Nerd | 15

57.4K 6.1K 137
                                    

Sejak pulang sekolah sampai pada detik ini, Leta terus menekuk wajahnya masam. Dia masih tidak terima karena sudah dikalahkan oleh Devin saat pertandingan basket tadi.

Kenapa? kenapa dirinya bisa kalah dari makhluk bernama Devin Alghamare itu? Dirinya benar-benar kesal sekarang.

Leo yang saat ini tengah bermain ps di dalam kamar gadis itu heran melihat wajah kembarannya yang nampak sekali kesal, tumben saja Leta hari ini tidak memerintahkannya melakukan sesuatu. Biasanya kan, Leta selalu menyuruh dirinya untuk melakukan ini dan itu.

Leo meletakan stick ps-nya, lalu memutar tubuhnya melihat ke arah Leta. "Ta, kenapa lo?" Leta melirik tajam pada Leo kemudian melempar bantal yang tadinya dia gunakan untuk meletakkan kepalanya.

Salah gue apa ya, Gusti? tanya Leo dalam hatinya.

"Lo punya dendam apasih sama gue? Gue nanya bener-bener malah dilempar bantal?!" Leta merosotkan tubuhnya, dia merangkak mendekat ke arah Leo kemudian bersandar di bahu lelaki itu.

"Devin itu siapa sih?" tanya Leta sembari memainkan jari jemari Leo, membandingkan besar tangannya dengan kembarannya. Lelaki itu menautkan alisnya.

"Manusia lah, emang menurut lo apaan?" Leta mencebik.

"Ya gue tau kalo dia itu manusia. Maksud gue itu, dia siapa kok jago main basket gitu?"

"Lah? Lo baru tau Devin jago main basket?" Leta mengangguk.

Memang seperti itu, Leta tahu jika Devin bisa bermain basket karena beberapa hari kemarin Adriel yang mengajak dirinya melihat Devin bermain basket. Leta mengira permainan Devin itu biasa saja, tapi ternyata tidak.

"Dia tadinya itu kapten basket, tapi karena Devin itu sering buat onar gitu. Sering adu mulut saat pertandingan, sering nyari masalah sama tim lawan, dan banyak lagi lainnya. Jadi, jabatan sebagai kapten basketnya dicabut, lalu dia dikeluarin dari tim basket." Leta mengangguk paham.

"Emang kenapa sih, nanya tentang Devin?"

"Gue tadi kalah pas ngelawan dia," sahut Leta dengan wajah datarnya. Sontak mendengar itu, tawa Leo langsung pecah. Karena dia tahu, selama di hidup Leta, baru kali ini gadis itu dikalahkan dalam permainan basket.

"Sekali lagi lo ketawa, gue gorok leher lo!" ucap Leta penuh peringatan. Leo langsung menghentikan tawanya dan mengusap pelan puncak kepala kembarannya.

***

Leta mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru perpustakaan. Dia ingin mencari salah satu atau salah dua yang ingin dia beri pertanyaan tentang kematian Ara, dia harus mendapatkan petunjuk, apapun itu.

Lalu netranya jatuh ke arah dua gadis yang 'terlihat' kalem. Leta langsung melangkahkan kaki menuju arah kedua gadis itu.

"Permisi," ucap Leta pelan. Karena ini perpustakaan, jadi tidak boleh ada suara bising kan. Kedua gadis itu menoleh pada dirinya.

"Ada yang bisa dibantu?" tanya salah satu gadis itu yang berambut sebahu.

"Maaf, aku murid baru di sini. Aku boleh nanya, letak buku Bahasa Indonesia di mana? Daritadi aku nyariin nggak nemu, hehe," tanya Leta basa-basi. Jelas, kedatangannya ke sini karena ingin mencari informasi, bukan mencari buku.

"Buku Bahasa Indonesia?" Leta mengangguk.

"Itu di belakang lo." Alis Leta menyatu, kemudian menoleh ke arah belakangnya. Benar, rak yang berisi buku Bahasa Indonesia tepat di belakangnya. Kenapa dia begitu bodoh?

"Oh iya, makasih." Kedua gadis itu mengangguk.

"Aku boleh nanya lagi?" Kedua gadis itu mengangguk pertanda memperbolehkan.

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang