Prolog

4 2 0
                                    

Tahun 2021


Sebuah keluarga yang turun dari pick up dengan barang-barang bawaan yang tidak sedikit. Seorang anak pria berusaha 10 tahun membawa tasnya dengan malas. Bagaimana ia tidak malas? Disepanjang perjalanan yang ia lihat hanya pohon, tidak terlalu banyak pemukiman. Bagaimana jika ia ingin bermain nanti? Sangat berbeda jauh dengan kehidupannya yang ada di pulau Jawa, dimana setiap pemukiman padat penduduk dan semua serba ada. Sementara kehidupan di sini nampak sangat pelosok.

"Dewa, bawakan tas adikmu." Seorang wanita berteriak dari dalam rumah yang berbahan kayu itu dan bocah bernama Dewa ini segera merampas tas dari gadis kecil yang umurnya selisih 3 tahun dibawahnya. Ia sangat kesal, sampai-sampai ia ingin melampiaskan kekesalannya itu pada adiknya.

"Bunda, kak Dewa nakal!" Gadis itu berteriak dan bocah bernama Dewa itu hanya mengejeknya sebelum pergi. Dia semakin jengkel saja karena harus punya adik menyebalkan sepertinya.

"Dewa, jangan nakal sama Dara." Pria yang sedang memindahkan barang menyahut.

"Tidak ayah, Dara saja yang cengeng," balas Dewa yang masih saja mengejek adiknya dan Dara yang sudah kesal dengan tingkah kakaknya itu mencoba berlari untuk memberikan cubitan kepada kakaknya.

"Awas ya kakak!" pekik Dara dan Dewa yang mengetahui jika cubitan Dara sangat menyakitkan segera berlari ke depan rumahnya yang ditumbuhi oleh pepohonan.

wushh

Tiba-tiba angin tak biasa menerjang. "Dara, Dewa ... hati-hati sepertinya badai akan datang." Ayah memperingatkan kedua anaknya yang semenjak tadi berkejar-kejaran dipekarangan depan rumah baru mereka. Kenyataan mereka sangat awam dengan Kalimantan. Selama ini, mereka tumbuh dan besar di jawa dan sekarang terpaksa datang kemari untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Mereka berdua tidak mendengarkan ayahnya. Membuat pria ini menghela napas dan istrinya tiba-tiba datang menepuk pundaknya. "Kenapa, Yah?" tanyanya yang melihat wajah kelelahan suaminya ini.

"Sepertinya mereka berdua suka sama tempat ini ya, Bun," ucapnya penuh syukur dan sang istri mengangguk. Keduanya pun memandangi anaknya yang berkejar-kejaran, hal itu sudah cukup melegakan untuk mereka berdua meskipun hari-hari yang akan datang akan lebih sulit.

"Maaf ya, Bun karena ekonomi, kita harus pindah ke Kalimantan. Semoga hidup kita lebih baik di sini," lanjut ayah Dewa dan istrinya pun mengangguk.Blendum

Ledakan tiba-tiba terdengar dan terjadi gempa. "Awas anak-anak!" Kedua orang tua ini tiba-tiba berlari untuk menyelamatkan kedua anaknya agar tidak kejatuhan pohon. Namun sangat aneh, kedua anak itu tertidur dengan tubuh melayang-layang.

"Apa yang terjadi?" Ibu mereka menangis histeris dan berusaha untuk menggapai Dewa dan Dara yang masih melayang-layang.

"Jangan, aku saja," ucap sang ayah yang berusaha untuk mendekat, tapi kekuatan aneh tiba-tiba membuat tubuhnya terpental.

Duak

"Ayah!" Istrinya menjerit dan berusaha untuk menyelamatkan sang suami yang tiba-tiba mengeluarkan darah segar dari mulutnya.

Pandangan pria ini terarah pada langit yang begitu suram. "Apa yang terjadi sebenarnya?" gumamnya lirih, ia merasakan seolah tubuhnya mendapatkan pukulan bertubi-tubi dan membuatnya tidak sadarkan diri.

"Ayah!" Istrinya berteriak kembali, merasa panik.

Sementara, langit nampak suram saat beberapa benda api terbang berjatuhan, ledakan dan gempa terjadi. Jeritan kesakitan memekik dan aura kematian lebih pekat dari malam tanpa rembulan. Efek dari hempasan ledakan membuat sebagian orang tak sadarkan diri dan beberapa mati seketika. Bersamaan dengan itu, di atas langit muncul sebuah gerbang portal yang mereka sebut dengan gerbang 9 dari seluruh gerbang portal yang muncul di berbagai belahan dunia.

GERBANG 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang