7. First Impression

84 21 15
                                    

"Fanmeeting?" ulang Eylin.

Seakan-akan ada yang salah dari pendengarannya, ia mengulang ucapan Hajin dengan mata yang menyiratkan kembimbangan. Tidak yakin sama sekali kalau temannya berdiskusi ini adalah teman yang tepat.

"Kenapa fanmeeting?" Eylin tidak mengerti sama sekali.

"Fanmeeting ini---" jawab Hajin setengah-setengah, ia yang duduk sambil memangku laptop membalikkan benda elektronik itu ke depan hidung Eylin. "--fanmeeting ini adalah kunci pertama kita untuk mengenal medan pertempuranmu."

Di layar laptop Hajin yang menyala, sebuah iklan penjualan tiket online terpampang terang dengan gambar Hwan Misa mencolok di antaranya. Fanmeeting itu diadakan dalam rangka mempromosikan sebuah produk besar yang bekerja sama dengan Misa. Eylin tidak begitu sempat membaca detailnya karena berikutnya laptop itu kembali diputar menghadap Hajin.

"Apa kau paham sekarang?"

Tentu saja, tidak.

"Begini..., apa hubungan mendatangi fanmeeting Misa dengan balas dendam dengan Chanyeol? Maksudku, kenapa kita tidak menemui Chanyeol saja? Kita bisa mulai dari sana?"

Jika kekerasan bukanlah suatu tindakan yang tidak senonoh, Hajin percaya sekarang kakinya sudah mendarat di wajah Eylin.

"Pakai otakmu, kenapa? Apa kau pikir, hanya karena sekarang kau ingin balas dendam, segala pintu menuju ke arah Chanyeol itu terbuka lebar? Apa kau lupa, ya? Mantan pacarmu itu sekarang cowok paling bergengsi di Asia!"

"Jangan berteriak juga! Aku kan hanya bertanya!"

"Ya, tapi pertanyaanmu tolol." Hajin memutar mata. "Begini, ya, Lin. Kalau kau mau membalaskan dendammu dengan epik, langkah pertama itu sudah pasti mencari jalan biar kau bisa berada di lingkaran sosial cowok itu, setiap hari, setiap saat. Kau perlu membuat dia iritasi denganmu seperti ada bisul yang tumbuh di matanya, apa kau ngerti?"

"Jadi, aku harus menjadi bisul?"

"Jangan bego, itu hanya analogi."

Eylin merengut. Dia juga mengerti kalau Hajin hanya beranalogi.

"Kembali ke topik sebelumnya," Hajin menaruh laptop ke atas meja. "Untuk bisa berada dekat dengan Chanyeol, kita perlu menemukan cara. Aku sudah mikirin ini sebelumnya, tapi ideku terlalu ideal dan sama sekali tidak realistis. Makanya, aku mengganti cara pendekatannya."

"Emang idemu yang pertama, apa?"

Hajin memandang Eylin dengan sedikit senyum masam. "Kau menjadi sekretarisnya Chanyeol, gitu?"

"Loh, bukannya itu ide bagus?"

"Ide bagus kalau kau pintar," sambut Hajin. "Tapi kau kan agak bego. Lupakan ide tadi dan pikirkan ideku yang baru."

"Tunggu, kau tidak berharap aku melupakan kau yang baru aja mengataiku bego, kan?" Eylin memicingkan mata tajam, siap menyerang.

"Ada yang salah, memangnya, sama ucapanku?" Hajin menantang. "Coba kita ingat-ingat. Kau paham tugas adminstratif? tidak. Management? parah banget. Punya etika dan tata krama? minimal. Bagaimana caranya kau mau mendaftar jadi sekretarisnya Chanyeol, coba?"

"Aku bakal memaafkanmu karena kau adiknya Sujin." Eylin menelan hinaan itu dengan kesabaran. Mungkin karena separuh ucapan Hajin ada benarnya, Eylin tidak begitu terluka.

"Lagian, ya..., untuk perusahaan Chanyeol yang sudah level atas, aku tidak merasa mereka masih butuh karyawan baru. Mungkin butuh, tapi bukan yang pegawai kacangan. Chanyeol juga sudah pasti punya sekretaris."

SEE YOU AGAIN? (PCY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang