48 : Figere Problema

451 61 7
                                    

Figere Problema : meluruskan masalah

•••

Halo, selamat hari Senin semuanya.
Tetap semangat yaaa.. semoga kalian sehat selalu..

___________________________________________

"Ran, jadi apa arti gue di hati lo sekarang?" tanya Yudha, dengan kedua tangan yang masih fokus pada roda kemudi. Langit sudah sore, ketika Yudha membawa kembali mobil Rania ke arah Jakarta.

"Lo sahabat gue."

"Masih sahabat ya? Belum ada keinginan lebih dari sahabat?"

Rania menelan salivanya dengan paksa.

"Mungkin iya," jawab gadis itu dengan ragu-ragu.

Gadis berambut biru itu melirik ke arah Yudha, ia melihat Yudha menganggukkan kepala. Tampaknya laki-laki itu pasrah dengan jawaban Rania.

"Santai aja, jangan jadi beban. Itu artinya usaha gue kurang," ucap Yudha.

Kemudian laki-laki itu menatap Rania yang juga menatapnya. Yudha tersenyum sebelum matanya tertuju pada jalanan kembali.

"Sorry, Yud," ujar Rania sambil memainkan jemarinya. "Usaha lo udah cukup, cuma gue aja yang lagi kacau. Keluarga gue juga kacau. Gue bukan ada di waktu yang tepat buat seneng-seneng sama lo."

"Lo harus tahu Ran. Lo itu nggak kacau, lo sendiri yang bikin batasan dan merasa kalau diri lo kacau. Gue udah bilang kan, sekalipun keluarga lo kacau, lo tetep Rania yang sama. Meskipun style lo sekarang berubah, lo tetep Rania yang sama. Rania yang ramah, cerdas dan baik. Lo nggak kacau sama sekali, Ran. Sekarang lo cuma lagi sedih aja."

Tidak ada jawaban dari Rania. Gadis itu sedang menelan perkataan Yudha dalam pikirannya.

Yudha kembali melanjutkan, "Gue tahu gue egois, karena nanyain ini saat lo lagi sedih. Tapi kasih gue kesempatan, Ran. Apa gue nggak boleh tunjukin rasa sayang gue ke lo, sekalipun lo lagi sedih? Apa gue nggak boleh bikin lo seneng? Kalau lo sedih, kenapa lo nggak izinin gue masuk buat bikin lo seneng? Kenapa lo nggak bisa seneng-seneng sama gue? "

Rania kembali mencerna perkataan Yudha. Mungkin bagi gadis itu, Yudha masih Yudha yang dulu. Laki-laki yang mencarinya saat dia butuh, bukan saat Rania bersedih.

Melihat Rania belum merespons, Yudha berkata lagi, "Lo boleh kok sedih. Boleh. Bahkan kalau kita jadian pun, nggak mungkin selamanya kita seneng terus, pasti ada berantem dan sedihnya. Tapi gue minta tolong ke lo, biarin gue bikin lo seneng saat lo sedih."

Rania merenungkan perkataan Yudha sambil melihat jalan tol di hadapannya.

Melihat Rania yang tidak menjawab, Yudha kembali bicara, "Gue juga mau jadi orang yang tahu sama masalah lo. Mungkin lo ngira gue nggak tanya masalah lo, karena gue nggak peduli. Tapi bukan gitu, Ran. Gue mau kasih lo waktu sampai lo kasih tahu gue dengan sendirinya. Tapi ternyata sampai akhir pun, Putri yang kasih tahu gue. Gue mau denger dari lo, Ran. Bukan dari Putri. Gue mau jadi orang itu, orang yang ada di sisi lo pas lo lagi ada masalah. Orang yang lo cari pas lo sedih, bukan cuma pas lo lagi seneng aja. Gue sayang sama lo, Ran. Dan gue harap lo percaya itu."

"Gue percaya, Yud. Gue–" Rania menghela napas panjangnya. "–juga sayang sama lo."

Akhirnya kalimat itu terlontar dari bibir Rania. Setelah rasa sayang di hatinya berhasil mengalahkan sejuta keraguan dalam pikirannya.

Sementara Yudha, ia mengukir senyum setelah mendengar kalimat itu.

"Tapi gue belum bisa jadi pacar lo sekarang," kata Rania kemudian.

PRO RE NATA ( END ✔️ )Where stories live. Discover now