9. The Last Wish (Part 1)

2K 296 18
                                    

T/N: ternyata yang chapter Hufflepuff Vampire terakhir tuh yg kemaren. Ini udah mulai chapter terakhir. Lupa aku 😭 anw, enjoy!!!

.

Saat para Gryffindor sudah berjalan kembali ke Menara Gryffindor, Harry malah berlari menuruni tangga.

"Draco, tunggu!" panggilnya, lalu menyusul para Slytherin. Draco mengangguk pada Zabini dan Greengrass bersaudara lalu berhenti untuk menunggu Harry.

Harry menggenggam lengannya saat sudah cukup dekat. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya, menyadari raut wajah Draco yang tampak kosong.

"Tentu saja," katanya.

Genggaman Harry pada lengan Draco semakin erat. "Beres-bereslah dengan cepat, oke? Kamu sudah hampir mati tiga kali."

"Sihir Ruangannya pasti tidak begitu suka padaku. Aku memang terlibat menghancurkan ruangannya sih."

"Bukan begitu!" Seru Harry, walau pikiran itu sempat menyambangi kepalanya. Kemungkinannya adalah, Sihirnya mengabulkan permohonan Smith dan Pritchard. Atau karena permohonan Harry sendiri? Memikirkannya membuat Harry sangat takut. Bagaimana kalau ternyata Harry begitu ingin menyelamatkan hidup Draco dan sihirnya membuat Draco celaka lagi dan lagi supaya Harry bisa terus menyelamatkannya? Tapi, tidak mungkin, kan? Harry sangat ingin Draco hidup. Tapi bagaimana jika Sihirnya salah paham? Harry teringat malam saat Draco terjatuh di Lapangan Quidditch; malam itu Harry bermimpi soal titik bertuliskan Draco Malfoy yang tiba-tiba menghilang di Peta Marauder. Di mimpinya Harry menangis tersedu-sedu, memohon setengah mati agar titik itu kembali muncul. Apa jangan-jangan permohonan Harry lah yang berhasil membuat Draco tetap hidup malam itu padahal harusnya dia tidak selamat? Kalau memang iya, apakah Harry juga terlibat dalam membuat Draco celaka agar Harry bisa menyelamatkannya? Karena tidak mungkin kan, Smith sudah ingin mencelakai Draco dari dulu? Dan Smith sedang tertidur waktu itu, dengan tubuh penuh dengan Ramuan Tidur Tanpa Mimpi. Dia pasti tidak akan bisa memikirkan soal apapun di kondisi saat itu. Dan kenapa Sihirnya menuntun Smith untuk ke Lapangan Quidditch? Kenapa tidak langsung mematahkan sapu terbang Draco saja? Tidak butuh keberadaan Smith untuk melakukannya.

"Yang membakar Ruangannya adalah Crabbe, ingat?" akhirnya Harry membuka suaranya.

"Tapi aku yang mengajaknya ke sana. Dan Ruangannya bisa membaca pikiran, ingat?"

Harry menggenggam lengan Draco lebih keras; mungkin sekarang Draco sedang kesakitan. "Kamu harus keluar dari sini secepat mungkin, kalau bisa, pakai kereta thestral yang paling pertama."

Bibir Draco terangkat sedikit saat mendengarnya. "Baiklah, sesuai permintaanmu."

"Jangan bercanda." Harry belum selesai mengatakannya saat Draco mencium bibirnya dan melumatnya dengan ganas. Membuat kepala Harry pusing dan perutnya melilit. "Well," kata Harry setelah Draco akhirnya puas dan menarik wajahnya menjauh.

Draco tersenyum, walaupun Harry tidak suka caranya tersenyum barusan. "Selamat tinggal, Potter." katanya, lalu berbalik dan pergi dari sana.

"Sampai jumpa!" teriak Harry, sambil mengernyitkan dahinya. Draco tidak berbalik sama sekali.

Harry jadi ingin mengikutinya, memeluknya, lalu memanggil Firebolt-nya untuk membawa mereka keluar dari kastil sekarang juga, namun Ron dan Hermione muncul di sampingnya, membuat Harry sedikit tenang.

"Yang barusan tuh tidak bisa dilakukan nanti saja ya?" tanya Ron. "Apa sekarang aku sedang berciuman dengan pacarku? Tidak, kan. Kita harusnya beres-beres, kamu sendiri yang punya ide untuk segera keluar dari sini."

Harry memaksa Draco untuk keluar dari pikirannya, lalu mengamati kedua temannya. "Kalian berdua percaya padaku, kan?" Harry melirik Hermione.

"Sihir yang punya pikirannya sendiri sedang merasuki kastil... mananya yang harus tidak dipercaya?"

✓ At Your Service (INA Trans)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora