54. Memori Lama

6.8K 1.2K 93
                                    

Di dunia ini, seorang ibu pasti menyayangi anak-anaknya. Terkadang juga, mereka berpilih kasih dan memiliki kasih sayang yang berbeda-beda.

Bagi Jisung, sekarang ibunya lebih menyayangi anak barunya daripada dia. Padahal yang selalu bersama Haechan adalah Jisung. Bukan anak yang akan menjadi adiknya itu.

"Sial. Apa susahnya operasi? Yuta Sensei juga sudah bilang akan melakukan pemeriksaan lanjut. Kenapa tetap menolak?"

Jisung duduk di pinggir kolam pancuran. Dia mengambil beberapa batu di bawah kakinya dan melempar ke dalam kolam. Terus menggerutu sendiri, memikirkan kejadian sebelumnya.

"Lihat saja. Aku benar-benar akan mencari panti asuhan."

Satu batu dia lempar ke dalam kolam.

Jisung menghela napas. Memeluk tubuhnya sendiri. Menjatuhkan kepalanya di atas kedua lutut.

Dia sudah berlari dari rumah sakit beberapa jam yang lalu. Sejujurnya, dia takut tersesat. Oleh karena itu, selagi dia mengingat jalan ... Jisung berputar arah dan duduk di taman dekat rumah sakit.

Hari mulai menggelap. Anak-anak yang bermain di sekitarnya, perlahan-lahan pergi dan pulang bersama orangtuanya. Melihat anak-anak itu bergandengan tangan dengan ibu dan ayahnya, Jisung merasa iri. Dia tidak pernah memegang jari ayahnya saat kecil. Hanya ada ibunya. Dari dia lahir sampai sebesar ini.

"Di sini ternyata." Jisung mengangkat kepalanya. Dia melihat Yuta datang ke arahnya.

Di mata Jisung, Yuta terlihat keren ketika berjalan. Jas dokter yang biasa dia gunakan, tergantung di lengan kirinya. Kemeja merah itu terlihat pas di tubuh Yuta. Wajahnya juga tampan ditambah dengan senyuman yang dia berikan.

"Sudah dapat panti asuhannya?" tanya Yuta. Dia bergerak duduk di samping Jisung.

Mendengar pertanyaan Yuta, Jisung memajukan bibirnya. Dia sedang digoda oleh Yuta. Itu membuatnya kesal. "Sensei!"

Yuta tertawa kecil. "Kau sendiri yang bilang akan mencari panti asuhan."

Jisung tak menjawab. Dia menjadi semakin kesal pada Yuta. Remaja itu mengabaikan dokter di depannya dan memilih bermain dengan air.

"Aku tidak menyangka kau adalah anak dari Lee Min Hyung. Eh, tapi bukan tidak mungkin juga. Dia sangat terobsesi pada Donghyuck."

Yuta memulai pembicaraan yang membuat Jisung tertarik. Dia memutar tubuhnya, menaruh fokus sepenuhnya pada Yuta.

"Apa Sensei mengenal ayahku?"

Yuta mengangguk. "Ya. Kami berteman sejak awal masuk SHS."

Mengetahui hal itu, Jisung semakin mengorek informasi mengenai masa lalu kedua orangtuanya. "Kenapa Ayah bisa terobsesi pada Ibu?"

Yuta berdeham. Dia mencoba mengingat memori lama. "Dulu, ibumu beberapa kali mencari masalah dengan Min Hyung. Aku juga tidak terlalu mengerti, yang pasti ayahmu itu jatuh cinta saat ibumu memberikan perhatian dan selalu merawatnya dengan baik. Dia suka suara ibumu ketika bernyanyi dan dia benci jika ada orang lain yang mendengarkan suara ibumu juga."

Jisung memandang ke bawah. Dia terlihat gelisah, tetapi kemudian dia bertanya pada Yuta.

"Apa benar ayahku yang membuat Ibu bisu?"

Pertanyaan yang diberikan Jisung membuat Yuta terdiam.

"Sensei?"

"Ya. Ayahmu yang melakukannya."

Dada Jisung terasa berdenyut. Sejujurnya, dia memiliki harapan besar jika apa yang dikatakan oleh orang yang mengaku sebagai kakeknya itu salah. Dia ingin mendengar jawaban dari Yuta, jika bukan ayahnya yang membuat ibunya bisu. Akan tetapi, jawaban Yuta membuat harapan Jisung hancur seketika.

The Twins' Obsession | MARKHYUCK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang