AGAM - 08

265K 30.3K 7.1K
                                    

Jangan lupa Vote+komen ya!!!!

Leyla sudah terbangun sejak 1 jam lalu, ia hanya duduk dengan punggung menyandar di kepala kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leyla sudah terbangun sejak 1 jam lalu, ia hanya duduk dengan punggung menyandar di kepala kasur.

Ia sedang bertanya-tanya, kenapa kedua orangtuanya tidak mencari dia? Okelah, kalau untuk papanya, karena papanya juga sedang bertugas. Tapi Mamanya? Kemarin saja ketika di rumah, ia tidak menemukan keberadaan Mamanya.

Seseorang mengetuk pintu kamar membuat lamunannya buyar.

"Saya membawakan anda pakaian, silahkan di gunakan dan segera turun kebawah, karena tuan kami sudah menunggu anda," ucap maid itu dan berjalan keluar kamar.

Leyla membuka isi paper bag itu, lalu membawa pakaian tersebut ikut masuk ke kamar mandi.

Selesai membersihkan diri, ia menyisir rambut dan berjalan kebawah menemui Agam.

Di bawah sana terlihat empat pria tampan dan beberapa bodyguard serta maid. Leyla berdiri di samping Agam.

"Kalau udah nemuin posisi Hardin, langsung kabari gue," ucap Agam pada Milo.

Milo mengangguk dan pergi dari sana. "Untuk lo berdua, gue mau kalian cari markas yang jauh dari pemukiman dan tentunya sulit di jangkau oleh musuh, paham?"

"Paham, Gam. Lo tenang aja," sahut Zeyn.

"Kalau gitu kita pergi," Elvan dan Zeyn berjalan keluar mansion.

Kemudian Agam berganti melirik ke arah Leyla. "Lo, ikut gue!"

"Kenapa ke aku ngomongnya ngegas banget, ya?" Heran Leyla sambil mengikuti langkah lebar Agam.

"Permintaan terakhir, lo?"

Leyla menengok pada Agam. "Kakak ngomong sama aku?"

"Lo pikir sama siapa?! Yang ada di sini cuma kita berdua!" Jawab Agam emosi.

Leyla pun menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Ma–maksud pertanyaan kakak tadi apa?"

"Sisa hidup lo tinggal beberapa jam lagi, dan gue berbaik hati, buat nyenengin lo sebelum lo gue bunuh nanti."

"Ha–hah?! A–aku bakal mati?!" Leyla sangat shock.

"Cepat, lo mau apa? Atau lo mau gue tembak langsung?"

"Ja–jangan kak! Bentar aku mikir dulu," tahan Leyla.

"Gapapa deh, mungkin ini udah takdir aku metong di tangan kak Agam, hikss," batin Leyla.

"Eum... pertama aku mau sepedaan di taman, trus aku mau nyobain makanan yang lagi ramai di jalan Permana, terakhir aku mau ke kedai es krim!" Seru Leyla menyebutkan kegiatan yang mau ia lakukan di sisa akhir hidupnya.

Meskipun masih banyak yang mau dia lakukan, tapi tidak mungkin ia mengatakan itu pada cowok ini. Bisa-bisa ia langsung di tembak karena banyak mau nya.

Agam mengangguk, ia mencari taman yang menyediakan fasilitas sepeda. Setelah mendapat ia memarkirkan mobil dan mereka turun.

AGAM [terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang