18 | Bayi Besar

222K 22.5K 1.4K
                                    

[ Happy reading ]




Zea kembali melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganya. Sudah lebih dari satu jam perempuan itu berdiri di depan gerbang sekolah menunggu Althan menjemputnya.

Zea mendesah pelan seraya menendang apapun yang bisa ia tendang di jalanan, meluapkan rasa kesalnya. "Kemana sih Althan, gak biasanya dia ninggalin gue kaya gini!"

"Zea!" panggil seseorang.

Cewek itu langsung menoleh. "Althan!" pekik Zea sembari menatap tajam kearah Althan.

"Dari mana aja lo, gue—"

Althan langsung menarik pergelangan gadis itu. "Ngomelnya nanti aja di rumah, cepet sekarang kita pulang!"

Zea mencibir pelan seraya naik keatas motor Althan, tanpa berbicara apapun lagi.

Althan menoleh untuk memastikan, setelah itu langsung melajukan motornya dengan kencang.

"Pelan-pelan Althan!" teriak Zea agar bisa di dengar cowok itu.

Althan terkekeh pelan. Laki-laki itu menarik tangan Zea untuk memeluk pinggangnya. "Pegangan sayang!"

"Nanti kalo lo mati, gue jadi duda!" lanjut Althan.

Baru saja dibuat melayang sekarang Althan menjatuhkannya kembali. Dengan kesal gadis itu menggeplak helm Althan.

Cowok itu menghentikan motornya di depan ruko, sepertinya keduanya akan terjebak hujan yang besar.

Althan membuka helm miliknya seraya turun dari motor, kemudian di ikuti Zea. "Sini Zea, neduh dulu!"

Cewek itu mengangguk, lalu mendekat kearah Althan. "Kenapa di tutupin gitu muka lo?" heran Zea.

Althan menggeleng. "Gak papa."

"Coba gue liat." Zea menarik paksa tangan Althan yang menutupi wajahnya.

Perempuan itu membulatkan matanya terkejut melihat wajah Althan yang penuh dengan memar. "Lo tauran?"

"Jadi ini alasan lo ninggalin gue satu jam di sekolah, cuman buat tauran?" tanya Zea kembali.

Althan terdiam cukup lama, sebelum akhirnya ia kembali berucap. "Maaf."

Zea hanya diam tak membalas, perempuan itu membalikan tubuhnya. Memunggungi Althan.

Althan tersenyum melihat tingkah Zea yang sepertinya tengah kesal. "Sini Ze, dingin."

Karna tak ada balasan dari Zea, akhirnya Althan yang mendekati gadis itu.

"Diem lo!" sentak Zea, suaranya terdengar pelan. Althan tau saat ini cewek itu tengah mengigil kedinginan.

Dengan cepat laki-laki itu membuka jaketnya dan memasangkannya ke tubuh Zea.

Setelah itu memeluk tubuh mungil istrinya itu seraya mengecup pucuk kepala Zea bertubi-tubi. "Lo lucu kalo lagi marah gini,"

"Gue jadi tambah cinta." lanjutanya.

Suara hujan semakin deras. Zea tak bisa mendengar dengan jelas ucapan Althan, perempuan itu mendongkak keatas melihat wajah suaminya.

"Lo ngomong apaan?"

Althan menggeleng keras laki-laki itu mengerutuki dirinya sendiri. Apakah Althan sudah gila bisa berbicara seperti itu kepada Zea?

"Orang dari tadi gue diem aja, gak jelas lo!" bohong Althan.

Zea mengangguk percaya. "Dingin?"

Althan menggeleng kembali. "Kalo dipeluk gini mah anget!"

ALTHAN: Best Papa ! [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang