ᴅᴜᴀ ᴘᴜʟᴜʜ ʟɪᴍᴀ

1.2K 173 3
                                    

ǝTHirëǝl
• ᴇᴛʜᴇʀᴇᴀʟᴏᴠᴇ •

"Lagi-lagi kamu melamun begitu." Alih-alih terkejut, Airlangga justru mengeluarkan nada protes ketika mendapati Adriana melamun. Sarapan gadis itu belum ludes, masih lebih setengah bahkan, tetapi gadis itu tampaknya tidak berminat untuk melanjutkan makannya.

Adriana menunduk, mendorong pelan piring nasi goreng yang ada di depannya kemudian bergerak gelisah.

"Ada apa?" tanya Airlangga yang menegapkan tubuh melihat respons yang diberikan Adriana.

"Boleh saya tanya sesuatu, Chef?"

"Apa?"

"Kenapa Chef Air nggak berniat tinggal lebih lama di sini?"

Adriana tahu, ini akan menjadi pertanyaan bodoh yang mungkin saja Airlangga anggap tidak penting untuk dijawab. Terlihat, bukannya menjawab, Airlangga kini memasang tampang bingung. Tangannya menggapai gelas berisi air mineral dan meneguknya hingga sisa setengah.

"Saya nggak tahu," jawabnya cuek.

"Kenapa nggak tahu, Chef?" Adriana penasaran sendiri. Dalam hati mengutuk rasa keinginan agar memberi tahu siapa dia sebenarnya pada Airlangga. Dengan peruntungan, mungkin saja ia mau tinggal jika ada teman kecilnya dulu.

"Sebelum mama saya meninggal, dunia saya hanya seputar orang tua, pendidikan, dan karir saya. Jika di sini tidak ada orang tua, kemudian karir saya tidak berkembang, untuk apa saya di sini?"

Pertanyaan yang ditujukan untuk dirinya sendiri itu membuat Adriana terdiam, mungkin dalam hati Adriana membenarkan apa yang Airlangga utarakan.

"Terlalu banyak rasa sakit hati yang saya hadapi jika tinggal lebih lama di sini. Kamu tahu? Semenjak kepergian mama, saya nggak pernah berhasil tidur nyenyak bahkan hanya satu kali." Airlangga menenggak ludah susah payah, sesak masih sering menghimpit dadanya ketika mengingat wajah Ayunda untuk terakhir kalinya. "Saya hanya ingin tidur nyenyak."

Kendati mengerti akan situasi yang Airlangga alami, Adriana tetap tidak rela. Tawanya mengudara pelan mewakili kesedihan, terdengar sumbang dan didukung ekspresi meringis serta mata yang berkaca-kaca.

"Apa nggak akan ada kemungkinannya jika Chef ...."

Suara Adriana terputus ketika suara dering ponsel Airlangga berbunyi nyaring. Lewat bahasa tubuh Airlangga pamit untuk mengambil dan menerima gawai itu. Adriana mengangguk, memberikan izin pada laki-laki yang kini tengah bergerak mengambil ponselnya di atas meja kaca di ruang tamu mungilnya.

"Siapa, Chef?" tanya Adriana ketika Airlangga kembali dengan ponsel yang sudah mati dan diletakkan di samping piring miliknya.

"Arial. permasalahan supplier kemarin." Airlangga mengingatkan. "Selesaikan makan kamu. Nggak baik makanan dibuang-buang, terlebih di depan orang yang masak."

Perkataan bernada sindiran itu langsung mendapat respons tarikan kembali atas piring nasi goreng oleh Adriana, buru-buru ia menyendok nasi berbau daging asap itu dan memasukkannya ke mulut.

"Lusa kita jadi ke Bantul, Chef?" Bukannya diam dan menghabiskan jatah sarapannya, Adriana justru mengkonfirmasi rencana yang kemarin--tepatnya pagi ini jam dua pagi--atas pencarian seseorang yang ia sendiri tidak tahu itu siapa.

"Kalau kamu tidak sibuk?"

"Untuk Chef Air saya nggak pernah sibuk."

"Baiklah, lusa kita ke sana, kamu bisa datang ke sini pagi-pagi? Kita berangkat setelah sarapan." Airlangga menyendok suapan nasi goreng terakhirnya.

"Ini tawaran sarapan gratis sebagai upah saya jadi tour guide?" Adriana memastikan.

"Sebetulnya itu sebuah keramahan yang saya tawarkan saja, tapi kalau kamu berpikir seperti itu boleh juga. Kamu tahu? Makanan yang saya buat itu nilai harga jualnya mahal."

Adriana hampir saja menjatuhkan rahang mendengar ujaran percaya diri laki-laki di depannya. Baru seorang Airlangga Sangaji yang ia temui setenang itu mengucapkan rasa bangga tanpa secuil pun ekspresi membekas di wajahnya.

Dengan ekspresi seperti itu, Adriana bahkan tidak dapat menebak perkataan Airlangga barusan adalah sebuah candaan atau perkataan serius.

Kalian pernah punya teman kayak Airlangga? Mukanya kalau bohong atau serius tuh sama aja, nggak ada bedanya, kadang bikin bingung dia becanda apa serius sih ngomongnya :(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian pernah punya teman kayak Airlangga? Mukanya kalau bohong atau serius tuh sama aja, nggak ada bedanya, kadang bikin bingung dia becanda apa serius sih ngomongnya :(

etherealove ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang