[3] Chocolate dan Takdir

28 6 0
                                    

Happy Reading gaiiss🧡

•••

"Dari miliaran jiwa penduduk di muka bumi, kenapa aku harus bertemu denganmu lagi?"
-Ayana Laurencia

****

Kekesalan Ayana tadi siang masih membekas perkara cowok tiang dingin ini. Parahnya, mengapa malam ini ia ketemu dengan cowok tiang dingin lagi? Mengapa? Dari sekian banyaknya orang kenapa harus dia yang ada di hadapan Ayana saat ini?

Tangan Ayana tak lepas dari coklat itu, matanya menatap tajam dan masih menggerutu kesal pada Harlan, cowok tiang dingin. Sebelum disuruh mengalah, Ayana mengeluarkan peringatannya, "Aku ga mau ngalah." tegas Yana enteng.

"Siapa juga yang nyuruh lo ngalah?" tukasnya pada Yana.

"Aihh, ini cowok gadak ngalah-ngalahnya ama cewek, gatau dia sedang berhadapan ama siapa?" ketus Yana dalam hati, ia tak bakal ngalah pada cowok ini. Tidak akan!

"Ladies first," peringat Yana sengaja sembari mengodei. Masih saja cowok itu diam seribu bahasa, ia juga masih memegang silverqueen itu di sisi lainnya begitu juga Ayana.

"Ya udah gini aja kita trusss sampe subuh bahkan subuh esoknya lagi kita kayak gini!" celetuk Yana ngasal, hampir frustasi melihat kedinginan tiang beku ini.

"Oke," jawabnya singkat.

"HAAAHH? SEMUDAH ITU KAMU BILANG OKE?" Yana keceplosan berbicara seperti itu sehingga para pembeli lain di alfamart kini melihatnya. Ia menjadi pusat perhatian di beberapa detik.

"Aku ga bisa lama-lama, nanti kena marah ama Kak Tsana dan ni cowok bikin lama aja." hanya pada hatinya lah Yana dapat menumpahkan perasaannya saat ini, bahkan silverqueen itu kuat dipegang oleh si tiang beku.

"Untuk aku aja ya? Kalo ga kamu beli di alfamart lain aja, kak." ucap Yana selembut mungkin bahkan memanggil si cowok dengan sebutan 'kak', siapa tahu ia berubah pikiran.

"Gue butuh sekarang."

"Ckckck, gaada ngalah-ngalahnya ama cewek." celetuk Yana lagi, malam ini akan menjadi malam yang panjang baginya karena dihiasi kekesalan yang menggebu-gebu.

"Bukan buat gue." ucap Harlan singkat.

"Terus buat siapa?"

Menurut Yana, cowok ini terlalu hemat dalam berbicara bahkan teramat pelit namanya. Seharusnya yang dihemat itu uang, bukan percakapan. Ia melatih kesabaran Yana untuk jiwa dan raganya.

"Seseorang." jawabnya.

"Ohh pacarnya pasti ya, kak?" tanya Yana tersenyum, "Karena kalau cowok jarang sesuka ini banget ama coklat sampai ga mau ngalah." sahutnya enteng sekaligus menyindir cowok tiang beku tersebut.

Harlan hanya diam saja, tak menjawab pertanyaan Yana barusan.

"Kalo diam berarti iya," ujar Yana lalu ia hanya memandang Harlan menunggu cowok itu berbicara lagi.

"Dia sakit dan pengen coklat." jawab Harlan dengan dinginnya.

Tanpa berpikir lama, Yana melepaskan silverqueen itu. Ia memilih, lebih baik mengalah kasihan juga pacar si cowok ini lagi sakit terus ingin coklat. Yana rasa ia terlalu berlebihan hanya untuk silverqueen, "Ambil aja kak untuk pacarnya." kata Yana mengalah kemudian ia pun yang hendak berlalu tiba-tiba kembali lagi karena teringat sesuatu.

DIFFELO (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang