3. A Trace Of Memory

89 21 28
                                    


"Waaaaaaahhh~" Panjang desau napas itu lepas lega di udara. "Apa kau menciumnya, Yeol? Udara laut sangat segar, bukan? Aku dengar udara laut sangat bagus untuk pernapasan, karena itu aku membawamu kemari. Hehe."

"Apa aku terlihat seperti orang yang mempunyai masalah pernapasan?"

Gadis dalam syal merah muda melingkar lembut di lehernya tersebut seketika mengerucutkan bibir. "Kau terlihat sangat sehat, tenang saja."

"Lalu, apa sebenarnya tujuan kita kemari?" Dengan bertelanjang kaki, Chanyeol kemudian melangkah ke dalam pasir hangat yang menimbun kulitnya. Ia berjalan dengan langkah ringan, mata memandang kepada gelombang kecil yang menyapu pesisir pantai.

"Yaah, kau tau, aku hanya berpikir ini bagus untukmu. Kau bekerja pagi dan malam untuk project-mu dan aku mengerti itu adalah pekerjaan yang penting. Ha-hanya saja, aku juga berpikir kau perlu beristirahat sesekali, begitu?" Suara gadis itu meragu.

Lalu, ia melanjutkan dengan senyuman yang mengharapkan pengertian. "Hanya berhenti sebentar dan nikmati waktu yang kau miliki sekarang. Bernapas."

"Hmmm, jadi begitu." Chanyeol menunduk dan memandang kakinya yang terbenam di pasir.

"Aku harap kau tidak keberatan."

"Tidak, tidak. Ini bagus. Aku memang banyak pikiran belakangan ini. Berada di rumah dan bekerja terasa agak menyesakkan. Seperti yang kau katakan, aku butuh udara segar."

"Benarkah? Kalau begitu, aku senang sudah membantu."

Gadis itu tersenyum lebar. Sepasang matanya yang berwarna seperti caramel, berbinar jelita di bawah cahaya mentari sore hari.

"Kau selalu membantuku, Eylin. Terima kasih."

-

Lembut tiupan angin laut di musim semi itu menyapa wajah polosnya hangat, membawa aroma yang memanggil kenangan lama. Menghirup aroma yang familiar itu, pikirannya tanpa kuasa telah melayang meninggalkannya. Ia termangu di balkon kamar hotelnya, mata menatap jauh ke ujung cakrawala sementara suara deburan ombak dan suara orang-orang di sekitarnya memudar samar di telinga.

"Chanyeol?" Suara yang diucapkan berulang itu menyentaknya kembali kepada realita.

Park Chanyeol mengerjapkan mata dan menoleh kepada sosok yang kini menggenggam punggung tangannya.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Misa, maaf..." Chanyeol mengembuskan napas panjang. "Aku hanya banyak pikiran."

"Aku tau, kau pasti terguncang oleh interupsi tadi."

Masih di hari yang sama, hanya saja tanpa gaun pernikahannya, Hwan Misa duduk berseberangan di bangku yang terpajang di balkon kamar Chanyeol. Dua cangkir teh telah dingin--tidak tersentuh di atas meja kaca.

"Aku tidak menyangka hari pernikahan kita akan berakhir seperti ini." Misa melanjutkan dengan suara frustasi.

"Maafkan aku, Misa. Ini salahku." Chanyeol menatap wajah pucat Misa dengan prihatin. "Aku tidak memperhitungkan situasi ini sama sekali. Aku lengah."

"Bagaimana bisa kau menyalahkan dirimu sendiri? Tidak ada yang mengira kalau akan ada wanita fanatik datang dan merusak hari pernikahan kita. Benar-benar kesialan. Aku harap Baekhyun segera menemukan siapa pelakunya, dengan begitu aku bisa menghancurkannya."

"Misaaa..., jangan bebankan dirimu dengan sesuatu yang tidak perlu."

Suara Chanyeol dan binar matanya yang menunjukkan kepedulian membuat raut keras Misa melunak, senyum kemudian mengembang di paras jelita itu.

SEE YOU AGAIN? (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang