Chapter 24

16.2K 1.7K 63
                                    

Happy reading

_○_



"Kamu??,"

"Bapak??,"

"Kamu Selena kan yang waktu itu nolongin saya?," tanya pria itu.

Selena mengangguk dan bertanya untuk memastikan "Bapak Zayden kan?,"

"Iya saya Zayden, wah akhirnya bisa ketemu lagi mari sini kamu mau pesen apa,?" Ajak Zayden lalu menghampiri sebuah kursi di dekat  penjual bakso.

Selena pun mengangguk dan ikut duduk di depan pak Zayden.

"Selena pesen roti aja pak," ucapnya sopan.

Namun Zayden telah memesankan bakso untuknya.

"Udah bakso aja biar saya yang teraktir kamu sebagai tanda terimakasih waktu itu. Oh iya siapa yang sakit kenapa kamu bisa ada disini?," tanya Zayden sembari menatap gadis itu.

"Makasih pak, ibu Selena kecelakaan pak sudah dua hari ini ibu dirawat disini," Jelas Selena sedih.

"Kamu yang sabar ya  semoga ibumu cepat sembuh, saya juga sedang  menunggu ibu saya, dia sedang membutuhkan Donor Hati." Ucap Zayden yang juga tengah sedih mengingat belum ada donor Hati untuk ibunya itu bagaimana tidak donor hati  itu sangat langka dan sulit dicari tidak semudah donor darah.

Selena menatap pak Zayden tak percaya ternyata ada yang lebih sedih dari nya, namun pak Zayden berusaha tegar.

"Semoga ibu bapak juga cepat sembuh," ucap Selena.

"Oh iya saya punya anak yang sepantaran dengan kamu, bapak rasa kalian satu sekolah," ucap Zayden saat melihat Selena yang mengenakan seragam SMA Paramitha Husada.

"Benarkah pak?," tanya Selena berbinar. Rasanya ia juga ingin berteman dengan anak om ini. Pasti dia orang  yang baik, melihat pak Zayden yang begitu baik padanya.

" iyaa namanya sar-,"

Tringggg tringgg

Tiba tiba ponselnya berdering menunjukan nama sekertarisnya. Sepertinya ada suatu hal di kantornya.

"Sebentar ya," ucapnya pada Selena.

___

" Juna?," tanya Desri pada anaknya yang tengah bermain ponsel dikamarnya itu.

"Iya mah, ada apa?," tanya Juna

"Juna ibu lihat ada kemiripan antara sifat Selena dengan putri bungsu Bunda Ayla. Bunda rasa Selena juga mengalami apa yang Ayla rasakan. Entah kenapa Bunda merasa Selena itu sangat mirip dengan Ayla. Cara dia menunduk,cara dia yang tak percaya diri, cara dia bicara. Kamu harus jaga dia ya nak, jangan sampai Selena melakukan hal yang sama dengan Ayla kita. " Ucap Desri dengan raut sedih nya saat mengingat kembali putri bungsunya meninggal dengan cara tragis.

" Iya bun Juna juga sempat berpikir seperti bunda, tapi bunda tenang aja Juna akan membantu Selena sebagai ganti penyesalan Juna yang tak bisa menjaga Ayla. Juna juga tak mau kejadian ini terulang kepada orang lain sudah cukup hanya Ayla yang menjadi korban." Jelas Juna lalu mengusap tangan Bundanya itu.

Selama 3 tahun kebelakang memang bagian tersulit  bagi keluarga Juna. Mereka masih tidak menyangka Ayla pergi secepat itu. Ayla yang selalu ceria bila dirumah, dan tak pernah sekalipun menunjukan kesedihan dihadapan keluarganya. Namun tiga hari sebelum kematiannya. Ayla terlihat terus murung, jika berbicara ia gugup, dan sering menundukkan kepalanya seolah kepercayaan dirinya hilang dalam sekejap. Mereka kira Ayla murung karena ayahnya tak mengijinkan ia mengendarai motor karena masih kelas 7 SMP. Namun ternyata mereka salah.

Saat hari itu tiba, Ayla mengurung diri dikamar. Semua orang bingung kenapa tiba tiba Ayla tak kunjung keluar padahal jam sudah menunjukan pukul 9 pagi. Vito pun mendobrak kamar Ayla saat tak mendengar sautan apapun darinya. Betapa terkejutnya ia melihat Ayla tengah menggantung dengan tali yang diikat pada kipas di langit langit rumah.

Dan secarik kertas di atas kasur putrinya itu menarik perhatian Desri, ia mulai membacanya dengan tangis yang pecah dan terdengar begitu memilukan.

___

"Ibu ada orang baik yang mau ketemu ibu, ibu tau tadi orang baik itu udah bayarin semua biaya perawatan ibu selama dirumah sakit." Ucap Selena dan memegang lengan ibunya yang memang kondisinya masih tetap sama tidak ada perubahan sama sekali.

"Si-siapaa o-orang ba-baikhh itu nakk," ucapnya yang masih kesusahan. Apalagi nafasnya masih terasa sesak.

"Bapak boleh masuk," ucap Selena seraya membukakan pintu ruangan tempat ibunya dirawat itu.

Pak Zayden yang tadinya hanya berdiri sambil menyenderkan kepalanya ke dinding pun langsung menoleh dan mulai berjalan menuju  ruangan tersebut.


Deg


Betapa terkejutnya Zayden saat melihat ibu Selena. Tubuhnya mematung seketika, matanya seolah menyiratkan kerinduan yang mendalam tak terasa satu tetes air matanya jatuh. Dan lidahnya seketika kelu namun Zayden berusaha mengatakannya mencoba memastikan apakah dugaannya benar.

"D-de-dellaa?," ucapnya terbata

Della yang tadinya memejamkan matanya sejenak tiba tiba membukakan matanya melihat siapa dia yang memanggilnya. Suaranya seperti tak asing di telinganya. Dan lihat Della pun sangat terkejut melihat siapa yang anaknya sebut orang baik itu.

"Ma-mas I-den??," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

_____

Hah ? Jadi pak Zayden ituuuuu??

Siapa hayoooo😁

See you the next chapter guys

Beauty [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang