Part 18

310K 30.2K 1.5K
                                    

Aurel memberi gestur untuk melepaskan pelukan pada Gevan. Gevan dengan tak rela melepaskan pelukan nyaman Aurel.

"Masih mau peluk, yang."

Aurel yang mendengar ucapan manja Gevan melotot tajam, tak habis pikir dengan kelakuan Gevan yang tak tahu malu. Matanya melirik ke semua orang yang masih di kantin menyaksikan drama yang terjadi.

Matanya berhenti tepat di mana Jihan yang masih terlihat menyedihkan, menangis dengan pipi yang masih bengkak dan sudut bibir yang sobek. Ditemani oleh cewek yang mungkin saja teman sekelasnya, Jihan dibantu temannya pergi meninggalkan kantin.

Tentu saja Aurel masih belum puas melihat hal itu, baginya tamparan Gevan hanyalah sebagai awal permulaan bagi Jihan jika Jihan kembali macam-macam dengannya. Dia tak segan-segan membuat Jihan lebih menderita mungkin lebih dari sekedar tamparan.

Apalagi Dion, dirinya belum puas hanya melihat wajah babak belur Dion karena Dion telah membuatnya menderita dulu hingga dia melakukan berbagai hal yang buruk hanya untuk Dion. Dia bukan Aurel yang dulu, dia akan membalas perlakuan Jihan dan Dion padanya.

"Rel!"

Panggilan dari Gevan membuat lamunannya memudar, dia menatap Gevan yang menatapnya khawatir.

"Kamu kenapa? Kamu gak denger apa yang aku omongin?" Tanya Gevan dengan muka cemberut.

"Kamu ngomong apa emang?" Tanya balik Aurel.

Gevan yang mendengar pertanyaan Aurel kembali mengulang perkataannya, dia paling tak suka jika seseorang tak mendengarkannya apalagi menyuruhnya untuk mengulang perkataannya namun untuk Aurel dia rela melakukannya.

"Ayo kita ke UKS, kita obati luka tamparan mu itu," ulang Gevan.

Aurel yang mendengar perkataan Gevan tentang UKS mengeluarkan seringai tipis. Aurel menggenggam tangan Gevan lalu berseru semangat, "Oh iya, ayo Ka! Aku mau obatin lukanya,"

Mendengar perkataan Aurel yang kelewat semangat membuat Gevan mengeryitkan dahinya, "Kok kamu semangat banget sih yang?"

Aurel mengangguk semangat dia menjawab perkataan Gevan dengan senyum genit, "Iyalah semangat, kan mau ketemu dokter ganteng!"

Gevan yang baru sadar mengingat dokter yang di UKS itu langsung menolak tegas.

"GAK JADI! Aku cabut omongan aku tadi!"

Teriak Gevan dengan tegas membuat Aurel sontak meledakkan tawanya.

"Hahahaha!"

Aurel tak kuasa menahan tawanya melihat reaksi Gevan yang berlebihan itu, perutnya terasa sakit karena terlalu lama tertawa.

Gevan yang sadar kalau dikerjai Aurel pun menatap tak suka namun melihat tawa lebar Aurel membuat kedua ujung bibirnya ikut tertarik ke atas.

Gevan suka melihat Aurel tertawa, wajahnya menjadi lebih cantik dan tawanya terdengar renyah di telinganya apalagi penyebab Aurel tertawa adalah dirinya.

"Cantik!"

Tawa Aurel terhenti mendengar celetukan Gevan, Aurel berdehem pelan merasa salah tingkah hanya mendengar perkataan Gevan yang menyebut dirinya cantik. Lemah sekali jantungnya ini, rutuk Aurel dalam hati.

Gevan yang melihat tingkah lucu Aurel yang salah tingkah membuatnya tersenyum tipis. Dia melambaikan tangannya pada Aurel membuat Aurel yang tadinya salah tingkah mengeryit bingung.

"Apa?" Tanya Aurel bingung.

Gevan tak mengatakan apapun tapi tetap melambaikan tangannya menyuruh Aurel mendekat.

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang