47. Happy Birthdae

64.4K 11.9K 33K
                                    

hai lagi, Babygeng 👼🏼
kamu punya angka favorite? aku: 8

kamu udah siap baca chapter ini?!!
jangan lupa selalu vote dan comment yaa. thank you

 thank you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

47. HAPPY BIRTH-DAE

Dinding tebal berbahan es di Pantai Irvetta runtuh setelah dihempas oleh elemen besar milik Alaia semalam. Jadi, sekarang keadaan laut baik-baik saja dan sangat indah seperti sediakala. Tiada lagi rasa dihantui tanda-tanda gempa, tsunami, sampai kehancuran yang mengerikan.

Pagi ini Ale bangun lebih dulu dari Aishakar. Tubuhnya terasa remuk setelah melewati malam penuh cerita. Hingga detik ini Ale masih suka kaget akan kenyataan yang ia alami.

Ale mengitari pandangan ke seisi kamar. Ruangan ini teramat luas dan rapi. Temboknya serba putih, furniture yang ada pun dominan putih, ditemani warna-warna earth tones.

Sambil menguap, Ale mengeluarkan tangan kanannya dari bawah selimut. Ia memandangi jari manis yang diisi cincin pernikahan. Senyum cantik itu mengembang lebar dengan mata berbinar.

"Ale," panggil Aishakar yang masih menutup mata.

Ale menoleh dan mendapati suaminya menyebut nama dia dalam keadaan masih tertidur. Aishakar tidur menghadap Ale sambil memeluk tubuh ramping itu. Satu kaki Aishakar naik ke paha Ale dan itu berat.

"Bumi." Ale mengusap wajah polos Aishakar, dan mengelus rambutnya yang lebat.

"Hmm," gumam Aishakar.

"Ba—"

Ale baru mau ngomong, dan langsung kaget karena Aishakar mengangkat tubuhnya ke atas badan dia. Wajah mereka benar-benar berdekatan. Di kesempatan itu, Aishakar mengecup bibir Ale dan tak mau berpindah.

"Ih!" Ale menahan kepala Aishakar dan menjauhkan kepalanya sendiri.

Ale beringsut turun dari badan Aishakar dan kabur ke kamar mandi sebelum lelaki itu berhasil menangkapnya. Di dalam bilik ini Ale merasa lebih aman, ia cekikikan sambil membekap mulut. Terdengar Aishakar menggerutu karena ditinggal seperti itu.

Lagian, badan Ale masih pegal-pegal dan nyeri di beberapa bagian. Ia perlu melakukan pijat refleksi atau sekalian diurut hingga meninggalkan jejak biru-biru di kulit. Tak apa selagi berujung baik.

"Aleee!" Aishakar meracau.

Lelaki itu seperti tidak ada lelahnya padahal kemarin dia melaksanakan pernikahan hingga berjam-jam, lalu malamnya ia tempur di laut, dan dini hari dia bangun mengajak Ale 'bermain'.

Sebagai informasi, Ale sudah lepas segel berharganya.

Aishakar bangkit dari kasur dan jalan seperti orang mabuk ke toilet. Ia mengetuknya dan memanggil, "Sayang."

ALAÏA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang