27

87 9 0
                                    

Apa pun yang sudah pecah, tidak akan pernah bisa kembali utuh.

🍫🍫🍫

Seungwoo menatap gusar jam tangannya. Gerakan tubuhnya begitu gelisah seolah ia sedang menanti detik-detik peristiwa eksekusi mati.

Tak lama, sesosok pria manis berlesung pipi muncul di hadapannya. Tersenyum kecil dan berdiri diam, menunggu eksistensinya disadari pria yang lebih tua.

"Byungchan?"

Byungchan melebarkan sedikit garis senyumnya, barang satu senti.

"Boleh aku duduk, Hyung?" tanya Byungchan.

Seungwoo menganggukkan kepalanya sebagai balasan.

"Ada apa?" tanya Seungwoo.

"Hyung nggak mau pesan minuman dulu?"

Seungwoo menghela napasnya pelan, lalu menggelengkan kepalanya, "Hyung nggak bisa lama-lama, Chan."

Byungchan tampak berpikir sejenak, sebelum memulai untaian kalimatnya.

"Hyung bener-bener nggak bisa nerima aku lagi? Apa Hyung udah nggak sayang lagi sama aku? Rasa sayangku ke Hyung masih sama, nggak berkurang sedikit pun. Hyung nggak mau kasih hubungan kita satu kali kesempatan lagi?" Byungchan menatap lekat manik Seungwoo. Dirinya tahu betul, Seungwoo tidak semudah itu membuka hati untuk orang baru, dan Byungchan meyakini, belum ada orang yang hingga saat ini diizinkan membuka gembok hati Seungwoo.

Seungwoo menghela napas, "Chan, Hyung, kan, udah bilang dari waktu kita pergi makan malam kemarin, Hyung nggak bisa. Oke, Byungchan mau bilang apapun soal Hyung, Hyung nggak masalah. Tapi hubungan kita memang udah nggak bisa dimulai lagi, Chan, hubungan kita udah nggak bisa diperbaiki."

"Hubungan kita masih bisa diperbaiki kalau Hyung pilih buat perbaikin!" bentak Byungchan, bulir air mata mulai menggenangi kelopak matanya, siap untuk segera jatuh bebas.

"Tapi Hyung nggak pilih itu, Byungchan!" Seungwoo membalas bentakan itu dengan bentakan yang lebih keras. Beruntungnya, mereka mengambil bangku di bagian sudut dan cafe sedang sepi sehingga tidak ada siapa pun yang mungkin terganggu oleh adu bentak kedua insan yang pernah saling berbagi rasa ini.

"Terlepas Hyung masih cinta sama kamu atau enggak, terlepas apakah Hyung udah bisa buka hati untuk orang lain atau belum, Hyung juga nggak bisa memastikan itu. Tapi satu yang Hyung bisa pastikan, hubungan kita sudah selesai dan nggak akan pernah bisa kembali," tegas Seungwoo. Ia berusaha menatap manik lawan bicaranya, walau dalam dadanya bergemuruh kontra dengan apa yang diucapkan belah bibirnya.

"Atau gara-gara pria itu? Pria yang kemarin bukain pintu apartemen Hyung? Pria yang sekarang tinggal sama Hyung?" cerca Byungchan. Ia sungguh frustasi, perasaannya berantakan. Ia yakin masih ada begitu besar peluang untuk mengembalikan hubungan mereka yang pernah rusak sebelum waktunya.

"No. Berhenti nyalahin orang lain, Chan. Kamu yang dari awal nggak mau jujur sama Hyung. Hyung paham kamu berniat melindungi perasaan Hyung, tapi bohong, nutupin semuanya, dan ninggalin Hyung dengan alasan itu juga bukan jalan keluar. Hyung nggak masalah dibenci sama orang tua kamu, yang penting kamu tetep mau di pihak Hyung, kita berjuang sama-sama sampai berhasil ambil hati orang tua kamu buat restuin hubungan kita.

Byungchan ninggalin Hyung dengan alasan Hyung pantas dapet yang lebih baik, terus buat apa sekarang Byungchan balik? Karena Byungchan nggak mau Hyung dapet orang yang lebih baik? Byungchan egois. Byungchan ninggalin Hyung karena Byungchan nggak mau berjuang sama Hyung, Byungchan lebih pilih lari menghindar dari masalah, bukan sama-sama menyelesaikan. Byungchan berpikir, mudah buat Byungchan dapet orang yang lebih baik daripada Hyung, yang mungkin akan langsung direstui sama orang tua Byungchan, tapi ternyata, Byungchan nggak nemuin orang itu sampai sekarang. Karena itu, Byungchan balik ke sini lagi, ke hadapan Hyung yang waktu itu Byungchan campakkan tanpa perasaan," ujar Seungwoo panjang. Ia membuang pandangannya dari Byungchan dan berlalu dari bangku yang akan menjadi saksi bisu terakhir pertemuannya dengan Byungchan.

🌹🌹🌹

"Youn! Mau ikut ke supermarket, nggak? Sejin mau belanja bulanan," teriak Sejin dari ruang tengah apartemen miliknya. Seungyoun sedang sibuk mencuci piring di dapur, karena itu Sejin meninggikan suaranya, takut-takut kalah saing dengan bunyi denting piring.

"Iya, mau, Jiniii. Tunggu!"

Seungyoun dan Sejin akhirnya pergi ke supermarket bersama. Mereka berjalan kaki karena memang supermarket yang mereka tuju lumayan dekat jaraknya dengan apartemen Sejin.

Seungyoun dan Sejin memutuskan untuk membagi tugas. Sejin mencari sayur mayur, daging-dagingan, dan peralatan masak baru yang dibutuhkan apartemennya, sementara Seungyoun mencari stok snack, bumbu-bumbu instan, dan berbagai macam kebutuhan rumahan, seperti pasta gigi, sabun, dan pembersih lantai.

Karena jarang mengunjungi supermarket ini, Seungyoun cukup butuh waktu untuk menemukan rak di mana barang-barang yang ia butuhkan tersedia. Seperti saat ini, Seungyoun sedang sibuk mencari rak yang menyimpan tepung bumbu dan lada bubuk. Demi Tuhan, sulit sekali bagi matanya untuk mencermati satu per satu kemasan dengan berbagai warna mencolok ini. Baru menyusuri satu rak tinggi, dirinya sudah pusing tidak karuan.

Ia berpindah menuju rak di sebaliknya, matanya mengerjap lucu, berupaya mengurangi pusing setelah menyusuri kemasan-kemasan sialan di rak sebelumnya.

"Akh!"

"Maaf, maaf, saya nggak senga-- Eh, Seungyoun?"

To Be Continue

hayoo ada siapa hayooo

siapaa nih yang udah mulai sekolah tatap muka? jangan lupa tetep jaga kesehatan yaaa, teman-temaann! stay safee💕💕

Always In My SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang