dia merencanakan untuk membeli jaket ketika telah sampai di Indonesia setelah tatanan kopernya berantakan. Jadi, dia mulai menata ulang barang-barangnya hingga terlambat hampir lima belas menit dari undangan tadi.

"Gue pikir lo ketiduran."

Suara itu terdengar ketika Vanilla turun dari atas menuju ruang tengah, tempat yang kini telah gelap karena sedang ditempati untuk menonton film. Sesosok tangan melambaikan tangan sehingga Vanilla berjalan mendekat, duduk di samping orang tersebut. Ternyata, orang tersebut adalah Rain, yang kini juga mulai fokus menonton film yang ditayangkan.

Lima menit pertama, Vanilla mulai rileks dan merasakan jiwanya ikut menyelami film yang diputar. Namun, seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya, memecahkan konsentrasi Vanilla pada tayangan film.

Vanilla menoleh dan mendapati seorang cowok duduk di sampingnya. Cowok itu, pikir Vanilla sambil membuang napas perlahan. Tiba-tiba, rasa cemas dan gugup menyergapnya, sehingga dia memilih untuk fokus ke depan dan sedikit menarik diri menjauh dari cowok itu.

Dari tempat duduknya, Vanilla bisa merasakan cowok itu juga menoleh sekilas padanya, sebelum akhirnya merebahkan punggungnya di kaki sofa. Mungkin cowok itu tertidur, atau bisa saja tidak tertarik pada film yang ditayangkan, Vanilla tidak tahu.

Vanilla berusaha fokus kembali beberapa menit setelah kedatangan cowok asing di sampingnya, namun nyatanya dia tidak bisa. Otaknya terus memutar kejadian singkat di walk-in closet sehingga membuatnya tidak lagi bisa mengikuti tayangan film. Apalagi wangi parfum cowok di sampingnya ini terasa begitu menjebak dan memikat, membuat pikiran Vanilla terperangkap dalam aroma tersebut.

FanàticoWhere stories live. Discover now