38. Paint of Your Pain

18.6K 2.7K 287
                                    

Aluna Cuma tertidur sebentar setelah pelajaran Etika yang melelahkan. Dia tertidur di meja belajarnya dengan buku politik yang harus dia pelajari. Aluna menyukai semua pelajaran kecuali politik dan hukum, karena itu berkali- kali buku politik yang terbuka di bagian tengah menjadi bantalannya untuk tidur di meja dengan posisi duduk yang sebenarnya kurang nyaman.

Baru 10 menit, tapi Aluna merasakan wajahnya di terpa angin lembut dan sejuk. Semakin lama, angin itu semakin kencang, kencang dan kencang. Sampai poninya berantakan dan Aluna tersentak dari tidurnya.

Hal pertama yang di tangkap mata mengerjap Aluna adalah Helios yang tertawa puas melihat Aluna terusik karena angin buatannya. Tawa itu semakin kencang saat melihat Aluna manyun dan bersiap untuk mengumpat.

"Nggak bisa ya biarin aku tidur siang?" umpatnya.

Tapi Helios malah berlari ke arah pintu dengan seringaian yang membuat Aluna jengkel. Aluna tidak mau kalah dia mengejar Helios sambil mencak- mencak tidak jelas.

"Awas aja kalau dapat," katanya dan membuka pintu.

Tapi sesampainya di pintu, Aluna tidak bisa berbuat apa- apa. Di sana- sini para pengawal dan dayang berkeliaran. Helios yang tadinya jahilpun berjalan dengan wibawanya sambil senyum mengejek. Kalau sudah begini, Aluna tidak bisa berbuat apa- apa. Dia harus menjaga martabatnya sebagai Putri Mahkota.

"Mau kemana, Putri?" Helda yang berjaga- jaga di depan pintu kamar Aluna langsung membungkuk memberi hormat, "Biar saja temani," ujarnya.

Mau ngejar Putra Mahkota gila itu, batin Aluna.

Ah, menjadi Putri Mahkota tidak sebebas yang dia pikir. Dan Helios pandai memanfaatkan situasi itu. Setiap hari ada- ada saja ulahnya yang membuat Aluna jengah. Mulai dari mengganggu tidur siang Aluna yang berharga seperti tadi. Membuat tehnya tiba -tiba membeku saat makan malam bersama keluarga kerajaan. Dan yang paling parah membuat kaki Aluna di jerat rumput- rumput liar saat berjalan- jalan di taman istana. Helios memang pandai menggunakan kemampuannya di situasi yang merugikan Aluna.

Sekesal apapun Aluna, dia selalu menikmati tawa renyah Helios setiap kali dia kewalahan. Setidaknya mereka tidak sekaku sebelum tunangan. Sejak melihat aurora di Nix, Helios mulai mencair. Mungkin berkat doa yang di ucapkan Aluna saat aurora itu menari di atas langit.

Biarkan kami bersama tanpa luka. Dan tanpa melukai siapapun.

🌜🌞🌛

Gaun merah yang sangat mewah, sepatu merah dengan permata indah, dan mahkota dengan hiasan bulan dan matahari. Hampir setengah jam Aluna melihatnya tanpa mengalihkan perhatian. Meskipun sudah pukul 11 malam, Aluna belum bisa tidur. Gaun merah itu terasa seperti beban untuknya. Di tambah lagi mahkota yang akan membuat kepalanya memikul tanggung jawab besar.

Besok, Aluna akan menjadi istri seseorang. Besok, Aluna akan menjadi Putri Mahkota yang sah. Besok, namanya akan di catat dalam sejarah Eterio.

Jika keadaannya normal, Aluna pasti bahagia.

Tapi begitu banyak yang menghantui pikiran Aluna. Bisakah Helios mencintainya? Jangankan cinta, hanya menyukainya saja sudah syukur. Sampai kapan Helios tahan dengan perempuan yang tidak ada di hatinya?

Bagaimana bangsawan Eterio yang tidak setuju dengan Aluna? Sampai kapan mereka membuat pertisi dan mempengaruhi seluruh rakyat Eterio untuk menolak Aluna? Ah, belum lagi soal Aludra, bisa saja gadis itu muncul dalam kehidupan pernikahannya nanti.

Aluna menghela nafas sangat berat. Ingin rasanya menangis malam ini. Tapi matanya harus dijaga tidak sembab di hari pernikahannya. Segitu beratnya menjadi seorang pengantin.

Infinity Eclipse {Sudah Terbit}Where stories live. Discover now