61. Pertemuan Terakhir [End]

11.9K 1.3K 163
                                    

Seminggu berlalu sejak Min Hyung menyerahkan tubuhnya kepada Zero. Walaupun perlu berdebat dengan Renjun ketika Zero ingin keluar. Pada akhirnya, dia berhasil pergi dari tempat itu.

"Kau yakin tidak ingin kembali ke rumah kita?" tanya Zero. Sejak dia keluar dari rumah sakit, dia tinggal di rumah orangtua Haechan.

"Ya. Ada orangtuaku ... di sini."

Sebenarnya, Haechan tidak ingin kembali ke rumah lama mereka. Terlalu banyak kenangan yang menyesakkan dada Haechan. Kenangan baik atau buruk, bagi Haechan sama. Dia ingin tinggal di sini bersama Jisung dan juga Zero.

"Kau boleh pulang. Jika tidak ingin di sini," kata Haechan. Dia memang berkata seolah tidak memaksa, tapi di dalam hatinya dia tidak ingin Zero benar-benar pulang.

"Baiklah." Zero hendak bangkit dari tidurnya, tapi Haechan segera menahan lengan Zero.

"Aku bercanda."

Zero menutup mulutnya, menahan tawa. "Aku tahu. Aku juga tidak mungkin menjauh darimu."

Haechan memasang wajah seperti akan muntah. Dia masih belum terbiasa dengan Zero yang bersikap manis seperti ini.

"Ah, ya. Aku terlalu malas mengganti nama. Jadi, aku tetap menggunakan identitas Mark Lee."

Zero kembali merebahkan dirinya di atas ranjang, sementara Haechan melipat pakaian di sampingnya.

"Jadi, aku panggil dirimu, Mark?" tanya Haechan. Melirik sekilas ke arah Zero.

"Ck. Kenapa Mark? Lebih baik panggil aku Min Hyung. Aneh juga jika aku dipanggil Zero."

Haechan tertawa kecil. "Kenapa namamu Zero jika terdengar aneh?"

"Tidak tahu. Saat aku muncul, Min Hyung yang memanggilku Zero tanpa sadar. Sepertinya itu adalah teman khayalannya."

Haechan menghentikan kegiatannya melipat pakaian. Dia memutar tubuhnya, memberi perhatian penuh pada cerita Zero.

"Teman khayalan? Darimana, kau tahu?"

"Hmm. Dulu, aku menemukan buku hariannya. Dia sering berbicara sendiri di sana. Terkadang, ada halaman di mana dia seperti berbicara dengan seseorang. Dia menceritakan keluh kesahnya pada orang itu, tapi dengan tulisan yang sama, ada balasan dari ceritanya. Seolah-olah orang itu menanggapi apa yang dia katakan. Di akhir buku itu, dia menulis 'Zero adalah teman terbaikku. Dia memahami aku dan akan melindungiku. Zero adalah teman satu-satunya yang kumiliki. Dia kosong, hampa, dan tidak ada.' Kira-kira seperti itu."

Zero mengakhiri ceritanya dengan meminum air yang diberikan oleh Haechan sebelumnya.

"Min Hyung ... cukup aneh. Jadi, karena itu, kau menamai dirimu, Zero?"

Zero menggeleng. "Aku tidak sempat memikirkan nama yang lain."

Haechan mengangguk dan kembali melanjutkan kegiatannya.

"Panggil aku Min Hyung saja. Aku sudah terbiasa kau panggil begitu."

"Mark saja boleh?"

Zero menatap Haechan tajam, tapi istrinya itu malah menertawakannya. "Kenapa sangat marah?"

Zero memalingkan wajahnya. Dia tidak ingin kembali melanjutkan percakapan ini. Semakin dilanjutkan akan membuatnya semakin kesal.

"Aku harus pergi sekarang. Sudah siang."

Setelah selesai berpakaian, dia pamit untuk pergi ke kantornya. Setelah lama mengambil cuti karena banyak hal yang terjadi, perusahaan Zero hampir mengalami penurunan.

"Kupikir, Paman Donghae akan mencabut hakmu atas perusahaan ini."

Lucas muncul dari dalam ruangan Zero. Dia tersenyum miring dan duduk dengan bebas di sofa.

The Twins' Obsession | MARKHYUCK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang