²⁴

377 40 12
                                    

flashback

" gimana kondisi nya ? "
Ren menggeleng sebagai jawaban. Dia sendiri tak tahu bagaimana keadaan Rio 100%, dibilang baik baik saja, tapi kenyataannya tidak.

Javien yang paham dengan raut wajah Ren hanya mengangguk membiarkan Ren disana dengan Rio, dia bujuk pun Ren pasti akan tetap memilih di ruangan itu untuk menemani Rio. Ren sibuk mengelusi tangan dingin milik Rio, padahal tadi sangat hangat kalau dia ingat, tapi sekarang tangan itu malah terasa dingin, kondisi kesehatan Rio benar benar naik turun saat ini. Ren tak bisa memungkiri, dia sangat merindukan Rio, dan melihat Rio sakit membuat Ren juga merasa sakit dihatinya, merasa bersalah karena Rio jadi sakit juga karena mencarinya.

" Ri.. jangan sakit gini.. aku gak tega liatnya, apalagi tau kamu kayak gini karna cari aku "
Raut wajah Rio menunjukkan perubahan, yang artinya Rio akan segera bangun dari pingsan nya.

Jelas itu membuat Ren merasa sangat senang, dia ingin memeluk Rio rasanya, begitu Rio sadar nantinya. Namun keinginan Ren sepertinya harus ditunda, karena mendadak perutnya terasa kram mendadak, dan jelas itu membuat Javien dan Elya yang berada diluar ruangan Rio masuk dengan paniknya, Ren rasa itu bukan hanya kram biasa, karena sakitnya jauh lebih sakit dari kram yang biasa dia rasakan, hal itu membuat kaki Ren melemas.

" ughh.. Ne-nek.. sakit "

" Javien, bawa Ren ke rumah sakit, ke tempat dokter Jayden praktek "

Javien mengangguk mengerti, dengan cepat dia mengendong Ren yang masih sibuk memeluk perutnya yang terasa sakit. Tapi saat dia berada diluar ruangan Rio, matanya melihat sosok Daniel dan Farrel yang berjalan ke arah ruangan Rio, penasaran dengan apa yang akan mereka lakukan, Ren menahan pergerakan Javien yang lantas membuat sang empu juga menghentikan langkahnya. Farrel menyadari tatapan Ren ke arahnya, senyum miring Farrel tunjukkan pada Ren, merasa sombong karena dirinya berhasil menemukan sosok Rio yang ternyata Ren juga kebetulan ada disana.

" oh hai, kenapa Ren ? kram ya ? duh, kasian bener lu, urus dulu tuh yang ada diperut lu, Rio biar jadi urusan gua, ok ? bye "
Setelah Farrel menyelesaikan kalimatnya, kram yang Ren rasakan ternyata justru terasa semakin menyakitkan.

Javien dan Elya akhirnya memilih meninggalkan Rio disana dengan Farrel, fokus mereka saat ini hanya pada Ren. Sepanjang perjalanan Ren terus memikirkan sosok Rio yang bersama Farrel, apa yang akan mereka lakukan, kenapa dia tak bisa bersama Rio disaat seperti ini? Tidak adil kalau dia boleh mengeluh. Dia ingin diposisi Farrel, menemani Rio, atau setidaknya menghabiskan waktu bersama dengan Rio, bukan seperti yang terjadi saat ini, kesakitan sendiri tanpa ada Rio di dekatnya.

flashback off

" Rio bedrest, lu juga bedrest. kenapa barengan gini sih ? lu tuh jangan terlalu mikirin Rio Ren.. dia tuh baik baik aja tanpa lu "

" tapi yang tadi ? "

" Ren, Javien, udah dong. Javien udah ya, biarin Ren istirahat dulu, denger kan tadi kata dokter Jayden apa ? Ren juga, dokter Jayden bilang kalau kamu mau melahirkan secara normal, kondisi kamu selama 3 bulan terakhir harus bagus terus.. kalau drop gini, kamu yakin bisa lewatinnya ? "
Ren terdiam, dia merenungkan apa yang Elya katakan padanya.

Ada benarnya juga kata kata Elya, dia tak bisa terus egois dengan terus memikirkan sosok Rio tanpa mengingat kondisinya juga yang perlu diperhatikan. Lagi lagi dia hampir mencelakakan calon anak-anak nya sendiri, padahal semangat hidup Ren selama ini adalah mereka, jika Ren kehilangan mereka, bagaimana dia bisa hidup? Javien ikut diam karena merasa dialah yang memicu keributan diantara mereka tadinya.

Setelah keheningan terjadi diantara mereka, baik Javien maupun Elya memilih meninggalkan Ren untuk istirahat disana sendirian. Ren tak tidur, malah sejujurnya dia memang tak bisa tidur. Ren jadi teringat sesuatu, tak terasa sekarang usia kandungan nya akan menginjak bulan ke tujuh, perutnya bukan hanya sudah lebih besar dari sebelumnya, tapi Ren juga sadar dia sudah lebih kesulitan menjalani hari-hari nya dengan perut yang besar itu.

Padahal beberapa jam yang lalu dia baru saja tertawa tertawa bersama dengan Elya, sedikit berdiskusi juga soal nama yang akan Ren sematkan pada calon anak-anak nya itu. Saat ini Ren hanya memanggil mereka dengan sebutan Dede, dia memilih sebutan sederhana itu karena Rio juga pernah menawarkan soal itu ketika mereka bersama dulu, ah ya, hati Ren jadi sakit lagi karena mengingat kejadian lalu yang pernah dia lalui bersama Rio. Ah ya, Arkan dan Melvin apa kabar ya, Ren ingin bertemu mereka jadinya.

Diluar ruangan Ren, Javien memperhatikan gerak-gerik Ren yang menunjukkan bahwa si empunya belum tertidur. Tangan Javien memegang ponselnya yang kini menampakkan foto dua orang yang sedang dia selidiki, mereka adalah dua orang yang selama ini Javien incar keberadaan nya. Disaat adiknya terkena masalah, kenapa dua orang ini tak ada juga disini? Mereka seakan menghindari Rio, Javien harus mencari tahu soal itu secepatnya.

" gw bakal cari tau keberadaan kalian, awas aja kalau ternyata kalian ada hubungan nya sama semua masalah yang nimpa Rio dan Ren "

— Patner —

" gw nyerah aja deh Jace "

" HA ?! "

" ken- GOBLOK SAKIT ! "
Arkan dan Melvin membuang wajah mereka tepat saat Rio berteriak kesakitan, karena apa? Ya karena Jace memukulinya dengan kuat, bahkan suara pukulan Jace dapat mereka dengar.

Arkan, Melvin dan juga Jace datang ke klinik ini setelah mendapatkan informasi dari dokter yang menangani Rio, atas permintaan Rio sendiri tentunya, karena dia malas jika harus bersama dengan Farrel dalam waktu yang lama. Mereka sudah menduga ini akan terjadi, tak heran, lagian, SIAPA YANG TIDAK AKAN PINGSAN DAN DROP BILA SELAMA BELAKANGAN INI SELALU BERGADANG, MAKAN BILA MAU, DAN JUGA BERJALAN SEJAUH 35KM DENGAN KAKINYA SENDIRIAN TANPA MENAIKI APAPUN?! Author pun kesal jadinya.

" kenapa lu nyerah Ri ? "

" gw capek.. setiap gw selangkah lebih deket sama Ren, takdir selalu ngejauhin kita lagi "
Jace menurunkan tangannya yang sudah berada di atas, hendak menyuapi Rio, dia jadi memikirkan kata kata Rio.

Mungkin ini memang saatnya mereka menyerah, menerima kenyataan bahwa mereka tak lagi bisa bertemu dengan Ren. Arkan dan Melvin hanya diam dan saling melirik satu sama lain, mereka juga ingin menyerah, lelah berkutat dengan laptop begitu lama hanya demi mendapatkan informasi soal Ren, namun nyatanya yang mereka dapatkan hanya sebuah kesia-siaan. Tanpa Melvin sadari sebenarnya air matanya sudah menetes mengingat sahabat dekatnya itu.

" tapi Ri.. gw kangen Ren, cari dia lagi, gw mohon "
Jace mengangguk setuju dengan kata kata Melvin, biar bagaimanapun dia juga ingin Rio dengan Ren kembali bersatu, ya kenapa lagi? AGAR BUTCHY NYA TIDAK MARAH LAGI KARENA JACE LEBIH BANYAK MENGHABISKAN WAKTU UNTUK MEMBANTU RIO SEPUPUNYA, KETIMBANG PACARNYA SENDIRI.

" ya udah.. semangat kita, Ren pasti ketemu, kita bakal liat dia lagi "

" YA, SEMANGAT KITA !!! "





















TBC

ada yang masih nungguin? duh, apakah ini mulai bikin bosen? kayaknya sih iya, huhu, maaf gak feel bikin chapter nya, segini dulu ya

Stay healthy !
See you next part !

- Kenzo

Partner [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang