chapter 5

2.5K 215 17
                                    

"Aku mencintaimu-kau ingat?" dengan gerak lambat bagai film lama yang diputar ulang, jarak sempit mereka makin menipis saja ketika halilintar kembali mendekatkan wajahnya pada gempa. Dalam benaknya, entah mengapa rasa panik gempa malah tersingkir oleh putaran nostalgia yang diputar bagai film lama di dalam memori otaknya.

Tiga senti lagi,

Dua senti lagi,

Satu senti lagi-

"Dan kurasa sekarang pun masih begitu."gumam halilintar tepat di depan wajah gempa yang hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajahnya,  sementara gempa hanya bisa terdiam membeku di hadapan mata merah penuh intimidasi halilintar

Saat ini raga gempa sepertinya benar-benar tertawan seutuhnya oleh kungkungan sosok halilintar.

================================================================

sementara itu di depan pintu gerbang luar akademi pulau rintis

terlihat sesosok bocah dengan wajah kusut plus ekspresi datar yang sedang berdiri (dengan pose sok ganteng) di tengah gerbang akademi pulau rintis. Sebut saja namanya Solar-yang sudah kita ketahui sebagai adik paling nista sedunia dari boboiboy gempa.

Dengan ekspresi wajah yang seolah minta ditonjok preman pasar, bocah bermata silver itu melenggang masuk ke area akademi dengan penuh percaya diri. Dan sungguh, bukan keinginan solar sama sekali untuk datang ke tempat ini. ini semua salah sang kakak yang dengan cerobohnya meninggalkan dompet dan smartphone nya di rumah jadi sebagai adik yang baik, solar dengan terpaksa harus repot-repot ribut ribut ala sinetron sama petugas stasiun kereta hanya demi datang ke tempat kerja kakaknya ini,

("Dek, kok sendirian? Jangan-jangan kamu tersesat ya-"
"Plis pak, saya bukan bocah ingusan yang nggak tahu cara naik kereta sendiri. Mending bapak jangan campuri urusan saya deh."
"Orang tuanya dimana dek"
"jangan sok halang halangi saya deh pak, saya itu lebih pintar daripada bapak") Itulah kira kira sepenggal  percakapan absurd antara solar dan petugas stasiun kereta

ini semua salah kakak kandungnya itu. Ya, ini semua salah kak gemgem karena pagi tadi langsung berangkat dengan sok paniknya sampai lupa membawa barang barang penting seperti smartphone dan dompet.

Plis lah, orang mau ceroboh juga ada batasnya.

Akibatnya, dia yang sadar kalau barang kakaknya ketinggalan itu terpaksa berangkat untuk mengantarkannya. Bisa gawat nanti kalau ban mobil kakaknya bocor, terus ternyata kak gem tidak bawa uang untuk tambal ban. Terus tukang tambal bannya mesum pisan dan malah suruh kak gem bayar pake badan-pokoknya ogah, mana bisa Solar membiarkan kakaknya itu diraep hanya karena masalah ban bocor tapi ga bawa uang?

Atau misalnya kak gemgem jajan beli baso di pinggir jalan, tapi ternyata dompetnya ketinggalan. Karena tidak bisa bayar, si tukang baso pun memaksa kak gemgem untuk mau diperlakukan dengan tidak senonoh. Gak, yang ini juga jangan.

Dan parahnya lagi, smartphone sang kakak ikut ketinggalan sehingga ia tak bisa meminta pertolongan dari siapapun ketika ada tukang tambal ban atau tukang baso pinggir jalan dan tukang-tukang lain yang mau meraepnya.

Bahaya, kan?

Tidak. Ini bukan hiperbolis ataupun paranoid, Ini adalah rasa kekhawatiran tulus dari seorang adik kepada kakaknya

Karena itulah Solar berbaik hati dengan mengantarkan barang-barang penting itu kepada gempa.

Sialnya, ia langsung merasa 'bakal kesasar' kalau mencari kak gemgem kesayangannya di gedung sebesar ini. Demi apa, ini gedung sekolah atau kompleks istana buckingham? Atau jangan-jangan ini love hotel bintang lima?

Karena Waktu Bisa Melakukan ApapunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang