Rival 32

18.2K 1.6K 123
                                    

Selepas pulang dari rumah sakit, Haechan tidak mau pulang ke rumahnya. Haechan ingin pergi ke rumah Renjun dan Renjun mengiyakan. Sekarang keduanya sedang berada di kamar Renjun salimg berpelukan.

Haechan masih menangis walau tidak separah di rumah sakit.

Renjun memeluk Haechan dengan bersandar di dada nya. Renjun benar-benar terkejut dan marah karna tidak bisa menjadi sahabat yang baik untuk Haechan, sampai Haechan bisa hamil.

Waktu di rumah sakit Haechan meminta pada teman-teman nya untuk tidak memberi tahu siapapun. Kepada Mark sekalipun.

Haechan belum siap dengan semuanya dan ia masih belum menerima janin di perutnya.

"Udah jangan nangis terus, nanti mata lo tambah bengkak," ucap Renjun tetap mengelus surai Haechan.

Haechan menuruti Renjun. Ia menarik nafasnya dalam lalu membuangnya perlahan, ia juga lelah terus menangis.

"Mau makan sesuatu? Siang ini lo belum makan apa-apa."

Renjun dan Haechan membolos sekolah, kalau Jeno dan Jaemin, Renjun suruh tetap masuk sekolah.

Haechan menggeleng lesu dan meniduri tubuhnya ke ranjang Renjun.

"Ayolah, Chan, lo ga kasihan apa sama bayi lo? Dia sekarang pasti butuh makan juga."

Haechan malah membelakangi Renjun.

"Biarin, biar dia mati sekalian."

Renjun melotot dan mengeplak kepala Haechan.

"Ga waras lo! Anak sendiri di suruh mati."

Haechan menoleh ke Renjun dengan mengeluarkan air matanya kembali.

"Tapi gue ga mau bayi sialan ini!"

Renjun terbakar emosi saat Haechan mengumpati anaknya sendiri.

"SADAR BANGSAT! LO UDAH JADI IBU DAN GA SEHARUSNYA LO KAYA GITU!" tenang, di rumahnya sedang tidak ada siapa-siapa. Mama nya pergi arisan dan papa nya pergi kerja.

Haechan balas teriak ke Renjun.

"LO GA AKAN NGERTI DI POSISI GUE, TAI!"

Keduanya saling menatap tajam dengan dada yang naik turun cepat.

Renjun mengalah, ia akan pergi keluar untuk membeli makanan.

"Bayi lo ga salah apa-apa, Chan. Yang salah itu perbuatan Mark yang seenaknya ngehamilin lo. Dan teganya lo pengen anak lo mati, lo tau? Kalo lo kaya gitu, sama aja lo kaya Mark. Sama-sama brengsek!"

Setelah itu Renjun berlalu keluar dan Haechan diam mematung karna ucapan Renjun tadi. Tiba-tiba hatinya berdenyut sakit memikirkan bayi nya mati.

Bayi nya.

Bayi nya.

Bayi nya.

"Hiks—maafin aku, ga seharusnya aku bilang seperti itu ke kamu, bayi." Haechan memeluk perutnya dan kembali menangis lagi.

Haechan tidak peduli ini anak Mark, yang ia inginkan adalah tidak kehilangan nya.

Iya, bayinya, anaknya, buah hatinya, cinta nya, kesayangan nya, dan segala-galanya untuk membuat dirinya kembali bangkit.

"Maafkan, mommy sayang." Hatinya menghangat saat mengatakan itu.

Renjun yang belum pergi masih di depan pintunya ikut menangis juga. Renjun senang akhirnya Haechan mau menerima bayi itu dan sedih karna Haechan sangat kacau sekarang ini.

Rival [Markhyuck] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang