18. Crack (2)

97 37 7
                                    

Hallo semua selamat malam
Enjoy!

Telepon dari rumah sakit tadi pagi membawa angin segar pada penelusuran kasus yang dilakukan oleh Chenle. Bagaimana tidak, setelah satu minggu berita Lee Taeyong yang mengalami kecelakaan akhirnya pemimpin perusahaan otomotif Itu sudah membaik dan siap untuk ditanyai. Chenle tahu Taeyong baru saja pulih namun informasi yang ingin ditanyakan tak terbendung lagi.

"Pastikan Lo gak terlalu mendesaknya, oke? Gue gak mau si Tuan-hampir-depresi-Taeyong itu histeris lagi karena anaknya belum ketemu." Peringat Johnny di sebelahnya.

Chenle tak menanggapi, dirinya hanya melihat sekeliling rumah sakit itu. Rumah sakit yang tak berubah sejak pertama kali ia mampu mengingat, rumah sakit yang merawatnya dahulu. Tentu terdapat perbedaan seperti dekorasi maupun luas rumah sakit yang bertambah. namun hal itu masih sama seperti dalam ingatannya. Beberapa pasien rawat jalan maupun rawat inap silih silih berlalu lalang ditemani suster. Dia juga melihat beberapa dokter yang sedang berlalu lalang. 

"Tempat ini tak berubah," gumamnya memandang beberapa sudut ruangan yang tertangkap inderanya. "Masih sama, hanya dekorasi yang berbeda."

Chenle berjalan tanpa suara. Beberapa ruang rawat inap terlihat terbuka memperlihatkan pasien di dalamnya. Entah mengapa salah satu kamar yang pintunya terbuka itu begitu menarik perhatian Chenle. Dengan perlahan diliriknya kamar tersebut. Hanya ada satu pasien yang sedang makan ditemani seorang suster. Saat matanya melihat ke langit-langit kamar tiba-tiba ia senyum dengan tangan melambai.

"Le, kamar yang ini. Wainbit No. 107."

Kali ini ia masuk ke satu kamar pasien lain. Bukan kamar vip memang namun cukup nyaman dengan hanya satu ranjang.Di atas ranjang itu terbaring seorang lelaki seusia Johnny sedang memandang sebuah foto. Chenle tebak lelaki itu bahkan tak menyadari kehadiran mereka.

Johnny menyapa terlebih dahulu. Chenle hanya mengangguk-angguk menunggu mukadimah sepupunya selesai.

"Jadi boleh aku memeriksa rumahmu?" tanyanya tanpa basa basi. Memang ia kesini hanya untuk meminta izin menggeledah rumahnya sekaligus melihat bagaimana rupa ayah dari Mark.

"Jika itu memang diperlukan, silahkan saja."

Chenle kembali menyelidik dan mengobservasi ruangan itu. Baginya melihat sekeliling lebih menarik daripada turut berbasa-basi dengan topik yang tidak termasuk dalam penyelidikannya. Toh tak akan berubah masalah basa-basi ia menyerahkan sepenuhnya pada Johnny.

"Aku pernah kesini, bertahun-tahun yang lalu. Dirawat karena ibuku menganggapku tak waras. Berbicara dan melihat hal yang tak mereka lihat," katanya tiba-tiba membuat obrolan Johnny Taeyong terhenti.

"Bahkan aku masih bisa melihatnya," lelaki itu tersenyum, di bawah tangannya bergerak menyapa sebuah entitas tak bernyawa di pojok ruangan.

Ia berbalik menatap Taeyong yang masih terdiam disana, memandangnya dengan kening berkerut. Beberapa warna aura bertaburan di ruangan itu mulai dari hitam, gumpalan asap putih, merah, hingga warna hijau tipis.

"Tunggu! Oh." Bagai menyadari sesuatu Chenle kembali melihat sudut ruangan yang ia sapa tadi kemudian berbalik menatap ranjang Taeyong didepannya. Hal itu terus ia lakukan hingga tiga kali seolah mencoba mengingatnya. 

"Kenapa sih Le, sawan?"

Pernyataan Johnny ia abaikan. Dirinya justru duduk kembali di kursi samping Taeyong mengamati wajah pria itu.

"Ada apa Detektif Chenle?"

"Mr Lee Taeyong, apakah anak anda menyukai semangka?"

.

Déjà vu || NCTWhere stories live. Discover now