[10/10]

4.6K 698 165
                                    

"Sanzu..." ucap [Name] bergetar, berjalan mundur hingga punggungnya menabrak besi pembatas yang tingginya hanya sepinggang.

Sanzu tertawa saat melihat wajah ketakutan [Name]. Pemuda itu tidak benar-benar pergi ke toilet, ia justru menelan beberapa pil narkoba. Kini isi otaknya hanya satu, 'membunuh pengkhianat'.

Tangan Sanzu bergerak meraba paha [Name]. Benar saja, sesuai rencananya, [Name] tidak membawa apa-apa saat ini-karena ia benar-benar berpikir bahwa Sanzu hanya mengajaknya dinner.

"Apa kau berpikir bahwa aku benar-benar cemburu?" Sanzu berbisik di telinga [Name]. Sejak awal ia memang tidak menaruh hati kepada [Name], ataupun gadis lain.

[Name] itu tidak pernah lengah-ia selalu menyelipkan pisau lipat atau bahkan pistol kemanapun perginya. Membuat Sanzu berpikir akan kesulitan jika langsung membunuhnya secara terang-terangan.

Julukan loyal mad dog tentu saja bukanlah kabar angin semata. Sanzu memang mempunyai sifat sangat setia dan jauh lebih baik kepada orang-orang yang ia ikuti. Tetapi Sanzu juga tidak akan segan-segan membunuh siapapun yang sudah berkhianat, tidak peduli jika seorang itu adalah orang terdekatnya.

Layaknya Sanzu yang terus mengikuti Yasuhiru Muto hanya untuk membunuhnya, Sanzu memanipulasi [Name] dengan cara menikahinya. Bertingkah seolah tidak ada hal buruk yang sudah ia susun rapi.

Sanzu bahkan rela mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar hanya untuk menyewa sebuah restoran, juga memberi uang tutup mulut kepada para pelayan.

[Name] sama sekali tidak membuka suara. Otaknya terus berpikir bagaimana cara melarikan diri dari laki-laki di hadapannya itu-walaupun percuma, tidak ada cara untuk kabur dari Sanzu.

"Sejak kapan kau menjadi informan, mengkhianati Bonten, dan juga menentang Mikey?"

[Name] itu gila uang. Ia rela melakukan hal apapun demi mendapatkan pundi-pundi uang. Tidak terkecuali ia yang rela menjadi seorang informan. Dengan memakai banyak nama samaran, [Name] menjual informasi yang ia ketahui tentang Bonten.

Mungkin jika [Name] adalah istri Kokonoi, pemuda itu tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut asalkan bayaran yang di terima tinggi. Tetapi sayangnya, [Name] terlanjur terjun ke dalam kukungan Sanzu Haruchiyo.

Padahal Sanzu berniat melancarkan aksinya beberapa minggu ke depan, karena ia senang membuat bahagia seorang sebelum benar-benar di bunuh. Tetapi ternyata [Name] cukup cerdik hingga menyadari gerak-geriknya.

Tidak perlu menunggu waktu lama, Sanzu meletakkan ujung pistolnya tepat di depan dahi [Name] kemudian langsung menarik pelatuknya.

Saat jarinya menarik petuk, timbul perasaan aneh dalam hati sang pemuda. Niat awal Sanzu menikahi [Name] memang hanya untuk membunuhnya, tetapi di sisi lain wanita itu juga yang sudah mengisi hari-harinya sejak remaja dulu.

Ketika peluru melesat, Sanzu hanya menampakkan wajah datar. "Jika saja hari itu aku tidak menghampirimu di taman kota." ucapnya kemudian melenggang pergi begitu saja.

[Full Name]. 24 tahun. Polisi menduga jika wanita itu bunuh diri dengan cara menembakkan peluru ke kepalanya sendiri, hingga tubuhnya terhuyung dan jatuh dari rooftop.

Kejahatan Bonten memang tidak pernah berhasil polisi lacak.

- end -

𝐖𝐈𝐅𝐄 » sanzuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang