Prolog

927 99 67
                                    

Halo semuanya😇

********

Seorang wanita dewasa tengah berkutat di dapur. Senandung kecil keluar dari mulut wanita itu bersamaan dengan suara dentingan antara sendok dan permukaan gelas yang saling beradu.

Suho dan Irene. Pasangan suami istri yang menikah enam tahun yang lalu dan kini telah dikaruniai tujuh orang anak lelaki yang tampan.

Mereka tak pernah menyangka jika akan dititipkan anak sebanyak itu oleh Tuhan. Mereka juga tak menyesal justru kebahagiaan lah yang mereka rasakan atas penantian yang cukup panjang.

Irene sesekali melongok ke ruang keluarga melihat anak-anaknya tengah bercanda dan tertawa lepas. Senyuman manis itu tak bisa ia sembunyikan dari paras cantik bak seorang dewi.

Setelah kopi buatannya jadi, ia langsung beranjak dari dapur. Irene meletakkan minuman hitam pekat itu di samping suaminya yang sedari tadi sibuk menatap ke layar laptop. Meskipun hari libur tak membuat Suho bisa bersantai-santai, apalagi ia memiliki jabatan yang besar di perusahaannya.

"Makasih sayang." Suho menyeruput sedikit kopi itu lalu kembali menyelesaikan pekerjaannya.

Irene duduk di sofa ruang keluarga sambil memperhatikan tingkah ketujuh putranya yang tak segan-segan membuat dirinya ikut tertawa.

Jungwon dan Sunoo, kedua bayi lucu itu rebahan sambil menonton kartun Tinkerbell. Kehadiran peri hijau itu membuat keduanya tak bisa diam, sesekali mereka menyentuh layar plasma seolah ingin memegang peri terbang itu. Keduanya saling mencubit pipi masing-masing saat peri lelaki berbadan gemuk muncul. Mereka menertawakannya entah apa yang dirasa lucu.

Irene yang menatap mereka dari kejauhan tentu saja gemas. Mereka terus tertawa dan saling cubit pipi membuat suasana rumah kian ramai. Sampai akhirnya keduanya terlelap dengan kipas angin yang terus berputar.

Di sisi lain, bayi berumur satu tahun berjalan merangkak ke arah pintu yang terbuka. Mulutnya basah di penuhi air liur yang berceceran di lantai. Mata dan mulutnya melebar seolah berkata 'wah', pertama kalinya ia menatap birunya langit.

Namun, sedetik kemudian bibirnya mengerucut saat seseorang tiba-tiba menggendongnya dan membawanya kembali masuk.

"Kamu mau kemana? Jangan keluar! Nanti diculik genderuwo," kata bocah lelaki berumur enam tahun. Heeseung namanya.

Ni-ki tak menjawab. Ya karena dia memang belum bisa berbicara namun tangannya terus saja menunjuk ke arah luar. Ia menatap Heeseung dengan ekspresi gemas berharap sang kakak mengerti apa yang ia maksud.

"Kamu mau jalan-jalan?" tanya Heeseung. Ni-ki mengangguk.

"Ayo jalan-jalan!"

Ni-ki terus saja tertawa dalam gendongan Heeseung saat mereka tengah berada di halaman rumah. Heeseung membawa adik bungsunya itu menyusuri setiap sudut rumahnya.

Ketika Ni-ki menemukan cacing tanah, tanpa rasa takut ia memegangnya sambil menggoyang-goyangkannya. Mata Heeseung melebar saat Ni-ki hendak memasukkan hewan menjijikan itu ke dalam mulutnya.

"Hish! Jangan dimakan!" Sedangkan Ni-ki hanya tertawa karena Heeseung memarahinya.























"Papa, ayo main bola!" rengek bocah lelaki berusia lima tahun. Suho menatap anak keduanya itu.

"Papa kamu lagi sibuk sayang," sahut Irene yang sedari tadi memperhatikan.

"Tapi aku bosan, ayo main bola bareng aku sama Sunghoon!" rengek Jay lagi kini sambil menarik ujung kaos Papanya.

"Iya Jay, sebentar." Suho menutup laptopnya lalu menyusul Jay dan Sunghoon yang sudah ada di halaman untuk bermain bola. Tak lama, Heeseung dan Ni-ki bergabung bersama mereka.

Atensi Irene kini beralih pada anak yang tengah duduk sendirian di sudut ruangan. Irene mengangkat anak itu dan membawanya dalam pangkuannya.

"Jake lagi apa?" tanya Irene.

Bocah bernama Jake itu mendongakkan kepalanya menatap wajah sang Mama. "—Aca uku," jawabnya.

"Baca buku apa?"

Jake menyerahkan buku di tangannya pada Irene. Dahi Irene mengkerut membaca judul buku itu. Itu adalah novel miliknya saat ia masih remaja dulu.

"Mamamama ... C-inta itu apa?"

W.I.L? || ENHYPEN [SELESAI]Where stories live. Discover now