Nerd | 27

46K 5.2K 248
                                    

Sepi, seperti itulah keadaan rumah Devin setiap harinya. Namun kali ini berbeda, rumahnya mendadak ramai bak tempat tongkrongan anak muda. Bagaimana tidak disebut tongkrongan? Kamarnya yang semula tertata rapi sekarang sudah berantakan. Kulit kacang, bungkus makanan ringan dan beberapa botol minuman kosong tergeletak di atas lantai.

Devin menatap sang pelaku. Ya, siapa lagi jika bukan sahabatnya itu. Dirinya yang sehabis mandi langsung dikejutkan karena kamarnya yang berantakan. Dia menatap Ferdi dan Adriel yang tengah bermain ps dari belakang.

“Kalian bisa nggak sih, kalo ke rumah gue sopan dikit kek. Udah ngambil makanan nggak bilang dulu, dan sekarang malah ngeberantakin kamar gue,” dumel Devin sembari membereskan kulit kacang yang berserakan. Devin sangatlah tidak suka jika kamarnya terlihat berantakan.

“Ya elah Vin, tamu adalah raja. Jadi lo harus hormati gue dong, layani gue seperti raja di film-film gituloh. Lagian di rumah lo emangnya ada siapa yang harus gue sopani? Nggak ada kan?”

Ingin sekali Devin melemparkan botol kosol ke arah Adriel sahabatnya yang tidak mempunyai akal sehat itu.

“Vin, lanjutin ya. Gue ke toilet dulu bentar,” ucap Ferdi sembari menyerahkan stick ps ke Devin.

Dengan senang hati Devin menerima stick ps itu dan melanjutkan permainannya. “Eh, si Leo ke mana Ko?” tanya Devin di tengah-tengah permainanya.

“Tuh, lagi mojok.” Tunjuk Adriel ke arah belakang tanpa mengalihkan pandangannya dari permainan. Dan Devin langsung mengikuti arah tunjuk Adriel ke belakang.

Benar saja dia melihat sahabatnya yang bernama Leo tengah berdiri di sana. Entah sedang melakukan apa, sedang menyamar menjadi patung mungkin. Tapi tunggu dulu, kenapa arah pandang Leo ke arah lemarinya? Devin terus mengamati Leo yang mendekat ke arah lemarinya.

“Yess! gue menang Vin. Pokoknya gue nggak mau tau, besok lo harus traktrir gue!” Devin mengabaikan ucapan Adriel dan memilih menghampiri Leo.

“Balikin,” ucap Devin langsung merebut boneka teddy bear berwarna pink yang berada di tangan Leo.

“Punya lo?” Devin langsung memasukkan kembali boneka itu ke dalam lemarinya dan menatap Leo.

“Jangan sentuh itu lagi.” Leo menyatukkan alisnya.

“Punya lo?” tanya Leo sekali lagi.

“Punya gue atau bukan, itu bukan urusan lo kan?”

“Oke, gue mau minta boneka tadi.” Devin menatap tidak percaya pada Leo yang berada di hadapannya.

“Kalian berdua rebutan boneka? Vin, lo ternyata selama ini belok ya? Diem-diem nyimpen boneka, warna pink lagi, pfftt.” Adriel berucap sembari menahan tawanya.

“Laki-laki nyimpen boneka bukan berarti belok ya!” peringat Devin, dia beralih duduk di samping Adriel diikuti oleh Leo.

“Sebenernya boneka itu bukan punya gue. Intinya pas gue kecil dulu, gue ketemu sama cewek dan dia ngasih boneka itu ke gue. Dan gue selalu nyimpen boneka itu, siapa tau gue akan ketemu lagi sama dia dan gue bakal balikin tuh boneka.”

“Ekhem, bilang aja mau modus mas.” Devin melirik Adriel.

“Lo ketemu dia di mana? Rumah Sakit?” 

Devin langsung menoleh pada Leo. “Kok lo tau?” tanyanya.

Tanpa ada yang menyadari, sudut bibir Leo tersenyum.” Cuma nebak, gue cabut duluan ya.” Leo langsung beranjak pergi meninggalkan Devin dan Adriel yang nampak bingung.

***

“Ferdi.” Ferdi yang tengah tengah bermain ponsel terkejut karena kedatangan sang ayah. Dia pun langsung mematikan ponselnya dan menyembunyikannya, kemudian beralih menatap ayahnya.

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang