17 || Perihal Rasa

18.6K 1.5K 173
                                    

"Kelak, entah perasaanku yang berubah, atau kamu yang baru menyadarinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kelak, entah perasaanku yang berubah, atau kamu yang baru menyadarinya."

H A I 💫 🧸❣️

Happy reading bebifrend<3

----||----

Gavin memasuki rumahnya dengan langkah gontai, keadaannya sekarang terlihat berantakan. Jersey yang masih melekat ditubuhnya dan dipunggung kirinya menenteng tas hitam olahraganya.

"Baru pulang, Vin?" suara Sisil menghentikan langkah Gavin.

"Seperti yang kak Sisil liat."

Sisil manggut-manggut sambil melirik jam dinding diruang tengah lalu beralih menatap Gavin, "Jam 11? Kenapa gak sekalian pagi aja?"

Gavin menghela nafas beratnya, terkadang ia merasa serba salah jika berada dirumah ini. Entah itu sedang pergi atau kembali pasti serangan dari kedua orang dewasa yang berada di rumahnya selalu sama. Hal yang membuat Gavin bingung dan lelah bersamaan.

"Oma udah tidur?" balik Gavin bertanya, mengabaikan pertanyaan Sisil.

"Udah."

"Gia?" tanya Gavin lagi, tapi kali ini menanyakan sang adik.

Sisil berjalan menuju meja makan lalu menuangkan air putih ke gelas, "Gia ada dikamarnya, tadi Gia dikejar-kejar sama geng motor," ucap Sisil membuat Gavin membulatkan matanya.

"Hah? Terus Gia gak kenapa-kenapa kan, kak?"

"Gak. Hanya saja, lutut Gia lu─" ucapan Sisil terpotong saat ia mendengar suara langkah Gavin menaiki tangga menuju kamar Gia.

"Soal Gia cepet.." Sisil tersenyum tipis, melihat Gavin yang mengkhawatirkan Gia.

Gavin mengetuk pelan pintu kamar berwarna pink didepannya dengan bertuliskan 'Gia's beautiful room. Welcome Grandma and Sis Sisil. Do not allow brother G!!'

"Dek.. kamu udah tidur?" Gavin membuka pelan pintu kamar Gia lalu menyembulkan kepalanya.

Gavin menghela nafas sesaat, mendekati ranjang Gia. Gia sudah terlelap dalam tidurnya, gadis kecil itu tidak menyelimuti seluruh tubuhnya. Lutut sebelah kanannya terdapat luka goresan yang cukup besar.

Kepalan tangan Gavin mengerat ketika melihat lutut Gia terluka. Siapa orang yang sudah membuat adiknya seperti ini? Gavin bersumpah demi apapun, ia akan mencari tahu dan akan menghabisi orang itu.

Gavin duduk disisi ranjang sambil merapikan anak rambut Gia yang tenang dalam mimpi indahnya, "Maafin abang ya, dek. Abang gak bisa jagain Gia." ucapnya lirih.

Garis Takdir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang