Part 22

151K 11.7K 2.5K
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Laki-laki itu melangkah pelan dengan kedua tangan di masukan ke saku celana. Matanya mengedar memandang rumah yang terlihat suram, lebih suram dari terakhir kali dia datang ke sini. Satu tangannya terangkat menyugar rambut kecoklatannya yang agak ikal.

"Tuan Karel, Tuan Davin menunggu di kamarnya," seorang pria berbadan kekar menghampiri Karel membuat pria itu mengangguk dua kali dan berjalan menuju kamar Davin.

Karel memasuki kamar Davin tanpa mengetuk atau bersuara, pria itu menatap sekeliling hingga pandangannya terhenti pada pria yang berdiri di pinggir balkon dengan asap putih samar di sekelilingnya.

"Lo ngerokok lagi, Vin? Bukannya udah berhenti?"

Mendengar suara Karel membuat pria itu menoleh sekilas lalu kembali memandang ke depan. Rokok di tangannya ia jatuhkan lalu menginjaknya menggunakan sepatu. Karel melihat itu segera menghampiri Davin dan berdiri di sebelahnya.

"Kenapa lo manggil gue ke sini?" tanya Karel tanpa basa-basi. "Ah ya, gue gak ada liat cewek itu di rumah ini, di rumah sebelah juga kayaknya kosong, kemana dia?"

Davin mengedikan bahu. Lalu menjawab singkat. "Kabur."

"Wah, kata lo dia cinta mati sama lo, kenapa pergi? Setau gue kalau cewek udah jatuh cinta itu bakal buta, semua yang buruk di mata dia jadi 'baik-baik aja' kalau menyangkut cowok yang di cinta."

"Gue tidur sama nyokapnya," kata Davin, pria itu mengatakannya dengan wajah biasa tanpa rasa bersalah sedikitpun, sedangkan Karel menganga tidak percaya.

"Gila, lo beneran niat mau ngerusak mentalnya?"

"Gue gak pernah main-main sama omongan gue."

Karel menggeleng pelan seraya berdecak kecil, dia ikut bersandar di pembatas balkon. "Jadi, kenapa lo manggil gue ke sini?" tanyanya lagi.

"Gue perlu data lengkap tentang cewek yang namanya Sarah Keana temen sekelas cewek gue," Davin melirik Karel sejenak. "Gue tau lo paling ahli untuk hal kayak gitu."

Kedua alis Karel saling bertaut. "Buat apa? Lo mau jadiin dia mainan baru setelah bosen sama Jeyra?" tanya Karel penasaran.

Davin menatapnya penuh peringatan membuat Karel segera berdehem. "Oke-oke, itu bukan hal sulit, nanti malem gue kirimin datanya ke lo."

****

Gadis itu menghela nafas pelan, merubah posisi dari tiduran menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang. Matanya menatap nanar layar ponsel yang ia genggam. "Andai gue punya cowok kayak Alfa," gumamnya pedih. "Rela ngorbanin nyawanya buat orang yang dia cinta."

Pandangannya mengabur, pelupuk matanya kembali di penuhi air mata. "Sedangkan Davin, dia malah mau nyiksa dan bunuh gue secara perlahan," lirihnya pedih. "Tapi bodohnya, gue masih naruh perasaan sama dia."

Dunia Davin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang