Part 29

181K 14.4K 6.2K
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Davin melangkah dengan kedua tangan masuk ke satu celana. Laki-laki dengan jas hitam yang membalut tubuh kekarnya itu mengabaikan beberapa penjaga di sekitar kamar Jeyra yang membungkuk hormat padanya. Dia mendorong pintu dan masuk kesana membuat gadis yang tengah berada di meja rias itu menoleh sekilas.

Dua wanita yang kini menata rambut serta merias wajahnya langsung melangkah mundur dan pergi dari sana karna tatapan Davin. Gadis itu menatap dirinya di cermin, melihat wajahnya yang di poleskan make-up tipis namun sangat merubah penampilannya.

Jeyra yang biasa apa adanya dan hanya mengenakan skincare, kini terlihat berbeda dengan make-up simple namun elegan di wajah cantiknya.

Sejak dulu, Jeyra lebih suka merawat wajahnya di banding menutupinya dengan make-up. Meskipun alasan sebenarnya karna dia tidak bisa make-up. Jeyra lebih memilih menghafal rumus matematika di banding belajar make-up yang menurutnya sulit.

Davin berjalan mendekat lalu berdiri tepat di belakang Jeyra. Mereka saling menatap melalui cermin di depan. Gadis itu bisa melihat adanya senyum tipis di wajah Davin, meski hanya satu garis.

Jeyra menegang saat kedua tangan kekar dan bertato laki-laki itu melingkar di bahunya, memeluknya samar dari belakang. Dia dapat merasakan hembusan nafas hangat Davin di lehernya. Namun, Jeyra tidak protes, dia tidak mau memancing amarah Davin di saat keadaan mood laki-laki itu terlihat bagus.

"Lo selalu cantik, Jey," bisik laki-laki itu dalam. Menyempatkan diri mengecup singkat pipi Jeyra sebelum menjauhkan dirinya. Davin mengajak gadis itu berdiri dan melihat dia dari atas ke bawah.

Gaun berwarna hitam elegan yang melekat di tubuh Jeyra sangat serasi dengan kulit putih gadis itu. Jeyra terlihat berbeda dan berkali-kali lipat lebih cantik. Gadis yang biasa hanya mengenakan sweater atau hoodie itu kini tampil lebih feminim dan membuat mata Davin enggan lepas darinya.

"Ayo," laki-laki itu meraih pinggang Jeyra dan memeluknya, merasakan seberapa ramping dan berlekuknya pinggang itu. Dalam diamnya, Jeyra menahan degupan jantungnya dan berusaha bersikap normal.

Lelaki ini benar-benar berbahaya, dia harus menahan diri supaya tidak kembali seperti kemarin dan hampir goyah. Jeyra sudah memutuskan untuk meninggalkan dunia Davin, dia sudah memikirkannya secara matang selama beberapa hari ini.

Bunuh diri sudah dia lakukan namun berujung gagal, berusaha membunuh Davin pun sudah pernah dia perbuat. Dua cara itu tidak berhasil karna Jeyra tidak memikirkannya secara matang. Kini, dia sudah menyiapkan semuanya dan memilih melakukannya dengan perlahan.

Setelah mengetahui tentang kelainan mental yang Davin miliki, Jeyra berusaha bersikap hati-hati. Sebisa mungkin membuat Davin  tidak marah padanya dan itu berhasil. Davin yang bilang akan membuat Jeyra kembali menderita, nyatanya malah melakukan hal sebaliknya.

Dunia Davin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang