19 • Mencuri semuanya

217K 29.2K 2.8K
                                    

Theo melajukan mobilnya menuju sebuah tanah lapang. Ia akan mengajari Ruza menyetir hari ini juga. Entah mungkin atau tidak yang dikatakan oleh Haleya. Namun jika wanita itu berani berkata ia yakin kemungkinannya ada. Dari kebraniannya mempermainkan Hades ia mulai yakin bahwa Haleya bukan sembarang orang. Buktinya Haleya tau bahwa ia tadi mengirim orang untuk mengikuti wanita itu.

"Ruza beneran belajar nyetir kak?" Ruza menatap Theo dengan tidak yakin.

"Ga mau?"

"Mau," jawab gadis itu dengan penuh semangat.

"Takut?" Entah mengapa Theo menanyakan pertanyaan itu. Cowok itu khawatir karena Ruza jarang mencoba hal baru.

"Nggak! Kak Hades biasa balapan dan kak Theo juga biasa balapan. Dan Ruza biasa lihat balapan. Masak takut. Hahaha, lemah!" Ruza sangat percaya diri karena yang dia katakan memang benar. Ia pernah di bawa dengan kecepatan penuh oleh Theo sampai ia merasa nyawanya telah hilang diambil angin. Apakah mungkin hanya mengendarai mobil begini saja ia takut? Oh tidak tentunya.

"Okke." Theo langsung memperkenalkan berbagai fungsi setiap alat yang ada di depan Ruza. Ia mengajari Ruza dengan serius.

Setelah empat jam kemudian hasilnya sungguh tidak disangka. Theo merasa menyesal telah mengajari Ruza menyetir. Tiga kali menabrak pohon. Empat kali bingung rem.

Theo memijat kepalanya sambil bersandar di kursi mobilnya.

Ruza kini tersenyum pada Theo sambil menggigit bibirnya. "Hehe, ternyata Ruza nggak takut kak, tapi emang gak bisa."

Theo mengambil napas dalam lalu duduk tegak.

"Za! Tukar tempat! Nanti kamu ikuti intruksi kakak." Theo melajukan mobilnya dengan cepat menuju sebuah warung, ia membeli bensin dan membeli 4 karung.

"Jam berapa?" tanya Theo pada Ruza.

"Jam tujuh kurang dua menit."

Theo menghela napas. Jadi ada waktu sekitar 2 jam sebelum kakeknya pulang. Ditambah jarak antara tempatnya kini berada menuju rumah kakeknya, kira-kira terpotong 30 menit jika ia benar-benar melajukan mobilnya dengan cepat.

"Za! Inget! nanti kamu turun dan pura-pura hamil anak kakak. Buat penjaga yang di depan lengah."

"Hamil? Kan Ruza baru 15 tahun."

"Pura-pura Za!!! Pura-pura!!"

"Iyya, iyya." Gadis itu diam dan nampak berpikir. "Ruza pakek sesuatu di perut nggak?"

"Gausah, lo udah banyak makan."

Ruza memperhatikan perutnya dan sedikit mengangkat bajunya. "Tapi perut Ruza sispek tuh."

Theo melihat perut Ruza yang sekarang nampak terbuka karena gadis itu mengangkat baju. Ia menghela napas. "Kurus bukan sispek."

Ruza memannyunkan bibir. "Sama aja sih kalo kata Ruza."

Theo tidak menjawab dan fokus menyetir. Percuma meladeni Ruza yang tidak akan ada habisnya.

"Perut kakak emang sispek?"

"NGGAK!!" jawab Theo. Ia sudah cukup kesal dengan Ruza, jadi ia menghentikan topik saja dengan mengalah. Walaupun kenyataannya perutnya itu six-pack. Ia sudah malas sombong pada Ruza, tidak ada gunanya.

THEORUZ: Guarding My Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang