04. Undangan

4.1K 406 9
                                    

Sudah tiga bulan lamanya Haechan menjalani hari hari berdampingan dengan sifat tiba tiba dingin para kakaknya.

Hampa.

Itu yang dirasakan Haechan selama tiga bulan terkahir ini.

Tidak ada lagi Taeil hyung yang selalu meladeni dan mendukung lelucon Haechan.

Tidak ada lagi Johnny hyung yang selalu memanjakan Haechan.

Tidak ada lagi Taeyong hyung yang selalu bersikap manis dan lembut pada Haechan.

Tidak ada lagi Doyoung hyung yang selalu mengeluh kalah dari Haechan, tapi yang sangat perhatian kepadanya.

Tidak ada lagi Jaehyun hyung yang selalu siaga untuk Haechan.

Tidak ada lagi Jungwoo hyung dan belajar bersamanya.

Tidak ada lagi Mark hyung yang tertawa keras nyaris tak bisa berdiri dengan benar karna lelucon Haechan.

Tak ada lagi Haechan yang ceria, Haechan yang selalu membuat lelucon, Haechan yang selalu mencairkan suasana.

Haechan terlalu takut untuk sekedar membuat lelucon di keadaan yang sekarang. Semuanya berubah drastis.

Yang awalnya Haechan selalu mendapat kasih sayang, mendapat pembelaan, dan mendapat banyak perhatian, sekarang tidak ada lagi.

Yang ada sekarang hanyalah Haechan yang selalu terabaikan, Haechan yang selalu dipojokkan, dan Haechan yang murung.

Matahari kita itu.. sedang tertutup awan mendung rupanya.

***

Dua Minggu lalu, para siswa/siswi SMA Neo 127 sudah menjalani ujian akhir semester.

Dan besok adalah saatnya untuk pengambilan raport bagi seluruh siswa Neo.

Perasaan para siswa sangat campur aduk, ada yang sudah tak sabar melihat hasilnya, ada juga yang was was akan hasil yang diperoleh.

Tak berbeda dengan siswa lain, Haechan juga memiliki perasaan yang sama. Perasaan tidak sabar dan juga was was.

Selain itu juga, Haechan merasakan kekhawatiran yang begitu besar. Akhir akhir ini Haechan sedikit kehilangan fokusnya untuk belajar. Karena masalah dengan kakak kakaknya lah yang menyebabkan itu.

Haechan khawatir jika nilainya turun semester ini. Kata kata Taeyong sebulan yang lalu sebelum ujian selalu terngiang di pikirannya.

'jika semester ini nilaimu turun, aku tak segan untuk menghajarmu bocah sialan!'

Menghajarmu, untuk pertama kalinya saat itu Taeyong mengatakan kata itu. Dan kata itu sukses menambah kekhawatiran Haechan.

Dan juga, kata bocah sialan yang Taeyong katakan itu sangat menyakiti hati Haechan. Haechan tidak tahu apa salahnya hingga sekarang semua kakakknya membencinya. Menghindar dari nya. Bahkan tak segan untuk melontarkan kalimat menyakitkan kepadanya.

°°°

Saat ini Haechan tengah duduk di kursi belajarnya. Memegang sebuah amplop berlogo yang berisi undangan bagi semua wali murid untuk pengambilan raport.

Setelah lama memandangi amplop itu, akhirnya Haechan bangkit dan berjalan keluar dari kamarnya.

Haechan berkali kali menghela nafasnya. Sampai sekarang ia sudah berdiri di depan pintu kamar Johnny.

Biasanya Johnny akan selalu siaga menggantikan ayah mereka yang sangat sibuk bekerja. Bahkan mereka juga ragu jika ayah masih mengingat mereka.

Meskipun Taeil adalah yang tertua, tapi untuk urusan menjadi wali Haechan, Johhny yang akan maju.

Menghela nafas panjang sekali lagi, Haechan lalu memberanikan dirinya mengetuk pintu kamar Johnny.

"Masuk.." terdengar suara Johnny yang berat dari dalam kamar setelah ketukan ke tiga.

Haechan meraih knop pintu dengan hati hati. Perlahan namun pasti, Haechan membuka pintu berwarna putih tulang itu dan melangkahkan kakinya ke dalam.

"Hyung.." panggil Haechan pelan.

"Hmm ada apa?" Jawaban Johnny terdengar ketus memang, tapi Haechan sudah mulai terbiasa dengan perubahan perubahan yang di alaminya.

"Emm ini.. ada undangan untuk pengambilan raport dari sekolah.." jelas Haechan.

Johnny mengalihkan atensinya dari komputer kepada Haechan. Menatap Haechan yang sedang berdiri dengan sebuah amplop putih berlogo di tangannya.

Takut takut Haechan menyodorkan amplop itu kepada Johnny.

"Kapan?" Tanya Johnny sambil menerima pemberian Haechan.

"Besok hyung.."

"Baiklah aku akan datang besok. Sekarang pergi dari kamarku. Aku tidak mau di ganggu." Haechan merasa sangat lega mendengar itu, seketika pikirannya tentang mengambil raport sendiri sirna.

Bahkan bibirnya juga melebar membentuk lengkungan indah menambah kadar ketampanannya.

"Baiklah hyung! Terimakasih banyak! Aku permisi." Ucap Haechan ceria dengan senyum yang masih tersungging manis di wajahnya.

Sepeninggalan Haechan, Johnny juga tersenyum tipis. Rasanya sudah sangat jarang melihat senyum manis Haechan.

Johnny juga rindu semua itu. Tapi ada yang mengharuskan dia untuk berada di keadaan ini.

Bahkan Johnny juga rindu manjanya Lee Haechan. Johnny rindu cerianya Lee Haechan. Karena yang ia lihat akhir akhir ini adalah Haechan yang merasa canggung dan takut.

Ingin sekali Johnny memeluk erat adik kesayangannya itu.

__________TBC__________

Our Sun || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang