Part 20

162K 11K 3.3K
                                    

"JEY?!" Nina seketika mengambil selimut dan menutup tubuh telanjangnya. Teriakan Jeyra berhasil membuatnya kalang kabut, wanita itu menatap putrinya yang kini menyorotnya dengan tatapan kecewa.

Tanpa berkata apa-apa lagi Jeyra segera pergi dari sana, melangkah cepat menuruni tangga lalu keluar dari rumah dengan wajah penuh air mata. Tidak jelas tujuannya kemana, yang penting menjauh sesaat dari dua orang itu.

Sedangkan Davin kini memakai kembali baju dan celananya. Laki-laki itu menoleh pada Nina yang masih terlihat syok, hingga beberapa saat kemudian Nina bangkit dan berusaha mengejar Jeyra.

"Jey tunggu! Mama bisa jelasin!" katanya bergetar, matanya sudah berkaca-kaca, namun sayang sekali Jeyra sudah terlanjur pergi jauh.

"Tante tenang aja, saya bakal cari Jeyra," ucap Davin dengan senyum menenangkan. Kaki panjangnya melangkah mendekati wanita cantik yang berdiri kaku di depan pintu kamar. Untuk seukuran perempuan berumur 38 tahun, Nina memang sangat cantik.

Wanita itu mengangguk cepat. "Tolong bawa kembali anak tante, tante takut dia nekat," kata Nina dengan guratan khawatir yang sangat kentara. Nina tau, Jeyra pasti kecewa karna dirinya mengingkari janji dengan almarhum Papanya.

"Iya," ujar Davin lembut, satu tangannya bertengger di bahu Nina. "Tante gak usah panik gitu, serahin ini sama saya."

"Tante percaya sama kamu, Davin."

***

Kakinya melangkah hampa, tatapannya kosong dengan wajah sembab di penuhi bekas air mata. Gadis itu kembali terisak pelan, tidak sanggup berjalan hingga terduduk di jalanan. Isakannya perlahan bertambah kencang, ia menangis sekeras-kerasnya, keadannya kian menyedihkan.

Dadanya sesak dan sakit, seperti di pukul dengan beton baja hingga bernafas saja rasanya sulit. Jeyra- gadis itu terisak hebat, tidak perduli jika kini ia berada di tempat umum.

Jeyra terima Davin kasar dan berbuat buruk padanya, Jeyra juga terima Davin tidur dengan wanita lain meskipun sudah resmi menjadi pacarnya, Jeyra berusaha baik-baik saja saat Davin memiliki tunangan, Jeyra juga tidak masalah saat tau Davin hanya menganggapnya pelacur. Tapi ini- Mamanya?

Di antara ratusan bahkan jutaan wanita di dunia, kenapa harus Mamanya? Orang yang paling ia sayangi. Jeyra menarik rambutnya sendiri, memukul-mukul kepalanya dengan tangisan yang semakin keras dan keras.

"Suatu saat lo bakal nyesel pernah bilang gitu Jey, Davin yang sebenernya bahkan lebih buruk dari yang udah lo lihat."

Inikah maksud ucapan Rafa tempo hari? Jika benar maka Jeyra setuju, Davin lebih buruk dari yang ia bayangkan, Davin lebih jahat dari semua orang yang pernah Jeyra kenal. Davin meniduri Mamanya, dan itu tidak bisa di maafkan! Semua perlakuan Davin selama ini Jeyra bisa menerimanya, namun yang kali ini sudah keterlaluan. Jeyra tidak akan memaafkannya.

"AGHHH!" Jeyra memekik membuat beberapa orang yang lewat menatap gadis itu bingung.

Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, untuk apa seorang gadis berpakaian SMA terduduk di trotoar dan menangis meraung seperti itu? Mereka hampir mengira jika gadis itu orang gila jika saja mereka tidak melihat wajah terawatnya. Tidak mungkin orang gila memiliki wajah se-kinclong itu.

"S-sakit," lirih Jeyra menepuk-nepuk dadanya. Gadis itu terdiam sejenak, sadar jika sekarang jadi pusat perhatian. Jeyra berdiri dan melangkah pergi tanpa berkata apa-apa membuat kerumunan itu perlahan bubar.

Dunia Davin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang