Akhirnya

1.2K 68 0
                                    

Aku memutuskan untuk langsung pergi ke RS tempat dokter Reyhan bekerja. Sesampainya disana, aku mempercepat langkahku menuju sebuah ruangan tempat aku biasa menemuinya.

Pintu tidak dikunci, aku mengetuknya sebelum masuk dan benar saja ia ada disana. Matanya memandangku seakan-akan berkata "Rea ngapain kamu disini?". Seketika aku terdiam, mulutku terkunci. Hingga ia membuka suara.

"Assalamualaikum" ucapnya, aku melihat wajahnya berusaha tenang.

"Waalaikumsalam" jawabku

"Ada apa Re?" Tanyanya

"Papa sakit apa dok?" Tanyaku to the point.

"Duduk dulu" Perintahnya, aku menurut.

"Tau dari mana papa ada disini?" Tanyanya

"Jawab saya dulu dok" ucapku

"Itu hasil EKGnya, coba kamu baca sendiri" ucapnya sembari menyodorkan kertas bergambar seperti rumput yang sebenarnya adalah rekaman detak jantung. Sial. Ini seperti ujian hanya saja aku membaca hasil pasien yang adalah papaku sendiri.

Untungnya aku sudah banyak berlatih, jika tidak aku pasti akan sangat malu. Ku perhatikan gambar itu baik-baik, membaca dan mencari kelainannya dengan detail.

"NSTEMI?" Tanyaku pada dokter Reyhan, simple aku menemukan segmen ST yang menurun, khas NSTEMI.

"Yap, benar. Papa dalam kondisi stabil, kamu nggak usah khawatir." Ucapnya

"Kenapa harus ke jakarta? Di Bandung emang gak bisa?" Tanyaku

"Ceritanya Panjang" ucapnya

"Ceritakan" ucapku

"Saya ke Bandung hari itu karena ada yang harus kami bicarakan. Papa cerita kalau ada keluhan di Dada, rasanya nyeri. Saya langsung berpikir mungkin ada masalah di jantungnya. Saat itu kamu akan UKMPPD Papa nggak mungkin ngasih tau kamu kalo Papa sakit, karena ada keperluan di Jakarta saya meminta papa kamu untuk sekalian check up dan sebelum menemui kamu Papa mengalami serangan jantung. Tentunya keluarga kamu nggak mau bikin kamu khawatir dong. Ya sudah akhirnya Papa di rawat disini." Ucapnya

Aku menghembuskan napas lega, meskipun aku harus sering memantau kondisi Papa karena seperti yang aku tau serangan jantung bisa kapan saja dan kalau tidak segera ditangani bisa saja aku kehilangan Papa.

"Terima kasih dok, saya mau ketemu Papa dulu" Ucapku

"Bareng aja, saya juga mau kesana. Btw kamu tau dari mana papa disini?" Tanyanya

"Saya tau dari kak kemal sama Nana" Ucapku

"Ah iya, Saya mengabari Kemal untuk memberitahu kamu nanti setelah kamu selesai ujian." Ucapnya

"Untung saya mampir dulu ke Nana nggak langsung balik ke Bandung" Ucapku

"Iya untungnya" Ucapnya

"Nggak ada yang disembunyiin kan dok?" Tanyaku

"Gak ada" ucapnya

Kami berjalan beriringan menuju kamar Papa yang letaknya lumayan jauh dari ruangan dokter Reyhan. Nggak ada obrolan lagi sepanjang jalan, aku berkutat dengan pikiranku dan dia juga.
Hingga akhirnya kami sampai di depan ruangan Papa.

"Assalamualaikum" Ucap kami berbarengan

"Waalaikumsalam Rea? Kok disini?" Tanya mama, sementara Papa sedang tidur di bed.

"Mama gak buka hp ya? Rea telpon nggak diangkat, Rea chat gak di bales" Ucapku

"Hehe Maaf ya nak, HP mama silent soalnya Papa baru istirahat." Ucapnya

"Gimana kondisi papa?" Tanyaku pada Mama

"Tanya Reyhan lah kan dia dokternya" Ucap Mama

"Udah Saya jelaskan kok Ma" Ucap dokter Reyhan

Bentar bentar jika ku perhatikan sedari tadi dokter Reyhan menyebut Mama dan Papa dengan sebutan yang sama denganku. Ada apa ini?

"Gimana tadi ujiannya? Lancar?" Tanya Mama tiba-tiba

"Alhamdulillah lancar" Ucapku

"Duduk dulu kali Re, ayo duduk juga Rey" Ucap Mama

Tadinya kami hanya berdiri disamping Bed Papa, mataku hanya mengamati Papa yang jarang sakit tiba-tiba harus berbaring disini sembari menjawab pertanyaan-pertanyaan Mama.

"Sejak kapan papa kaya gini ma?" Tanyaku

"Mama nggak tahu kapan pastinya, tapi satu bulan ini papa sering mengeluh sakit." Ucap Mama

"Kok nggak pernah cerita ke Rea?" Tanyaku

"Papa nggak mau kamu kepikiran, lagian kan Papa sama Mama juga bisa menangani ini senidiri, untung ada dokter Reyhan. Dan kebetulan aja pas dia lagi ke Bandung" Ucap Mama

"Udah berapa hari di RS?" Tanyaku

"Udah 3 hari. Besok Papa udah boleh pulang kan Rey?" Tanya Mama

"Iya Ma, nanti Reyhan periksa lagi kondisi Papa ya." Ucapnya

Nggak lama setelah kami ngobrol Papa pun bangun. Aku buru-buru mengambil kursi di sampingnya. Pergerakan papa masih lemah, aku membantunya untuk mengambil posisi setengah duduk.

"Rea, maafin Papa ya. Papa nggak cerita, Papa nggak mau Rea khawatir" ucapnya tenang

"Gapapa Pa yang penting Papa cepet sembuh" Ucapku

"Udah sembuh nih, Papa berterima kasih sekali sama Reyhan. Dia mau bawa Papa dan ngurusin semuanya selama Papa sakit" Ucap Papa, seraya menepuk bahu dokter Reyhan.

"Sama-sama Pa, udah tugas saya untuk melakukan itu" Ucap dokter Reyhan sembari tersenyum

"Rea heran deh kok bisa sih dokter Reyhan yang ngurusin Papa sementara Rea nggak tau apa-apa" Ucapku Cemberut

"Ya Kan Papa udah minta maaf. Papa nggak mau kamu kepikiran, kan mau ujian. Ujian kamu itu lebih penting sayang, kamu sudah megusahakan itu selama hampir 6 tahun. Masa Papa mau mengacaukan fokus kamu sementara disini Reyhan sudah berusaha maksimal untuk menolong Papa dan Papa selamat" Ucapnya

"Papa lebih penting, Rea gak mau tau ya pokonya setelah ini nggak ada Rahasia-rahasia lagi" Ucapku.

"Oke sekalian aja deh, Papa mau ngomong serius." Ucapnya

"Serius apa Pa?" Tanyaku

"Rea kan udah selesai ujian. Masih inget nggak dulu Papa bilang apa?" Tanyanya

Hm aku inget sebenernya, tapi apa itu yang dimaksud Papa? Reyhan boleh dateng ke aku lagi setelah aku selesai studi. Dari pada salah ku jawab gak tau aja deh.

"Rea Papa memantau kamu dan Reyhan selama 2 tahun ini. Kalian menjadi asing setelah tau sama lain semuanya karena Papa, Papa minta maaf. Bukan karena Reyhan nggak baik, tapi karena Papa terlalu takut melepas kamu pada orang yang salah. Papa sudah menjaga kamu dan melindungi kamu sejak kamu lahir dan menyayangi kamu sebelum kamu lahir, rasanya papa nggak yakin akan ada pria yang baik dan setulus Papa. Tapi semenjak kehadiran Reyhan di hidup kita, kamu, papa, dan Mama. Papa yakin dia bisa melindungi dan menjaga kamu seperti Papa. Bahkan Papa harap dia bisa melakukannya lebih dari Papa. Karena apa Rea? Dalam kondisi Papa kemarin sebenarnya bisa saja Reyhan tidak ikut membantu karena Papa menolak niat baiknya, tapi dia membuktikannya Re, dia menolong Papa tanpa pamrih. Papa bisa rasakan dia melakukannya 100% ikhlas, dia juga menjaga kamu, meskipun dari jauh. Papa tau itu.
Dan Papa nggak bisa menilai Reyhan hanya dari latar belakang keluarganya, Papa akui dia hebat. Dia bisa menempatkan dirinya dengan baik, soal agama juga Papa nggak ragu dia bisa jadi imam untuk kamu. Oleh karena itu, nggak ada alasan Papa untuk tidak merestui kalian lagi. Papa harap perasaan kalian masih sama dan Papa akan menjadi orang yang sangat beruntung karena bisa mempersatukan dua orang yang saling mencintai dan menyayangi sekaligus menyayangi Papa" Ucapnya

Aku dan dokter Reyhan terdiam, kami saling tatap beberapa detik. Lalu mengalihkan pandangan masing-masing. Jadi kami di Restui?

-------------------------------------------------------------
Halo guys, akhirnya aku update lagi nih, setelah berbulan-bulan aku tinggalin hehe. Dan kaget banget ternyata yang baca udah 3,6 K.

Jangan lupa voment yaa guys, biar aku makin semangat hehe.

SETELAH PUTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang