Part 23

228K 25.5K 1.8K
                                    

Aurel berhenti melangkahkan kakinya, dia merasa ada sesuatu hal yang membuatnya harus menoleh ke belakang, mengikuti instingnya Aurel menoleh ke belakang.

Sedangkan Lizha dan Gevan yang melihat Aurel berhenti pun ikut berhenti.

Mata Aurel menangkap siluet seseorang yang tentu saja dia kenal betul sedang berbincang dengan Jihan, meski jarak yang jauh namun Aurel tahu pasti apa yang mereka bicarakan.

Ternyata lo udah mulai bergerak ya.

Aurel menyeringai tipis, tentu saja dia tahu siapa orang itu. Di kehidupannya yang dulu dia tahu cewek itu mencintai Gevan dalam diam dan tak berani mengutarakan perasaannya.  Dan melihat Gevan menjadi miliknya tentu saja cewek itu merasa marah dan tak terima apalagi dirinya yang menjadi pasangan Gevan.

Aurel akan menunggu apa yang akan cewek itu lakukan.

Aurel pastikan cewek itu tak akan mampu merebut Gevan darinya, bukannya dia tak percaya dengan Gevan tapi sebelum cewek itu mendekati Gevan dia harus berhadapan dengannya dulu.

"Aurel! Ayo, ngapain kamu liat ke belakang?" Tanya Gevan mengeryitkan dahi mengikuti Aurel melihat ke belakang dan dirinya tak melihat sesuatu hal yang aneh kecuali anak Alexander.

"Enggak kok Ka! Tadi cuma liat kucing liar yang mau nyolong ikan," ucap Aurel asal membuat Gevan menggelengkan kepalanya bingung dengan tingkah Aurel.

"Ya udah yok! Kita ke kelas!" Ajak Gevan menggandeng tangan Aurel dengan erat namun tak menyakiti tangan Aurel.

Aurel yang merasakan genggaman tangan Gevan pun membalas genggaman tangan Gevan. Aurel pastikan hanya tangannya lah yang akan dan pasti di genggam oleh Gevan dan bukan orang lain.

Teruslah berusaha dan gue pastikan usaha lo akan sia-sia.

Tak membutuhkan waktu lama langkah Gevan, Aurel, dan Lizha berhenti tepat di depan kelas Aurel.

"Eh bentar, kelas lo dimana Zha? Gue lupa gak tanya," ucap Aurel ketika sadar jika dirinya belum tahu kelas Lizha dan dengan seenak jidatnya dia menggeret Lizha ke kelasnya.

"XI MIPA 3, sekelas sama lo berarti," ucap Lizha membuat Aurel mendesah lega dan tentu saja senang ternyata dirinya sekelas dengan Lizha.

"Syukur deh kalo kayak gitu," balas Aurel.

Gevan yang sedari tadi diam melihat Lizha dan Aurel berbincang pun melepaskan genggaman tangan keduanya.

"Aku tinggal ke kelas ya," pamit Gevan membuat Aurel sontak menoleh ke arah Gevan.

Aurel tersenyum manis lalu mengangguk, "Iya! Makasih Ka udah anterin aku ke kelas."

Gevan membalas senyum manis Aurel dengan senyum tipisnya, dia menganggukkan kepalanya.

"Semangat belajarnya, sayang!"

Gevan mengucapkan hal itu sambil mengusap lembut puncak kepala Aurel lalu beranjak pergi meninggalkan Aurel dan Lizha yang sudah berada di depan kelas.

"Masuk yok Liz!" Ajak Aurel sambil menarik tangan Lizha untuk masuk ke dalam kelas.

Aurel melihat bangku Lita yang masih kosong dan meja di belakangnya hanya terisi satu siswi bangku di sebelahnya terlihat kosong.

"Bangku di samping lo kosong kan?" Tanya Aurel tanpa basa-basi.

Cewek yang merasa ditanya pun menganggukkan kepalanya kaku, Aurel yang melihat hal itu tersenyum puas dia menoleh ke arah Lizha.

"Lo duduk di belakang gue ya Liz, gue duduk bareng Lita. Entar gue kenalin," ucap Aurel.

"Okay," balas Lizha sambil berjalan menuju bangkunya

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang