Domestic

18.6K 1.5K 430
                                    

Matahari hampir tenggelam namun Jaehyun masih berdiri di tengah hamparan kebun dengan senyum merekah seiring dengan dersik dedaunan yang tertiup angin, derik jangkrik, kicau burung serta cipratan air dari mesin penyiram otomatis yang kini tengah berputar pelan membasahi tanah yang baru saja ia tanami berlusin-lusin bibit daun perilla khas pedesaan Gangwon yang kini tengah bercuaca agak mendung di penghujung musim panas.

Pipinya memerah, bajunya lusuh dan sepatu bootnya kotor akan tanah setelah seharian bekerja mengolah kebun seluas seperempat hektare peninggalan ayah Taeyong. Tak lama berselang awan yang berkumpul berubah menjadi derai hujan yang dengan segera membasahi topi jeraminya. Dengan berlari kecil Jaehyun berbalik mendatangi Taeyong yang tengah menggantung buah persik kering melambai dari pintu belakang rumah. 

"Ahh sayang, seharusnya aku memetik strawberry dulu tadi sebelum masuk." Ucap Jaehyun sembari melepas sepatunya kemudian menarunya diluar agar terbilas air hujan.

"Kamu bisa memetiknya besok, kerja bagus untuk hari ini." Respon sang istri. Jaehyun menerima handuk yang diberikan Taeyong kemudian mencium pipinya. "Apa anak-anak menelfon?" Tanyanya kemudian.

"Belum. Kurasa mereka sedang bersenang-senang di Disneyland." Jawab Taeyong dengan suara yang agak nyaring, memastikan bahwa Jaehyun bisa mendengarnya karena air hujan begitu deras menimpa atap rumah. Angin dingin masuk dan Jaehyun bergegas menutup jendela-jendela serta membantu Taeyong medapatkan sweaternya kemudian melesat ke kamar mandi.

Taeyong terkekeh akan tingkah laku suaminya, ia lalu termenung sebentar memikirkan apa yang kiranya bisa diolah untuk makan malam. Matanya bergulir lucu melihat ke sekeliling, kemudian ia beranjak untuk menuju gudang dimana semua hasil kebun belakang rumah disimpan. Ia mengambil beberapa buah kentang , mencucinya hingga bersih dan memotongnya menjadi empat bagian kemudian menghaluskannya dengan mesin.

Sembari menunggu kentangnya halus, ia membuka payung untuk mengambil beberapa buah cabai diluar rumah. Mencincang dan mencampurnya dengan kecap asin, wijen sangrai dan cuka. Setelah adonan kentangnya siap maka ia menggorengnya diatas wajan datar hingga memunculkan wangi lezat yang menginvasi hidung Jaehyun yang baru saja selesai dengan kegiatan mandinya.

"Gamjajeon?"

"Yep."

Jaehyun tersenyum senang dan menepuk perutnya yang lapar. "Bagaimana jika ditambah Makgeolli?"

"Ide bagus!" Taeyong mengacungkan jempol sembari membalik panekuk kentangnya. Tak butuh waktu lama, makan malam telah tersedia. Ada Gamjajeon, Kimchi daun bawang, sup ikan pollark dan makanan penutup berupa kacang chesnut manis plus sebotol makgeolli. Semua berupa olahan tangan Taeyong sendiri dan hasil berkebun Jaehyun. Mereka berdua makan dengan tenang ditemani suara derai hujan dan katak yang bernyanyi di selokan. 

"Mark bilang mereka pergi ke Hogwarts dan Jeno menangis saat berfoto karena balonnya terbang. Lihatlah lucu sekali." 

Taeyong terbahak saat memamerkan foto Jeno kepada Jaehyun yang dikirimkan Hendery kepadanya. Jaehyun pun turut tertawa dan lanjut mengscroll semua foto liburan anak-anak mereka di Jepang bersama sang nenek. 

"Haah baru tiga hari aku sudah merindukan bayi-bayiku. Tapi aku bahagia melihat mereka bersenang-senang." Gumam Taeyong pelan kemudian ikut bergabung dengan Jaehyun yang sudah lebih dulu menempati ranjang. Lelaki itu bergeser sedikit lalu menempatkan lengannya sebagai bantal untuk sang istri.

"Bukannya kita sepakat untuk bersenang-senang disini juga?" Kata Jaehyun dan sukses membuat Taeyong memalingkan wajah dari kelambu yang menutupi ranjang untuk menatapnya. "Kau benar." Jawab Taeyong cepat. "Bagaimana rasanya menjadi petani?" Lanjutnya sambil membelai rambut Jaehyun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Summer, Mom and Watermelon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang