Part 42

178K 21.5K 1.3K
                                    

Markas Jervanos terlihat ramai di malam yang semakin larut. Terlihat snack-snack makanan ringan dan berbagai minuman bersoda terlihat memenuhi meja kaca bercampur dengan bungkus-bungkus snack yang telah kosong beserta kulit kacang.

"Lo pada liat gak ekspresi mereka tadi?" Tanya Bagas mengingat ekspresi bahagia keempat ulet bulu tadi siang.

Aidan yang duduk di samping Bagas memukul lengan Bagas dengan heboh membuat Bagas yang menjadi sasaran segera bergeser menjauhi Aidan dan mendekat ke arah Putra yang duduk di samping kanannya.

"Iya, anjir! Cuma kayak gitu aja mereka udah kesenengan kayak cacing kepanasan," balas Aidan semangat lalu mengambil satu bungkus snack di depannya dan membuka bungkus keripik singkong di tangannya itu.

"Coba gue yang ngiyain pasti mereka lebih parah," balas Putra dengan nada super percaya diri.

Bagas menatap sinis ke arah Putra, "Put lo kayaknya harus sadar deh!"

"Gue udah sadar 100% ini! Mau sadar gimana lagi," ucap Putra.

"Lo harusnya sadar! Sadar diri, sadar posisi, sadar rai!" ucap Aidan lalu tertawa terbahak-bahak, dia berhigh-five dengan Bagas.

Menistakan Putra itu adalah hal yang mengasyikan bagi keduanya.

Putra yang mendengar hal itu mendengus, namun dia tak mengelak karena itu semua adalah kebenaran.

"Rencana selanjutnya apa nih? Gue gak sabar" Tanya Putra pada Gevan sambil membuka kacang kulit lalu memakan isinya.

Melihat Gevan yang tak menanggapi ucapannya membuat Putra mengangkat wajahnya menatap Gevan yang melamun.

Putra menyikut Bagas dan memberi isyarat untuk menatap ke arah Gevan.

"Gev! Gevan!" Panggil Bagas namun dihiraukan oleh sang empunya nama.

Aidan yang melihat Gevan diam saja pun mendekat ke arah Bagas.

"Nih orang kayaknya galau deh!" Bisik Aidan pada Bagas dan Putra.

"Galau kenapa?" Tanya Bagas.

"Dia kan bucin banget sama Aurel terus tadi siang dia pura-pura ngiyain ucapannya si Cia, pasti dia ngerasa bersalah sama Aurel!" Jelas Aidan membuat Bagas dan Putra mengangguk.

"Tapikan Aurel gak masalah!" Balas Bagas.

"Iya dia gak masalah, cuma kan si Gevan udah bucin banget sama Aurel! Dia pasti lagi overthinking itu!" ucap Aidan dengan sok tahu.

Ketiga sahabat itu beralih menatap Raddit yang terlihat tenang membaca buku namun wajahnya yang kusut begitu terlihat jelas, apalagi kerutan di dahinya.

"Terus temen lo yang satu itu kenapa?" Tanya Putra penasaran.

"Palingan dia lagi mikirin Cia, lo tau kan setelah Cia sama Raddit pura-pura putus kan Cia nyuruh Raddit jangan ketemu dulu! Apalagi lo gak liat tadi siang Cia nyelonong gitu aja pas ketemu Raddit!" Jawab Bagas diangguki oleh Aidan.

"Lo bertiga ngapain?" Tanya Dion memicing menatap ketiga sahabatnya yang sedari tadi berbisik-bisik.

Mereka bertiga menoleh ke arah Dion sambil meringis, tangan Bagas menunjuk ke arah Raddit dan Aidan menunjuk ke arah Gevan sedangkan Putra menunjuk ke arah Raddit dan Gevan.

Dion menoleh ke arah kedua orang yang ditunjuk, dia menatap dengan pandangan bingung melihat kedua sahabatnya itu tak seperti biasanya.

"Mereka kenapa?" Tanya Dion.

"Galau!" ucap ketiganya serempak membuat Dion berjengit kaget dia menoleh ke arah Gevan dan Raddit yang tak bereaksi seperti tak terjadi apa-apa padahal suara ketiganya lumayan keras.

AURELLIA; Antagonist Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang