23 : bahagia yang tertimbun luka

3.7K 558 215
                                    

rumah besar itu tampak mencekam. ruang tengah menjadi arena saling tatap antara tiga orang penghuni. hanya dua orang sebenarnya karena kini soobin memilih untuk melengos dan berdiri santai menyandar sofa. adu argumen disertai otot telah terjadi beberapa saat lalu, bahkan kini wajah si bungsu sudah bonyok di beberapa sisi. sudah biarkan saja, ia suka melihat keributan.

jake, yang dari tadi berdiam diri di depan pintu kini hanya bisa menganga heran. tak menyangka keluarga pradipto ternyata suka main kekerasan. niat jake kemari sebenarnya hanya untuk mengembalikan celana sunghoon yang pernah ia pinjam dulu ketika celananya basah terciprat air. tadi sunghoon memintanya.

namun siapa sangka sampai di kediaman pradipto malah disuguhi keributan yang tak ia mengerti asal muasalnya.

"pembangkang!" sentak si kepala keluarga, "berubah kamu sekarang!"

"papa cuma minta kamu jaga siska sampai dia sembuh saja, hoon! bukan malah kamu buang!"

namun yang sunghoon berikan malah senyum miris, "papa yang berubah, semenjak mama pergi papa jadi kejam. aku udah gede, pa. udah punya hidup yang harus dijalani sendiri."

"keras kepala kamu!"

sunghoon menyeka bibirnya yang memar, "terserah."

"sunghoon pradipto!!"

"pradipto.." ujar sunghoon sinis, "selain nama kita yang sama, harusnya papa tau darimana sikap keras kepalaku berasal."

dengan begitu sunghoon berlalu, meraih kunci mobilnya yang sempat terlempar di dekat tangga lalu menuju kearah pintu dimana jake masih berdiri terbengong. dengan kasar, ia menyeret pemuda yang lebih pendek itu untuk pergi dari tempat masalah tersebut. jake saja sampai meringis, namun begitu si hanggoro tetap mengikuti langkah sunghoon yang tampak emosi, mengabaikan keributan lainnya yang terdengar di dalam rumah. selanjutnya teriakan soobin dan sang papa saling beradu.

"hoon.." panggilan jake tak digubris. serius, langkahnya seperti tertinggal.

dan jake tak mau melanjutkan bicara. ia hanya mengikuti sunghoon saja yang berjalan dengan langkah panjangnya. hingga sampailah pemuda itu di halaman depan tempat scoopy milik heeseung parkir, jake yang membawanya.

cengkeraman pada tangan telah dilepas, dan yang lebih tinggi mengacak surainya. jake yang melihatnya hanya berdehem canggung,

"a-anu..."

karena jake sendiri juga tak tau akan memulai dari mana. melihat wajah mengeras sunghoon dengan tatapan seakan membelah rumah itu saja sudah membuatnya ciut. wajah menantang yang biasanya ia tunjukkan kini baiknya ia kubur untuk sementara.

namun yang sunghoon lakukan selanjutnya adalah melembutkan ekspresi wajahnya, kemudian menatap jake yang tampak menunduk sambil memainkan kaki.

"maaf," ujarnya membuat jake mendongak, "maaf udah nyuruh lo kesini padahal keadaan rumah lagi kacau. maaf ya, seharusnya lo nggak perlu melihat yang terjadi di keluarga gue."

jake tertawa kecil, "kayak di drama ya, keluarga kaya emang selalu penuh konflik."

hari minggu pagi, dan jake tidak tau harus menghibur dengan bagaimana. well, ia tak pernah mengalami hal seperti itu. ia tak pernah tau rasanya memiliki masalah dengan keluarga. hidupnya tenang, ia punya teman yang baik, dan abang yang penyayang. jadi melihat kacaunya keluarga pengusaha ini, jake hanya dapat melihat saja tanpa terpikir saran apapun di kepalanya.

ia sodorkan papperbag yang sedari tadi ditentengnya, "celana yang lo minta. makasih, tanpa celana dari lo mungkin gue tidur telanjang."

sunghoon menerima papperbag tersebut sambil tersenyum kecil, "telanjang juga nggak apa-apa sih, kan sama gue tidurnya."

pengabdi mantan | sungjakeWhere stories live. Discover now