15

464 55 2
                                    

Mata gadis itu menatap ke arah kanan dan kiri. Ia mencari keberadaan seorang cewek berambut hitam diselingi dengan ombre berwarna blonde.

Cewek dengan wajah cantik bak dewi yunani dan rambut panjang terurai melewati bahunya.

"Long time no see"

"Mau bicara apa?" Kanaya Ayudia memegang bahu cewek itu. Ia tersenyum kecil.

Mereka akhirnya duduk disalah satu meja dicafe.

"Kanaya"

"Gue langsung ke intinya aja ya"

"Gue gak bisa lama lama"

"Hm?" Tanya kanaya matanya sedikit membesar.

Wajah gadis itu menunduk lalu kakinya sedikit bergetar. "Kak Vano-"

"Dokter pernah bilang, dia depresi"

"Dan gue curiga itu sejak loe ninggalin dia pergi karena mau ke luar negeri"

"Gue minta tolong sama loe, bisa gak"

"Bantuin Kak Vano" Gadis itu memegang tangan Kanaya.

"G-gue"

"Sejujurnya gue gak bisa" Kanaya menunjukkan cincin di jari manisnya.

"Gue bakal nikah minggu depan" Cincin berlian itu nampak berkilau di jari manisnya.

"Gue bakal pindah ke Bali dalam waktu dekat"

"Dulunya gue kenal banget, Vano itu baik"

"Tapi dia punya obsessive love disorder yang buat dia overobsesi lebih dari orang lain yang pernah jadi pacar gue sebelumnya"

"Itu ngebuat gue takut dan mutusin mempercepat kuliah gue ke luar negeri"

"Dan gue harap itu bisa menjawab ajuan bantuan loe itu"

"Gue pamit" Kanaya membawa tasnya lalu menjauhi gadis yang sedang tertegun menatap bawah meja.

*****

Vano, Kakak gadis itu dengan wajah tampan bak dewa yunani namun nampak selalu terdiam dikamarnya setiap hari.

Ia menggapai obat anti depresan dikamarnya, obat yang ia konsumsi setiap hari. Ia meminumnya lalu tak lama kemudian tertidur.

Gadis itu membuka pintu berniat membersihkan makanan Vano namun matanya tidak sengaja menatap Vano yang tertidur pulas. Vano dengan wajahnya yang penuh ketenangan dikala tidurnya.

"Kanaya" Suara beratnya tiba tiba muncul berhasil menghancurkan lamunan gadis itu.

"Jangan tinggalin gue-" Gumamnya dalan tidurnya membuat gadis itu hanya menatap Kakaknya sendu.

*****

"Heh" Ujar Yeji mengetuk ngetukkan meja kantin.

"Loe kenapa sih?" Tanya Yeji saat menatap cewek itu melamun sambil memakan cemilan yang ada ditasnya.

"1"

"2"

"3"

"Diem" Ucap gadis itu sambil memainkan HPnya setelahnya.

"Gaje banget sih, tiba tiba suruh diam" Jawab Yeji memutar bola matanya malas.

"Gue ke loker dulu deh, mau ambil buku ketinggalan" Gadis itu menaikkan tasnya ke bahu kanannya.

"Gue ikut" Ujar Yeji.

"Gak usah gue sebentar doang" Gadis itu langsung pergi setelahnya membuat Yeji menghembuskan nafas pelan.

"Gue tunggu dikelas ya" Ucap Yeji setengah berteriak dari kejauhan yang dibalas acungan jempol oleh gadis itu.

*****

Gadis itu berjalan ke loker. Untungnya lokernya berada ditengah atas. Ia mengambil kuncinya yang berada di dalam tas.

"Kunci gue dimana ya?" Ia merogoh saku bajunya dan juga bagian belakang tasnya untuk mencari letak kunci itu berada.

Tiba tiba, seorang cowok yang lebih tinggi dari gadis itu mendorongnya hingga tubuhnya membelakangi lokernya. Wajah panik dan sedikit berkeringat menyelimuti gadis itu.

"Loe apa apaan?" Tanya gadis itu lalu menaruh tangan Taehyun dari kedua bahunya ke posisi awalnya.

"Jangan sentuh"

Taehyun merubah posisinya dengan satu tangannya berada diloker dan wajahnya mendekati gadis itu hingga membuat pipi gadis itu merona mendadak.

"Cek loker sekarang juga" Taehyun memberikan senyum manisnya tepat didepan gadis itu.

"Sorry, gue gak butuh" Ujar gadis itu namun tidak dihiraukan oleh Taehyun yang menjauh.

"Gak penting" Eluh cewek itu sambil menggelengkan kepalanya.

Gadis itu akhirnya memakai kunci duplikat tepatnya terletak di belakang HPnya.

Ia melihat sebuah surat dengan tulisan tangan.

Ini hadiah dari nyokap.

Sebelum pisah sama bokap.

Tapi gue masih sedikit emosional buat makai.

Sorry, gue terlalu terbawa emosi sampai nekat sebelumnya.

Gue sedikit tenang karena udah gak ada lagi yang berantem dirumah.

Kata nyokap, kalau capek sama dunia, nyokap bakal selalu ada.

Kalau gue udah siap, nanti loe harus jadi orang pertama yang pakein ini ke gue.

Mata gadis itu perlahan berair. Ia menatap sebuah kotak merah yang berisikan gelang liontin titanium.

"Taehyun" Panggilnya. Namun, Taehyun sudah berlalu meninggalkan area loker.


Hai gais, finally update
Jangan lupa baca part lainnya dan ceritaku yang lainnya
Votenya juga jangan lupa
Trims banyak
Happy reading

DOSEN • BangchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang