-|Promise|-

1.2K 264 2
                                    

Sekembalinya Pangeran dan Putri ke istana, kedua pasangan itu bertemu dengan Pangeran sulung Kim juga Yang Mulia Ratu. Tatapan Doyoung dan Junkyu beradu datar, sebelum akhirnya Pangeran bungsu Kim mengalihkan perhatian.

Yujin membungkukan punggung di depan Yang Mulia Ratu sambil tersenyum kecil, terlihat kaku.

Yang Mulia Ratu memberikan senyum tipis, dengan matanya menatap Pangeran bungsu Kim. "Apa yang Pangeran dan Putri lakukan di luar sana?" Yang Mulia Ratu bertanya sopan.

Doyoung tidak menjawab, membuat Yujin langsung menjawab, "Saya dan Pangeran pergi ke pemukiman rakyat saja."

Yang Mulia Ratu mengangguk, lalu satu tangannya terulur, mengusap bahu Yujin. "Putri pergi ke kamar lebih dulu ya, ada yang ingin saya bicarakan dengan Pangeran bung―"

"Maaf saya harus pergi." Sela Pangeran bungsu Kim dengan suara datarnya. Kakinya bergerak hendak pergi, namun tangan Kakaknya menahan pergelangan tangannya.

"Jangan membangkang. Kau hanya Putra Mahkota di depan Yang Mulia Ratu." Desis Junkyu sedangkan Doyoung menatap Kakaknya itu dengan lirikan tajam.

Yang Mulia Ratu yang semula menatap dua putranya itu, kembali menatap Yujin dengan senyum kecilnya. "Anda tidak perlu khawatir, Putri. Sekarang anda pergi ke kamar anda."

Yujin sebenarnya tidak mau, dia ingin menarik Pangeran pergi bersama karena banyak hal yang dia takutkan. Tapi apa daya Yujin di depan Yang Mulia Ratu.

"B-baiklah, saya pergi dahulu." Yujin membungkukan badan, lalu pergi dari hadapan Yang Mulia Ratu.

Setelah kepergian takdirnya, Doyoung menyentak kencang tangan Kakaknya di pundaknya. Menatap tajam Yang Mulia Ratu juga Pangeran sulung itu.

Yang Mulia Ratu terkekeh pelan, "Tenang Pangeran, kami hanya akan mengajakmu berbicara sebentar saja." Ucap Yang Mulia Ratu melangkahkan kaki mendekat, hingga sampai tepat di depan Pangeran. "Anda mau kan, Putra Mahkota?"

"Tidak." Balas Pangeran bungsu Kim dengan muka datar. "Seharian ini aku harus di dekat takdirku, jadi jangan ganggu aku dan Putri hari ini." Tegas Pangeran sebelum kakinya melangkah mundur, lalu pergi.

Tapi kakinya berhenti saat lima orang prajurit berdiri di depannya. Kedua tangannya terkepal kuat, sedangkan Kim Junkyu terkekeh sinis.

"Pangeran," sebut Yang Mulia Ratu melangkahkan kaki mendekat. Hingga dia berdiri di belakang punggung Pangeran. "Cobalah bersikap sopan di depan Yang Mulia Ratu. Meskipun anda ahli waris tahta setelah aku mati, tetap saja kau harus bersikap sopan sebagai tanda attitude seorang calon raja, juga menghormati Ibundamu."

Kepalan tangan Doyoung semakin kuat. Desisan berat keluar dari bibirnya. Pangeran itu berbalik badan, menatap Yang Mulia Ratu kemudian membungkukan punggung, sebelum akhirnya kembali tegak.

"Saya sebenarnya ingin ikut dengan anda. Tapi sayangnya, derajat sesepuh lebih tinggi dari anda, Yang Mulia Ratu." Pangeran bungsu Kim itu tersenyum kecil, tapi mampu membuat Yang Mulia Ratu menahan kesal. "Saya pamit, ingin mengerjakan hukuman dari Tuhan dan ucapan sesepuh."

Sekali lagi, Doyoung membungkukan punggungnya, dan pergi dari hadapan Yang Mulia Ratu setelah menunjukan rasa hormatnya.

***
"Kenapa duduk di sini? Kau tidak berniat menyelesaikan hari ini dengan tidur bukan?" Doyoung bertanya, masuk ke dalam kamarnya dan Yujin.

Gadis itu sempat tersentak karena melamun, tapi dia hanya menunjukan senyum kakunya. "Aku hanya menunggu Pangeran saja."

Doyoung mengangguk kecil membalas. Dia duduk di atas ranjang, kemudian tangannya mengkodekan Yujin agar mendekat. Gadis itu menurut, dia menurunkan kaki jenjangnya ke lantai lalu pergi menghampiri Pangeran.

Prince(ss)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang