Part 6

394K 42.2K 6.3K
                                    

"Apa kabar, Gevan?"

Aurel bertanya sambil menatap Gevan yang di bawahnya, dia sungguh merindukan orang ini. Dulu dia terlalu fokus pada Dion hingga dia lupa jika ada yang mencintai dirinya dengan tulus yaitu Gevan.

Gevan, siapa yang tak tahu Gevan yang merupakan penyerang yang terkenal akan kebingasan dan kekejamannya di Jervanos, dia juga merupakan sahabat dari Dion. Pertunangan mereka pun hanya mereka berdua yang mengetahuinya, sahabatnya maupun sahabat Gevan tak mengetahui hal ini karena permintaannya dan Gevan dengan mudah menyetujuinya. Dulu dirinya tak ingin pertunangan ini membuat Dion semakin jauh darinya.

Bahkan menjelang kematiannya, Gevan berada di dekatnya. Aurel tahu siapa yang menangkap tubuhnya saat dirinya hampir jatuh setelah di tembak Dion, dia adalah Gevan. Sungguh, Aurel sangat bodoh menyianyiakan pria di depannya ini.

Aurel memeluk tubuh setengah telanjang milik Gevan, dia sungguh merasa bersalah pada Gevan.

Gevan yang merasa kaget mendapat pelukan dari Aurel diam-diam tersenyum tipis lalu membalas pelukan Aurel. Sesuatu hal yang sejak dulu ingin dirinya lakukan.

Dapat Aurel rasakan sebuah tangan mengelus rambutnya pelan tanpa terasa air mata mengalir begitu saja ke pipinya.

Dirinya menyesali semua yang dia perbuat pada Gevan, dia meluapkan semua rasa bersalahnya dalam tangisan.

"Hiks..hiks..Deka! Maafin aku..hiks," ujar Aurel dengan terisak.

Gevan yang mendengar perkataan Aurel sedikit menegang namun yang pasti dia ikut sakit mendengar Aurel yang menangis.

"Hey! Liat sini," ucap Gevan namun dijawab gelengan oleh Aurel, tentu saja Aurel malu pasti wajahnya jelek setelah menangis.

Gevan menjadi gemas, dia dengan lembut menarik wajah Aurel agar menatap wajahnya. Ada binar lucu di mata Gevan melihat wajah Aurel yang memerah terutama hidungnya.

"Kamu lucu."

Blush.

Wajah Aurel semakin memerah mendengar perkataan Gevan, astaga kenapa Aurel merasa malu. Aurel tak tahu kalau Gevan sangat meresahkan seperti ini.

Aurel kembali menenggelamkan wajahnya di dada Gevan namun dia baru sadar kalo Gevan tidak memakai baju. Wajahnya tambah memerah, ia mencoba bangun dari posisinya yang berada di atas Gevan namun tangan Gevan masih berada di pinggangnya.

"Lepasin," cicit Aurel dengan suara pelan.

Gevan baru sadar ternyata Aurel semenggemaskan ini, dia jadi tak rela jika Aurel menjadi milik orang lain. Membayangkannya saja membuat hatinya panas.

"Kalo minta maaf ngomongnya sambil tatap matanya dong," ujar Gevan.

Mau tak mau Aurel menatap Gevan, dirinya harus meminta maaf pada Gevan.

"Deka! Maafin aku yaa, aku udah jahatin Deka. Sekarang aku sadar, kalo cuma kamu yang ada di sisiku. Mulai sekarang aku bakal coba mencintai kamu," ucap Aurel dalam satu tarikan nafas membuat Gevan mengerjapkan matanya kaget.

"Kamu gak sakit kan?"

Aurel cemberut mendengar pertanyaan Gevan, dirinya benar-benar serius mengatakan hal itu. Jika dilihat-lihat sebenarnya Gevan ini lebih ganteng ketimbang Dion, Gevan memiliki tubuh tinggi besar nan kekar meski tak sekekar Deddy Corbuzier dan juga memiliki kulit tan eksotis membuat siapapun akan menoleh dua kali untuk melihat Gevan.

"Aku serius." Aurel berucap sungguh-sungguh.

"Terus Dion gimana?" Tanya Gevan iseng, dirinya tentu saja sedikit tak percaya mengingat betapa menggilanya Aurel mencintai Dion. Siapapun pasti tahu itu.

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang