Part 2

10.5K 813 11
                                    

"Bye My Bubu!"

Tamu terakhir Nalla yang memutuskan pulang. Teman perempuan yang ia kenal karena ayah mereka berhubungan dekat. Membuat Nalla dan wanita bernama Lonik yang ia panggil Bubu itu sangat dekat. Sampai-sampai Lonik mendapatkan panggilan kesayangan dari Nalla.

Kini tinggal tersisa team pengisi acara dan asisten Nalla juga Karan, sang mantan suaminya.

Nalla butuh membicarakan sesuatu dengan Karan dan setelah berterimakasih serta berpisah dengan team pengisi acara, Nalla menyerahkan sisanya kepada sang asisten sebelum melangkah keluar bersama Karan.

"Bu Nalla, mau pulang?" tanya Adjie, supir pribadi Nalla saat melihat majikan yang ia layani berjalan keluar dari pintu gedung utama.

"Saya ada perlu sama Karan, Mas Adjie. Nanti Mas Adjie bawa pulang Mona aja. Dia masih di dalam sebentar lagi pulang. Saya pulang di anter Karan nanti, Mas," jelas Nalla.

Nalla membuka tasnya dan mengambil beberapa lembar uang lima puluh ribu dari dalam tasnya.

"Maaf ya, Mas. Jadi nunggu sampai tengah malam gini. Ini tambahan buat Mas Adjie hari ini. Tadi udah dikasih nasi kotak sama bingkisan sama Mona, kan, ya?" tanya Nalla lagi.

Adjie, pria berumur 40 tahun yang sudah mengabdi pada keluarga Nalla sejak Nalla duduk di bangku sekolah dasar itu mengangguk. Tadi ia ditawari untuk masuk dan menikmati acara di dalam. Tapi Adjie menolak dan Mona, asisten Nalla datang membawakan dua kotak nasi, satu lusin donat dan kopi serta sebungkus rokok. Nalla akan selalu memerhatikan semua yang bekerja bersamanya. Selalu seperti itu.

"Hati-hati Pak Karan, Bu Nalla," ujar Adjie mengantar sang majikan memasuki mobil mantan suaminya.

Tidak aneh bagi Adjie melihat Nalla sangat dekat dengan mantan suaminya. Seperti sekarang saja, walau jam menunjukkan pukul 1 malam kedua orang itu malah pergi berdua. Apapun yang mereka lakukan, itu bukan menjadi gosip panas untuk Adjie ataupun asisten Nalla karena mereka sangat paham jika majikan mereka orang yang bisa dipercaya dan tidak sembarangan dalam bertindak.

Tidak mungkin Nalla menghancurkan nama Harlandi dengan mudahnya. Begitu pikir semua orang yang bekerja dengan Nalla.

Tujuan utama Karan dan Nalla malam ini untuk membicarakan kerjasama mereka. Sebenarnya sangat dadakan dan tidak ada waktu lagi.

"Lo gak capek, Bun?" Suara Karan akhirnya memecah keheningan di dalam mobil.

Ia memang fokus pada jalanan di depannya namun sesekali melirik Nalla yang duduk di kursi samping pengemudi. Seharusnya Nalla lelah. Menyiapkan acara tanpa ada event organizer, hanya dibantu sang asisten. Lalu ia sangat aktif saat acara. Tentu karena acara ulangtahun itu untuknya. Terakhir, Nalla meminum cukup banyak alkohol. Pasti terasa sangat letih.

"Lumayan. Tapi ini penting jadi harus sekarang juga," jawab Nalla.

Dalam hati Nalla, ia merasa sedikit bernostalgia. Panggilan Bun yang kembali terdengar ataupun perjalanan tengah malam antara dirinya dengan Karan.

Hanya Karan yang memanggilnya dengan kata Bun. Diambil dari namanya, Embunalla. Kebiasaan Karan yang dimulai saat mereka dalam tahap pendekatan dahulu.

"Rasanya kayak nostalgia, ya," gumam Nalla kecil.

Jalanan malam, keadaan mobil yang hening, semerbak wangi parfum yang Karan pakai memenuhi penciuman Nalla. Sangat mengingatkan Nalla dan Karan akan hubungan mereka yang dulu. Perbedaannya hanya satu.

Tidak ada tangan kiri Karan yang selalu menggenggam jemari Nalla di tengah menyetir atau sekedar mengusap lembut lutut Nalla, meminta perhatian wanita itu.

Setelah Kita Berpisah [COMPLETED]Where stories live. Discover now