43. Lemah

8.7K 1.4K 156
                                    

Mark mengerjapkan matanya saat cahaya matahari mengenai kelopak matanya. Dia menahan sinar itu menggunakan telapak tangannya. Sinar matahari pagi sangat menyakitkan jika mengenai mata yang baru terbuka.

Mark berusaha untuk bangun dari tidurnya. Dia menyandarkan dirinya di kepala ranjang. Mark melirik sedikit ke samping. Tak ada Haechan di sana.

Ketika Mark ingin mencari Haechan, pintu kamar terbuka. Haechan masuk dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih.

Lelaki itu membawanya mendekat pada Mark, kemudian dia menaruh nampan itu di atas meja nakas.

"Kau masih pusing?"

Mark melihat tangan Haechan sebentar, kemudian dia mengangguk sebagai jawaban.

"Istirahatlah hari ini. Tidak perlu bekerja."

Mark menggeleng. "Jika aku tidak datang, mereka akan bermalas-malasan."

Haechan menahan tubuh Mark yang akan turun dari ranjang. Dia menatap Mark dengan tampang garang, tapi di mata Mark, Haechan terlihat imut.

"Turuti aku. Kalau kau pergi bekerja dan jatuh sakit lagi, aku akan menggunakan kesempatan itu untuk pergi dari sini."

Haechan menggerakkan tangannya tanpa sadar. Dia melihat perubahan raut wajah Mark. Lelaki itu menatap datar dirinya.

"Kenapa tidak kau lakukan sekarang?"

Haechan tidak menjawab. Mark kembali berkata, "Jika kau melakukannya, aku akan menangkapmu lagi dan membawamu lebih jauh."

Kalimat Mark kali ini lebih mengerikan. Haechan tidak tahu apakah Mark serius atau hanya sekadar bercanda, tapi wajah itu terlihat sangat serius.

"Baiklah. Makan buburmu."

Haechan mengubah suasana gelap itu dengan menyuruh Mark memakan bubur yang telah dia buat.

Mark melirik sekilas ke arah bubur dan mengerutkan keningnya. "Kau tahu aku tidak suka bubur."

"Ya, tapi ini bagus untukmu. Cepat makan."

Mark tidak melakukan apa yang Haechan suruh. Dia hanya mengambil air dan meminumnya sedikit, kemudian meletakkan gelas itu kembali.

Haechan menghela napasnya. Jika Mark tidak makan, kepalanya akan semakin sakit. Oleh karena itu, Haechan mengambil mangkuk berisi bubur itu dan memasukkan satu sendok ke dalam mulutnya. Kemudian dia menarik kepala Mark dan menyuapi bubur itu dari mulutnya langsung ke mulut Mark.

Mark melihat wajah Haechan ketika lelaki itu menyuapinya menggunakan mulut. Mark menekan kepala Haechan agar bubur yang berada di antara mulut mereka tidak tumpah.

Haechan memukul bahu Mark karena lelaki itu menggigit lidahnya saat Haechan mendorong bubur itu ke dalam mulut Mark.

"Kau masih ingat cara yang kusuka jika aku tidak mau makan bubur," kata Mark sambil menyeringai.

"Makan sendiri."

Haechan meletakkan bubur itu dan pergi keluar dari kamar dengan wajah memerah. Dulu, setiap kali Mark sakit, Haechan akan menyuapi Mark dengan mulutnya karena lelaki itu selalu menyuruhnya. Jika tidak, Mark tidak mau makan dan Haechan yang akan kesulitan merawat Mark.

Lelaki itu selalu menolak untuk dibawa ke rumah sakit dan hanya ingin Haechan yang merawatnya.

Mark tertawa kecil melihat tingkah Haechan. Dia menatap mangkuk berisi bubur di pangkuannya. Tawa itu perlahan berubah menjadi senyuman yang menyedihkan.

"Kuharap nanti ... dia bisa menerimamu."

Mark mengambil satu sendok bubur dan memakannya dengan enggan. Dia hampir muntah karena bubur yang dibuat Haechan selalu tidak memiliki rasa. Benar-benar makanan untuk orang sakit.

Haechan kembali masuk ke kamar setelah dua jam dia melarikan diri. Dia ingin mengambil bekas makanan Mark untuk dia cuci. Haechan mengintip sedikit dan mendapati Mark yang telah kembali tertidur.

Haechan berjalan perlahan agar tidak membangunkan Mark. Dia melihat punggung Mark terkena sinar matahari. Dengan hati-hati dia menarik gorden untuk menghalangi cahaya matahari. Membiarkan Mark tidur dengan nyaman.

Setelah itu, Haechan berbalik dan ingin mengambil nampan berisi mangkuk dan gelas. Sebelum dia mengambilnya, Haechan menatap ke arah Mark sebentar. Dia berbisik dalam batinnya.

Jika sedang sakit, kau terlihat sangat lemah dan menyedihkan. Bagaimana bisa aku pergi jika hatiku sangat sedih melihatmu seperti ini.

Haechan mengambil nampan tersebut dan membawanya ke dapur. Dia mencuci bekas makanan Mark dan juga piring miliknya. Setelah selesai mencuci piring, Haechan melanjutkan kegiatannya dengan membersihkan rumah Mark. Dia menyapu dan juga mengepel, kemudian mencuci pakaian kotor miliknya dan juga milik Mark.

Selama Haechan ada di sini, Mark akan menyuruh beberapa orang untuk membersihkan rumahnya. Meskipun begitu, Haechan tidak ingin hanya berdiam diri di rumah. Dia merasa kembali ke masa lalu ketika menyusuri rumah itu. Dulu, Haechan sering membersihkan sendiri rumah itu dan tidak membiarkan Mark menyewa ART.

Haechan melihat ke arah jam. Sudah pukul dua siang, tapi Mark belum juga bangun. Haechan sedikit khawatir jika Mark semakin parah. Dia menaiki tangga untuk memeriksa keadaan Mark.

Lelaki itu masih tidur dengan selimut yang menutupi separuh wajahnya.

Haechan menaiki tempat tidur dan duduk di sebelah Mark. Memperhatikan wajah lelaki itu yang tampak pucat. Haechan menepuk pelan pundak Mark, mencoba membangunkannya.

Mark tak merespon, dia masih menutup matanya dengan rapat. Haechan mengangkat tangannya dan merasakan bahwa suhu ruangan menjadi dingin. Haechan mengambil remote ac dan menaikkan suhunya agar Mark tidak kedinginan.

Setelah itu, Haechan kembali menepuk bahu Mark, tetapi kali ini laki-laki itu merespon dengan menarik tangan Haechan. Membuat Haechan tertarik ke arah tubuh Mark.

Wajah mereka berdua terlalu dekat, membuat Haechan dapat merasakan napas hangat Mark yang keluar dari hidungnya.

"Peluk aku."

Haechan masih memproses apa yang terjadi. Selama dia menikah dengan Mark, tidak sekalipun lelaki itu meminta Haechan untuk memeluk dirinya. Mark akan langsung melakukannya tanpa meminta terlebih dahulu.

"Donghyuck ...." Mark kembali memanggil Haechan dengan suara rendah.

"Peluk ...."

Dengan kaku, Haechan menggerakkan tubuhnya untuk masuk ke dalam selimut yang sama dengan Mark dan memeluk lelaki itu. Mark bergerak sedikit ke bawah agar dia bisa meletakkan kepalanya di dada Haechan. Tangan Mark melingkar dengan erat di pinggang Haechan.

Suhu panas terasa di pinggang Haechan yang berasal dari tangan Mark. Dalam hati, Haechan menebak dia akan tertular demam Mark setelah ini.

"Donghyuck ...."

Haechan merespon Mark dengan membuat lingkaran di punggung Mark menggunakan ujung jarinya.

"Jika aku sakit atau terluka nanti, tolong peluk aku seperti ini."

Mark berkata sambil memejamkan matanya kembali. Suaranya begitu lirih. Haechan mendengar suara dan kalimat Mark merasa sangat kacau. Haechan tidak mengerti kenapa hatinya merasa sedih secara tiba-tiba. Haechan tidak tahu kenapa Mark menjadi berbeda. Mark seperti memperlihatkan kelemahannya pada Haechan. Seolah-olah meminta Haechan untuk menerima sisi lemahnya.




Tbc

Yak, segini dulu. Ueee ngantuk.

Uee usahain update tiap hari. Biar cepat selesai. Jadi, mungkin satu chap sedikit gini. Kalo Ueee gak capek ya bisa panjang.

Terima kasih pengertiannya. Komen dan vote nya di tunggu.

Aku menunggu kalian sama seperti kalian menungguku.

ANJAY GAK TUH (^v^)

See you~

The Twins' Obsession | MARKHYUCK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang