Part 14

301K 32.6K 2.3K
                                    

Aurel yang sedari tadi tidur mulai membuka matanya, dia mengeryitkan dahi saat wajahnya menyentuh sesuatu yang keras namun nyaman apalagi hidungnya dipenuhi semerbak aroma musk yang membuatnya betah berlama-lama. Tangannya yang bebas menyentuh sesuatu di depannya, keras seperti batu namun seperti ada kotak-kotak seperti roti sobek.

Tunggu.

Sesuatu yang keras namun nyaman dan beraroma musk.

Aurel membuka matanya lebar hilang sudah rasa kantuknya lalu menjauhkan wajahnya dari sesuatu itu. Dirinya baru sadar jika sesuatu itu adalah dada Gevan, dia meringis menatap tangannya yang masih meraba perut Gevan yang six pack.

Dengan cepat dirinya menjauhkan tangannya dari perut Gevan namun ditahan oleh Gevan yang terbangun karena merasakan gerakan dari Aurel.

"Sentuh lagi gakpapa kok, Rel! Raba juga boleh," bisik Gevan dengan suara seraknya.

Aurel yang mendengar perkataan Gevan segera menjauh karena ketahuan, dia reflek menendang tubuh Gevan dengan keras hingga jatuh dari kasur.

Duagh.

Gevan meringis merasakan tubuhnya sakit akibat jatuh ke lantai yang dingin dan keras itu.

Gevan menatap tajam Aurel namun kembali menciut setelah melihat Aurel yang juga menatap tajam dirinya diiringi kedua tangan berkacak pinggang.

"Kok kamu bisa ada di kamarku?!" Tanya Aurel sambil menatap Gevan.

"Kan tadi aku udah bilang mau ke sini, Rel!" Jawab Gevan dengan merengut sebal, bisa-bisanya dia jatuh karena di tendang Aurel.

Gevan berdiri dengan tangannya mengelus pantatnya yang tadi mencium lantai lumayan keras. Dia berjalan tertatih-tatih menuju ranjang, Aurel yang melihat itu segera mundur hingga ia akan terjungkal ke bawah jika tangan Gevan tak menariknya lebih dulu.

Aurel mengelus dadanya hampir saja dirinya jatuh untung saja Gevan menolongnya.

"Kamu kok ceroboh banget sih Rel! Untung tadi aku tarik kalo enggak kamu udah jatuh!" Ucap Gevan dengan nada serius, dia melepaskan cekalan tangannya lalu bersandar di headboard. Seketika dia melupakan rasa sakit di pantatnya lebih mengkhawatirkan Aurel.

Aurel cemberut, "Ya kamu sih! Ngapain coba naik ke ranjang lagi."

Gevan mengeryitkan dahinya mendengar perkataan Aurel, dipikirannya apa salahnya dia berbaring lagi di ranjang namun dia tak terlalu memikirkan perkataan Aurel.

Gevan hanya menepuk sisi ranjang di sampingnya, "Sini duduk deket aku."

Aurel dengan patuh menurut, dia merangkak lalu duduk di samping Gevan. Gevan langsung menarik tubuh Aurel hingga berada di pangkuannya, lalu meletakkan kedua tangannya di pinggang Aurel agar Aurel tak beranjak dari pangkuannya.

"Ish..Gevan lepasin," ucap Aurel sambil tangannya mencoba melepaskan rengkuhan Gevan.

Gevan hanya menggelengkan kepalanya, dia sibuk memeluk tubuh Aurel dari belakang dan menghirup aroma Aurel yang menenangkan.

"Kamu kenapa sih Ka? Ada masalah apa?" Tanya Aurel ketika melihat sikap Gevan yang menjadi sedikit manja dari biasanya. Dia sadar ada yang disembunyikan oleh Gevan, dengan perlahan dia menyandarkan tubuhnya di dada Gevan dengan tangannya mengelus pelan tangan kekar Gevan.

Gevan menghela napas teringat kejadian tadi sebelum dia ke rumah Aurel, "Aku benci sama orang-orang yang hina kamu, Rel. Pengen aku hajar mereka, kamu juga diem-diem aja."

Aurel diam-diam tersenyum, dirinya sungguh beruntung memiliki tunangan seperti Gevan yang selalu melindungi dirinya.

"Udah gak usah dipikirin! Biarin mereka hina aku yang penting kamu ada di sampingku Ka! Lagipula aku mau main cantik aja, kalo adu otot percuma tonjokan aku belum tentu bikin sakit! Kalo sakit pun pasti cuma sebentar," Ucap Aurel dengan lembut, dirinya tak ingin Gevan merasa terbebani dengan hinaan orang-orang.

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang