Rival 51

20.9K 1.6K 40
                                    

Haechan membuka matanya saat sinar matahari menyembul dari balik jendela. Cuaca pagi ini sangat bagus. Kemudian Haechan bangun dari baringan nya dan membuka jendela supaya sinar matahari masuk sepenuhnya.

Mark mengerang karna sinar matahari itu terasa mengganggu waktu tidurnya. Rasanya Mark baru tidur sebentar tapi sudah pagi saja.

Haechan berjalan ke Mark mau bangunkan. Haechan sentuh pundak Mark yang bergetar serta wajah Mark yang pucat.

Haechan panik, lantas memeriksa dahi Mark ternyata sangat panas.

"Mark, kamu panas banget."

"Jangan khawatir, bear. Saya cuman panas dan sedikit pusing," balas Mark dengan suara seraknya.

Mark bersusah payah bangun dan Haechan langsung mendorong bahu Mark pelan agar tiduran kembali.

"Ngapin bangun si? Udah tiduran aja, dahi kamu panas banget." Haechan sentuh lengan Mark yang panas juga, "tuh, badan kamu aja ikut panas. Udah ga usah kerja!"

"Tapi, ada rapat penting sekarang. Daddy juga masih belum sembuh total sakitnya."

Haechan meloloti matanya dan menggeleng keras.

"No! Kamu hari ini libur kerja–apa? Mau bantah terus? Pikirin kesehatan kamu juga, Mark."

Haechan melangkah pergi sambil memegangi perut besarnya yang hampir memasuki usia 9 bulan. Setelah di depan pintu Haechan memutar knop pintu dan keluar.

Haechan mencari obat-obatan di laci lemari kecil dekat ruang tengah. Posisi Haechan yang belutut membuat perutnya sakit.

"Duh, gede banget si perut gue!" gerutunya. Haechan pun menemukan kotak obat. Sebelum di berikan pada Mark, Haechan harus buat makanan terlebih dahulu untuk Mark.

Di kulkas yang Haechan buka tidak ada apa-apa, Haechan lupa belum belanja bulanan. Di dalam kulkas hanya ada roti tawar.

"Bikin roti panggang aja deh."

Haechan mulai memanggang roti di alat pemanggang roti, sambil menunggu Haechan buat teh hangat dulu. Haechan bulak balik rasanya sangat lelah dengan perut besarnya, kakinya juga pegal.

Tapi tidak apa, ini untuk suaminya. Sudah kewajiban Haechan sebagai istri merawat Mark yang tengah sakit. Mark juga dulu begitu, malah Mark bela-bela bolos kelas padahal saat itu Mark ada kuis penting tapi Mark memilih merawat Haechan yang sakit.

Roti dan teh sudah siap dan Haechan membawanya ke kamar. Mark masih tiduran dengan tubuh yang menggigil.

"Mark, makan dulu ya abis itu minum obat biar enakan." Haechan bantu Mark duduk.

Mark ambil satu roti panggang sudah Haechan baluri mentega di rotinya. Rotinya sudah habis, Haechan menyodorkan lagi satu roti ke Mark tapi Mark geleng tidak mau.

"Sudah cukup."

"Yaudah, nih minum teh nya masih hangat."

Mark meminum teh yang Haechan pegangi secara perlahan, tenggorokan nya sakit. Mark sangat menurut jadi mudah untuk Haechan merawatnya, beda lagi dengan Jeno kalau sakit. Manja dan keras kepala sangat menyebalkan, Haechan tahu dari Taeyong.

"Sekarang minum obatnya," ucap Haechan membuka obat, setelahnya beri ke Mark.

Mark sangat senang, Haechan merawat dirinya begitu baik. Ngomong-ngomong ini sakit pertama Mark bersama Haechan, penyebab Mark sakit mungkin karna terus bekerja sampai larut malam. Jadinya Mark tidak ada waktu istirahat di tambah skripsi yang belum siap lagi.

"Lain kali jangan kerja terlalu keras! udah tidur lagi, nanti pas bangun kepalanya ga pusing lagi."

Haechan membenarkan selimut saat Mark tiduran kembali. Mark ingin sekali mengucapkan terima kasih tapi tenggorokan nya sangat sakit dan kepalanya juga pusing. Yang Mark bisa lakukan hanya tersenyum kecil lalu jatuh tertidur, karna efek obat juga.

Rival [Markhyuck] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang