28 :: My Wonderful Diamond ::

605 111 20
                                    


❤❤❤❤


Bandung masih saja membuat Arinda terkesan dengan pemandangannya, terlebih ketika dia masuk ke sebuah restoran yang benar-benar memanjakan mata. Dari tempatnya Arinda bisa melihat pohon-pohon rindang dan juga bukit indah. Restoran ini sepertinya sengaja memakai dinding kaca agar para pengunjung dapat menikmati pemandangan yang indah ini.

Anton sudah memilihkan makanan tanpa bertanya kepada Arinda, tapi tidak membuat Arinda memikirkannya terlalu jauh karena saat ini dia sedang gelisah akan kesan pertama yang akan orang tua Anton berikan kepadanya.

Anton tersenyum dan menyentuh lembut telapak tangan Arinda "Jangan tegang seperti itu, tenang saja Mama dan Papa ku adalah tipikal orang yang baik." Arinda mengangguk paham, dan tidak lama kemudian dia melihat Anton berdiri sambil tersenyum. Dia otomatis menatap ke belakang dan benar saja dugaannya, kedua orang tua Anton sudah tiba sehingga dia juga ikut berdiri menyambut kehadiran mereka.

Senyuman manisnya tidak pernah lepas dari wajah Arinda, ibu ayah dan anak itu saling berpelukan satu sama lain secara bergantian. Arinda menyempatkan diri mengingat penampilannya yang saat ini menggunakan dress berbahan shifon dan panjangnya cukup sopan. Rambutnya dia gerai dan memakai make-up sederhana.

Arinda cukup percaya diri dengan apa yang dia kenakan, sehingga saat ibu Anton menatap ke arahnya dia mengulurkan tangan masih mempertahankan senyumnya. "Saya Arinda tante," kata Arinda dan ibu Anton juga membalas uluran tangannya itu.

Anton mengajak Mama dan Papa-nya itu berbincang-bincang melepas kerinduan hingga pandangan dari Sulis___ mama Anton beralih kepadanya. "Kalian sudah lama pacaran ?" tanya Sulis yang jelas tertuju kepada Arinda.

"Belum tante, baru satu bulan saja. Tapi sudah kenal cukup lama," jawab Arinda sopan.

"Kamu kerja di mana Arinda ?" kembali pertanyaan datang kepadanya dan kali ini dari Broto___ papa Anton.

Arinda melirik sejenak Anton yang hanya tersenyum kepadanya sehingga Arinda menjawab dengan jujur apa yang sedang dia kerjakan saat ini "Saya sudah tidak bekerja lagi Om, saat ini saya sedang lagi membuka usaha."

"Oh ya, usaha apa ? Sulis terlihat antusias mendengarkan.

"Hanya usaha kecil tante, saya baru memulai untuk membuka warung makan di pasar."

"Pasar ? maksudnya Mall begitu ?" Broto menggelengkan kepalanya begitu juga Sulis yang tertawa membuat Arinda sedikit tidak nyaman.

"Bukan Om Tante, saya membuka usaha warung makan di pasar tradisional. Bang Anton juga tahu, kami bersama-sama mencari lapaknya." Apa yang Arinda jelaskan membuat kedua orang tua Anton terdiam begitu saja, mereka saling tatap satu sama lain dan Arinda tahu jelas apa yang mungkin sedang ada dalam benak orang tua Anton. Karena merasa tidak nyaman Arinda permisi untuk pergi ke kamar kecil.

Begitu Arinda pergi Sulis sang ibu langsung mencubit kecil perut anaknya itu. "Kamu ini bagaimana bukan pacaran sama perempuan yang status sosialnya lebih tinggi daripada kita malah pacaran sama perempuan yang hanya berjualan di pasar."

"Ma Arinda itu wanita yang cerdas, walau dia hanya tamatan SMA dia adalah wanita yang kuat dan gigih mencari uang. Dia juga sangat baik dan tentunya cantik." Anton masih santai menjawab apa yang mamanya pertanyakan.

"Cantik saja tidak cukup Anton, dan kamu bilang apa tadi dia hanya tamatan SMA. Haduh gimana sih ini anak kamu Pa," kata Sulis meminta bantuan suaminya untuk membuka pikiran sang putra.

"Kerja di mana orang tuanya ?" tanya Broto kemudian.

"Orang tuanya ada di kampung, hanya bertani. Keluarganya sangat sederhana Pa, tapi papa tenang saja Arinda adalah wanita yang baik."

Abang BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang