Extra Chapter

57.9K 10.1K 147K
                                    

"Ada sebuah kisah tentang seorang Dewi yang ditugaskan melawan banyak musuh besar di laut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada sebuah kisah tentang seorang Dewi yang ditugaskan melawan banyak musuh besar di laut. Dia adalah Dewi Musim Dingin," tutur Alaia bercerita di hadapan empat anak kecil. Mereka anteng duduk di atas karpet bulu-bulu sambil mendengarkan cerita Alaia.

Amberley, anak yang paling tua dari antara anak-anak ini, mengajukan pertanyaan. Omong-omong, lusa dia berulang tahun ke 6. "Geema, Dewi Musim Dingin seram, enggak?"

Geema adalah panggilan baru untuk Alaia yang memiliki arti Grandma atau Nenek. Sedangkan Langit dipanggil Geepa.

"Aku pikir enggak," sahut Zae yang lebih muda delapan bulan dari Amberley.

"Enggak, Sayang." Alaia menjawab lembut disertai senyum. "Selain cantik dan baik hati, dia juga hebat dan pemberani. Dia enggak takut sama makhluk jahat."

"Ayo, siapa yang pemberani juga kayak Dewi Musim Dingin?" ujar Alaia yang seketika para anak berantusias mengangkat tangan.

"Aku!" seru Gallan, si Ganteng yang hobi tertawa seperti ayahnya, Ragas.

"Aku, Geema!" Amberley tak mau kalah.

"Zae!" Anak lelaki itu menyambar.

Satu lagi, anak perempuan yang paling kecil ikut menyeletuk. Namanya Titania dan usianya baru dua tahun. Ia berkata malu-malu, "Aku ...."

Alaia, bahkan semua orang tua dari anak-anak ini ikut senang melihat mereka kompak dan ceria. Setelah puas mendengarkan cerita yang Alaia sampaikan, mereka beranjak dari tempat untuk makan siang. Ada yang sudah bisa makan sendiri, ada pula yang maunya ditemani mama atau papa.

"Geulis!" Aishakar menyapa anak perempuan yang mendatanginya dan Ale.

Titania memeluk kaki Ale yang duduk di sofa. Seraya itu, ia melirik Aishakar dengan tatapan memukau penuh pesona. Titania memiliki banyak keindahan di dalam dirinya yang tertutup oleh sifat pemalu.

"Ambil makan sama Papa, yuk!" ajak Aishakar.

Ale menatap putri cantiknya, "Yuk!"

Anak imut itu tersenyum senang. Maka, ia berpindah setelah tubuhnya diangkat ke gendongan Aishakar. Mereka pergi ke dapur untuk mencari makanan kesukaan Titania.

"Mamoya!" Zae mendatangi ibunya yang baru saja hendak meninggalkan sofa untuk ke dapur.

"Sayang," sapa Amora. "Makan siang kali ini mau disuapin Mamoya?"

Anak ganteng itu menggeleng, "Enggak, Ma. Mamoya di sini aja, jangan ke mana-mana."

Amora mengernyit tipis, tapi tak menghilangkan senyuman manis di wajah tiap menatap sang anak. "Kenapa Mamoya enggak boleh ke mana-mana?"

"Biar Mamoya enggak capek," jawab Zae.

Padahal Zae masih kecil, tetapi sifat penyayang dan perhatiannya sudah terbangun sangat jelas. Ia menjadikan Amora ratu dalam hidupnya. Sepertinya ketika dia besar nanti, Zae-lah pelindung Amora dari segala bahaya dan hal yang membuat ibunya resah.

ALAÏA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang