Nine

1.4K 191 18
                                    

Hyunsoo terbangun saat perutnya terasa melilit. Hyunsoo mengerjap pelan sembari meringis. Seharusnya ia bawa makanan, at least satu cemilan untuk mengganjal perutnya tadi. Semoga saja maagnya tidak kambuh.

Jam di nakas menunjukkan pukul 10 malam. Hyunsoo sudah berada di sini sejak sore tadi, sejak ia menampakkan diri di hadapan teman-teman Yoshi. Yoshi langsung menyuruhnya untuk diam di kamar setelah dengan seenak jidat berkata bahwa Hyunsoo adalah wanitanya. Ewh, disgusting.

Hyunsoo turun dari kasurnya, ia melangkah keluar kamar menuju dapur. Lampu tengah tampak tak hidup, pintu kamar Yoshipun terbuka lebar. Tidak ada tanda-tanda pria itu di sini. Baguslah. Hyunsoo tidak tahu bagaimana akan membela dirinya bila diomeli Yoshi mengenai kejadian sore tadi.

Sesampainya di dapur, Hyunsoo membuka kulkas untuk melihat bahan-bahan yang bisa ia gunakan untuk makan malam. Setelah dirasa cukup, ia menutup pintu kulkas lalu mulai sibuk dengan masakannya.

Saat sedang menyalakan kompor, Hyunsoo tersentak merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangnya. Belum lagi bahunya terasa berat karena dijadikan tumpuan kepala. Hyunsoo mengumpat dalam diam. Ia tahu betul siapa pria di belakangnya ini.

"Yoshi, apa yang kamu lakukan? Aku harus masak. Aku gak bisa bertanggung jawab kalau kamu terluka nanti," ucap Hyunsoo mencoba menyingkirkan tangan Yoshi dari pinggangnya.

Yoshi mengabaikan kalimat Hyunsoo. Ia malah mengeratkan pelukannya dan membenamkan kepalanya di ceruk leher Hyunsoo. Bulu kuduk Hyunsoo merinding saat deru nafas Yoshi menerpa kulitnya.

"Yoshi, setidaknya biarkan aku memasak sebentar saja. Aku belum makan sejak tadi– fuck," Hyunsoo tanpa sengaja mengumpat saat sesuatu yang basah menyentuh lehernya.

"Lanjutin aja. Jangan pedulikan aku," balas Yoshi sembari meneruskan kegiatannya mengecupi kulit leher Hyunsoo.

Hyunsoo mengernyitkan dahinya. Rasa geli akibat kecupan itu membuat Hyunsoo gila. Tidak, ini tidak boleh dibiarkan.

"Mana bisa aku fokus memasak kalau kamu terus menciumi leherku?" Decak Hyunsoo berusaha menjauhkan lehernya dari Yoshi.

Namun, percuma. Yoshi memeluknya erat hingga mereka benar-benar tak berjarak sedikitpun. Untuk saat ini Hyunsoo ingin lenyap dari permukaan bumi saja. Seumur hidup ia tak pernah mendapat perlakuan begini. Terlebih lagi dari orang semacam Yoshi.

"Okay, okay, aku berhenti. Cepat selesaikan,"

Hyunsoo kira Yoshi akan berhenti menempel padanya dan menjauh agar tidak menggangu kegiatan Hyunsoo. Akan tetapi, dugaannya salah. Yoshi hanya berhenti menciumi lehernya, sementara tangan pria itu masih setia bertengger di pinggangnya.

Satu helaan nafas keluar dari mulut Hyunsoo. Ya sudahlah, setidaknya jika seperti ini Hyunsoo bisa lebih fokus ketimbang saat diciumi– astaga Hyunsoo geli sendiri.

Tak butuh waktu lama hingga satu piring yang Hyunsoo siapkan, terisi makan malam untuk dirinya. Hyunsoo berjalan ke meja makan dengan piring dan segelas air di tangannya.

Jangan lupakan pria brengsek yang masih menempel padanya. Yoshi memang diam tak mengeluarkan suara, namun sesekali tangannya bergerak mengusap perut Hyunsoo. Menjijikkan.

"Yoshi, bisa lepaskan tanganmu sebentar gak? Aku gak bisa makan kalau posisinya begini," ucap Hyunsoo sudah lelah dengan sikap aneh Yoshi malam ini.

Tak biasanya Yoshi bersikap– manja? Ewh entahlah. Meskipun, lebih baik daripada Hyunsoo disakiti lagi. Sudah seharusnya Hyunsoo menurut pada Yoshi, bukan? Tapi bukan begini juga. Hyunsoo risih jika Yoshi terus-terusan menempel seperti ini.

FIB || Kanemoto YoshinoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang